Yosi M. Giri*
Lampung Post, 24 Mei 2009
SEBUAH karya sastra, dalam wujud apa pun memiliki kandungan yang selalu dibalut oleh unsur-unsur estetis. Tak peduli, siapa pun penulisnya, karya sastra akan dihadapkan pada muatan seni yang ditawarkan secara eksplisit atau sembunyi-sembunyi (implisit).
Di samping itu, unsur imajinatif dan keberbagaian tafsir adalah ciri yang melekat dan pastinya akan selalu ada. Jika tidak ada unsur-unsur fiktif inilah justru karya sastra patut dipertanyakan kesahihannya.
Sekitar tahun 1969, Goenawan Mohamad bersama Arief Budiman memperkenalkan metode Ganzheit, sebuah metode pembacaan terhadap karya sastra berkaitan dengan keberagaman makna sebagai produk penafsiran. Ketegasan akan tidak adanya makna tunggal pada suatu karya sejalan dengan Deskonstruksi Deridda, di sisi lain juga mempergunakan latar sosial seorang sastrawan sebagai grand naratif dalam pembacaan.
Seorang pengarang yang oleh peneliti sastra sufi Abdul Wachid B.S. disebut-sebut sebagai teks besar juga memiliki keterkaitan makna dengan produk kreatif yang berupa teks tertulis. Saat ia berhadapan dengan karya-karya Mustofa A. Bisri, misalnya, ia tidak mengambil kesimpulan dengan menutup satu mata kanan atau kiri. Ia tetap memosisikan teks sebagai otonomi yang kemunculannya berada di luar kekuatan pengarang. Hal ini memiliki kedekatan analisis dengan kajian Sigmund Freud tentang “ketaksadaran” seorang pengarang saat dirinya mengalami ketegangan yang kemudian disublimasikan dalam teks-teks naratif.
Kritik sastra, selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir ini justru memunculkan pertanyaan, apakah yang sebenarnya tengah dikaji oleh para pemerhati sastra kita hari ini? Masing-masing justru mengedepankan praktik propagandis yang oleh Gramsci dikatakan sebagai afirmasi kekuasaan literer dalam upaya merebut hegemoni massa.
Saat hak-hak minoritas sastra dibelenggu secara geografis, dominasi kelompok intelektual sastra justru mengalami fase “ngambang”. Mereka tak ubahnya kelompok-kelompok penyerang yang di tahun 1960-an meriah oleh Lekra dan Manikebu. Bersamanya pula, praktek kritik yang menyimpang terhadap laku menyerang pribadi seseorang atau pengarang terus saja diramaikan dan diamini (seolah-olah) sebagai bentuk penilaian yang sah dalam kesusastraan Indonesia.
Ketiadaan kritik sastra yang lebih memerhatikan nilai estetika dan kandungan isi ini tentu saja akan memberikan nilai-nilai yang tidak lebih dari penilaian yang didasarkan atas kekuasaan dan otoritas yang dilegitimasi oleh siapa yang berkuasa hari ini. Termasuk juga di dalamnya estetika, di mana Victor Shklovsky sebagai penganut formalisme dan lanjutan kaum Futuris, yang menyatakan bahwa seni adalah untuk memberikan penginderaan benda-benda sebagaimana dirasakan, dan bukan sebagaimana benda-benda itu diketahui.
Dalam pengertian ini, objektivitas tidak lebih penting daripada variasi persepsi terhadap karya itu sendiri. Demi kejelasan, sepenggal sajak berikut dapat dimaklumi jika ada ribuan tafsir tentangnya: Malam Lebaran//bulan di atas kuburan. Puisi ini ditulis Sitor Situmorang dalam kesadarannya akan fenomena alam saat ia hendak berkunjung ke rumah Pramoedya Ananta Toer. Puisi ini menjadi salah satu sumber kontroversi di majalah Zenith kala itu.
Genre lain, yakni cerpen Langit Makin Mendung karya Kipandjikusmin juga sempat memurubkan ketegangan dari pihak komunitas agama terbesar di kepulauan Nusantara, yakni Islam dan kelompok seniman yang secara sadar mendasarkan ideologinya pada “seni untuk seni”. Seni yang tetap mengandung imajinasi pengarang terlepas dari tendensi atau unsur propaganda apa pun.
Tahun 1980, seorang profesor sastra berkebangsaan Belanda, A. Teeuw, menerbitkan buku kritik sajak berjudul Tergantung pada Kata, yang berisi tentang 10 kupasan sajak Indonesia modern. Pembacaan tersebut dia lakukan dari tahun 1977 sampai 1978. Selama kurang lebih satu tahun, A. Teeuw melakukan pembacaan, memilih, dan menilai secara komprehensif bagaimana perkembangan puisi modern di Indonesia. Kehendak untuk melakukan penilaian itu didasari pula oleh ungkapan Goenawan Mohammad bait terakhir dalam sajak Pada Sebuah Pantai: Interlude: mencoba memberi harga pada sesuatu yang sia-sia.
Rumusan ini merupakan ketegasan bagi pembaca karya sastra, bahwa dunia yang mungkin (imajiner) masih dapat diberi penilaian dengan harga apresiasi yang total. Totalitas tersebut hanya dapat dilakukan jika pembacaan dan penilaian itu dikembalikan pada hakikat karya sastra, di mana kandungan makna dan konsep estetis itu perlu “direbut” agar “sesuatu yang sia-sia” itu menghadirkan nilai bagi kehidupan (realitas).
Dengan demikian, jelas bahwa kritik sastra yang dilakukan bukan kritik impresionistik yang dominan dengan langkah-langkah kerja subjektif belaka. Di saat koran-koran lain enggan menghadirkan ulasan-ulasan karya sastra meskipun kerja tersebut penting bagi infus perkembangan sastra. Minggu Pagi sebagai koran lokal dengan label “Enteng Berisi” memberikan ruang untuk apresiasi sastra tersebut. Upaya yang cukup membanggakan bagi para kritikus sastra dalam mengapresiasi karya-karya sastra masa kini.
Dalam buku Berkenalan dengan Puisi karangan Suminto A. Sayuti, pada bagian lampiran dikutip ulasan-ulasan sajak yang pernah ia lakukan dan pernah diterbitkan di Minggu Pagi. Salah satu sajak itu milik Raudal Tanjung Banua, yang kini aktif mengelola Rumah Lebah dan menerbitkan Jurnal Puisi di Yogyakarta. Disadari atau tidak, upaya menyediakan ruang kerja menganalisis karya sastra ini masih merupakan hal yang minim dilakukan oleh media massa.
Jika persoalannya adalah pada orientasi pembaca sebagai objek pemasaran tulisan. Maka pertanyaannya, apakah karya-karya sastra mutakhir seperti sekarang ini tidak membutuhkan kerja analisis dari para kritikus? Lalu bagaimana cita-cita para pekerja sastra yang “berharap-harap cemas” akan hadirnya kritikus sewibawa H.B. Jassin, jika ruang untuk bagi lahirnya kritikus saja tidak ada? Lalu bagaimana pula pembaca (masyarakat) mengetahui kualitas dan pesan yang dikandung karya sastra masa kini tanpa bantuan dari pembaca ahli (kritikus sastra)?
Inilah persoalan-persoalan kritik sastra postmodern, yang sering tersandung pada kup antarkomunitas dan masalah-masalah personal yang tidak lebih dari kritik karakter kemanusiaan. Dan wilayah ini jelas tidak masuk dalam rangka pengejawantahan hakikat karya sastra. Oleh karena itu, kepedulian media massa terhadap kritik sastra yang lebih objektif dan mendekatkan karya sastra pada masyarakat masih dibutuhkan demi kemajuan sastra dan budaya pada umumnya.
________________
*) Yosi M. Giri, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Komunitas Sastra Bunga Pustaka.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2009/05/esai-kritik-sastra-postmodern-kontra.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar