Sabtu, 03 September 2011

HOLOCAUST RISING: DI TENGAH KRISIS TEATER DAN KANIBALISME

Sri Wintala Achmad
http://sanggargununggampingindonesia.blogspot.com/

Tidak terpungkiri bahwa Yogyakarta telah diasumsikan banyak orang sebagai salah satu kantong seni-budaya di Indonesia. Sehingga tidak musykil kalau EMHA Ainun Nadjib pernah menggagas bahwa Yogyakarta berpotensi menjadi ibukota kebudayan. Gagasan Cak Nun tersebut sangat beralasan. Karena berbagai genre kesenian yang merupakan produk budaya telah mengalami pertumbuh-kembangan secara dinamis di kota ini. Tidak hanya seni rupa, sastra, tari, dan seni teater yang bernuansa modern, melainkan yang bernuansa etnik lokal dan nusantara dapat tumbuh subur di Yogyakarta.

Terutama dalam kehidupan seni teater. Sejauh yang saya catat, kesenian teater (mother of arts) yang kini mengalami masa lesu tersebut pernah mengalami masa kegairahannya pada dekade 70-90an. Pada masa itu, banyak kelompok teater baik yang sanggar maupun akademis (sekolah dan kampus) mengalami pertumbuh-kembangan dinamis di kota Yogyakarta.

Dinamika pertumbuh-kembangan kelompok-kelompok teater yang sangat kompetitif di dalam berproses kreatif tersebut, sekadar menyebutkan nama antara lain: Teater Alam, Teater Sanggar Bambu, Teater Dinasti, Teater Starka, Teater Jeprik, Teater Gandrik, Teater Stemka, Teater Tikar, Teater Arena, Teater Aksara, Teater Pusaka, Teater Kita-kita dll. Sementara kelompok-kelompok teater akademis, semisal: Teater Gajah Mada (UGM), Teater Unstrat (IKIP Negeri/UNY), Teater ESKA (IAIN/UIN), Teater KSP (UST), Teater Padmanaba (SMAN 3 Yogyakarta), Teater SMERO (SMEAN 2 Yogyakarta) dll.

Meskipun kehidupan perteateran di Yogyakarta pada masa pasca 2000 cenderung mengalami degradasi kuantitaf, namun tidak berarti kota ini telah sepi dari kelompok teater yang masih konsisten meningkatkan kualitas kreatifnya. Bukankah kita masih sering menangkap getar kreativitas dari beberapa kelompok teater semisal: teater Gardanala, Teater Garasi, dan Saturday Acting Club (SAC)?
What’s SAC?

SAC (Saturday Acting Club) yang berdiri sejak 2002 merupakan kelompok kajian acting yang semula bernama Saturday Acting Class. Kelompok ini merupakan sekumpulan orang yang bergelut di wilayah keilmuan teater dan secara khusus berkonsentrasi pada kajian acting serta mengekplorasi segala gaya acting dari berbagai isme.

Disebabkan kebutuhan untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk kajian, maka SAC memutuskan untuk mulai mengekspresikan hasil tersebut ke dalam wujud pementasan teater (2006). Disepakatilah kemudian bahwa SAC untuk mengganti kata class menjadi club. Kata Saturday diambil karena kegiatan regulernya menggunakan hari Sabtu sebagai waktu pertemuan.

Keanggotaan SAC sendiri terdiri dari civitas akademika Institut Seni Indonesia dan orang-orang dari luar institusi yang mempunyai perhatian sama terhadap disiplin ilmu teater. Sampai saat ini SAC mempunyai anggota tetap yang tidak kurang dari 15 personil.

Hal yang dibanggakan, kehadiran SAC di tengah kelesuan dunia perteateran Yogyakarta telah memresentasikan karya-karyanya di ruang apresiasi publik baik di lingkup lokal (Yogyakarta) dan pusat (Jakarta). Karya-karya yang pernah ditampilkan, antara lain: Children First (Kedai Kebun/Teater Arena ISI, 2007); Smole & Ice Cream, Le Guichet, Traller HP. Zero Matrix (Kedai Kebun, 2007); Lithuania, karya Rupert Brook (Gelanggang Teater Gajah Mada/Laboratorium Teater Garasi, 2008); Beringin Soekarno (Kampus USD, 2008); Bintang Tamu Parade Teater ‘Big Days Art’ CATASTROPHE (UNY, 2008); ‘Catastrophe’ dan ‘Zero Matrix’ (Auditorium Teater ISI Yogyakarta/Sanggar Baru TIM dan Universitas Pembangunan Nasional Jakarta, 2008), dan Holocaust Rising yang dipentaskan di Taman Budaya Yogyakarta pada 14-15 Oktober 2008.

Membaca Geliat Holocaust Rising

Siapakah manusia? Banyak orang menyebutkan, manusia sebagai hamba Tuhan yang paling sempurna. Karena manusia terlahir di muka bumi telah dibekali akal budi. Namun realitasnya, banyak manusia cenderung menggunakan nafsu purbani (kebinatangan)-nya, hingga kehidupan yang beradab hanya menjadi mimpi kaum moralis. Hingga kehidupan tidak ubah arena pertikaian antar manusia berjiwa binatang yang menempatkan kepentingan pribadinya di atas kepentingan sesama.

Persepsi yang berpijak pada realitas sosial yang mulai memberhalakan spirit kanibalisme tersebut telah dilukiskan Rossa R. Rosadi (penulis scenario dan sekaligus sutradara) ke dalam pertunjukan teater komtemporer ‘Holocaust Rising’. Melalui pementasan teater yang cenderung mengeksplorasi unsur gerak (tari), posture, monolog ketimbang dialog, Rossa memresentasikan hasil amatan dan cerapan yang diendapkan terhadap fenomena sosial di depan publik (Taman Budaya Yogyakarta, 14-15 Oktober 2008).

Hal yang menarik di mata saya, Rossa tidak hanya melukiskan spirit kanibalisme dari sekelompok orang tolol yang lebih menggunakan power of physic ketimbang power of intelligence, melainkan pula dari sekelompok manusia cerdas yang memilih senyuman manis sebagai pisau lipat buat menikam lawan dari belakang. Pengertian lain, pengkhianaan cerdas telah dipilih oleh kaum kanibal modern (kapitalis) sebagai senjata mematikan.

Dari dimensi ide, Rossa layak diacungi jempol. Karena Rossa telah sanggup memresentasikan kritik sosialnya itu melalui bentuk pementasan teater yang tidak lazim. Namun dari sisi teknik permainan, masih banyak yang harus dibenahi. Terutama kelenturan komposisi, dinamika grafik permainan dan olah vokal dari sebagian pemain yang tidak jelas artikulasinya. Hingga audience yang tidak gamlang mendengar monolog dan dialog antar pemain niscaya gagal menangkap gagasan Rossa.

Meskipun demikian, seluruh anggota SAC layak mendapat penghargaan. Karena nama-nama pemain, semisal: Jamal Abdul Naser, Surie Inalia, Moh. Djunaedi Lubis, Ratna Aniswati, Nanik Endarti, Mariya Yulita Sari, Shanti, Intan Kumalasari, Wheni Black Out dll telah melakukan proses latihan yang sangat optimal. Totalitas latihan di dalam dunia teater memang penting.

Namun totalitas latihan yang tidak disertai dengan metode yang benar, serta pemanfaatan waktu yang efektif hanya akan menghabiskan energi para pemain pada saat pementasan. Hingga image yang muncul di benak audience, pementasan kurang berhasil!

Sekadar Catatan Penutup

Pementasan SAC di dalam pementasan teater ’Holocaust Rising’ yang mendapatkan dukungan TBY tersebut membuktikan bahwa kelompok teater belum punah di Yogyakarta. Meskipun saya tetap memrihatinkan, kuantitas kelompok teater di kota ini dapat dihitung dengan jari. Masalah ini seyogyanya mendapatkan perhatian dan tindakan konkret dari berbagai pihak guna menumbuh-kembangkan kembali atas kuantitas kelompok teater sebagaimana dekade 70-90an.

Selain itu, event pementasan SAC tersebut sanggup membenahi citra TBY sebagai penopang penumbuh-kembangan (kalau tidak mau disebut penyelamatan dari krisis) seni teater di Yogyakarta. Karena sebagai lembaga pemerintah, TBY tidak hanya memberikan fasilitas gedung sebagai tempat latihan dan pementasan, melainkan pula pendanaan. Sekalipun diakui, terealisasinya dan gaung pementasan tersebut tidak dapat dilepaskan dari peran berbagai pihak yang terkadang tidak mau disebutkan namanya.

*) Pengelola www.gununggamping.multiply.com Tinggal di Sleman, Yogyakarta

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir