Selasa, 20 September 2011

Gerilya Khusyuk Pengabdi Sastra

Zaki Zubaidi
http://www.seputar-indonesia.com/

Sejak tahun 2009 diskusi sastra di Galeri Surabaya Jalan Pemuda mulai menggeliat lagi. Setiap bulan sekali para sastrawan muda berkumpul dalam acara Halte Sastra.

Menggelar kegiatan rutin nirlaba semacam ini butuh kekhusyukan tak berujung. Ribut Wijoto, sebagai koordinator pelaksana Halte Sasta telah melakoninya. Baginya hal itu merupakan bentuk pengabdian dari seorang penyair yang gagal. Berikut wawancara Harian SINDO dengan Ribut Wijoto.

Sejak kapan kenal sastra?

Sejak tahun 1994, ketika terlibat di komunitas Gapus (Gardu Puisi).Kebetulan saya tahun itu diterima masuk di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Unair.

Saat itu langsung tertarik atau hanya sekadar tahu?

Langsung tertarik dong. Saya kan kuliah di Sastra Indonesia. Jadi klop, bertemu dengan arek-arek yang gendeng sastra.Apalagi,saat itu,saya sangat kagum dengan gaya pembacaan puisi Panji K Hadi.Dan juga, terkesima dengan Sony Karsono yang bicara soal Sastra Perancis.Tapi asline,hanya terpesona thok,karena tetap tidak mengerti Sastra Perancis.

Lalu wujud dari ketertarikan tersebut apa?

Pertama tentu saja ingin seperti mereka (Panji dan Sony). Saat itu, saya sampai hafal beberapa puisi Panji. Soal Sony, akhirnya, saya menjadi gemar berburu buku-buku sastra.Dan karena Sony pula, saya akhirnya akrab dengan puisi-puisi Afrizal Malna, yang akhirnya saya pakai untuk bahan skripsi.

Berarti Anda jatuh cinta pada puisi? Lalu kapan mulai menulis puisi?

Mmhh…ya,saya falling in love.. Sejak tahun itu langsung menulis puisi. Soalnya saya ini terlibat dalam komunitas. Jadi begitu tertarik langsung praktik.

Judul puisi pertama Anda dapat inspirasi dari mana atau siapa?

Sudah lupa deh.Kalau dulu itu,menulis puisi sudah seperti industri. Bisa setiap hari berproduksi. Trus, kita seringkali tidak bersandar pada tema.Kita lebih banyak belajar tentang teknik. Misalkan baru saja baca puisi Subagio Sastrowardoyo, kita ingin tahu bagaimana strategi tekstualnya. Bagaimana dia membangun imajinasi. Membangun metafor. Kerap kali, tema berada di urutan belakang. Dalam satu tema, bisa ditulis beberapa puisi. Hanya saja,pembahasaannya yang berbeda- beda.

Apa yang Anda dapat dari menulis puisi tersebut? Kepuasan atau ada hal lain?

Saya merasa diri lebih bermakna, itu saja. Bagaimana saya dengan berpuisi,bisa memaparkan apa yang saya rasakan. Apa yang saya pikirkan. Lebih dari itu, saya bisa berbagi. Berkomunikasi dengan orang lain. Apalagi ketika puisi muncul di media. Itu sungguh luar biasa. Sampai kemudian,saya merasa bahwa anggapan saya tentang puisi adalah salah. Makanya, saya lebih memilih untuk berhenti menulis puisi.

Anggapan yang salah itu bagaimana?

Menulis puisi itu agung.Seorang penyair harus memberi kontribusi kepada dua wilayah. Berkontribusi ke masyarakat dan kepada dunia kepenyairan. Menulis puisi itu tidak bisa sekadar gagah-gagahan. Menulis puisi itu sulit. Kita harus benar-benar bertaruh dengan kondisi sosial atau budaya di masyarakat. Meresponnya. Sehingga, karya puisi kita tidak berada di atas angin.Puisi memiliki jejak.

Dia adalah respon penyair terhadap dunianya (realitas).Misalkan puisi HU Mardi Luhung.Itu merupakan respon Mardi terhadap realitas keseharian yang dia hadapi. Tentang Gresik. Tentang pesisiran dan ganasnya industri (Petro dan Semen Gresik). Yang kedua soal kontribusi di dunia kepenyairan, kita tidak menulis di awal tradisi. Penyair sekarang merupakan satu tahap dari tahapan-tahapan lain yang telah dirintis oleh penyair sebelumnya.

Sehingga tidak asal nulis.Ketika menulis, harus mempertimbangkan tradisi yang telah dibangun oleh Amir Hamzah, oleh Chairil Anwar, oleh Sutardji, oleh Gunawan Muhammad, oleh Sapardi Djoko Darmono, Afrizal Malna, dan lain-lainnya. Penyair adalah para pencipta tradisi. Bukan sekadar mengungkapkan perasaan dengan kalimat-kalimat yang indah. Nah, saya melihat, temanteman di Gapus memiliki kesadaran seperti itu.

Apakah itu karena Anda terlalu mencintai sastra?

Setelah itu tidak berkarya lagi? Saya mengagumi temanteman yang menulis karya sastra. Mereka adalah orang-orang yang memiliki perspektif tajam sekaligus rendah hati.

Karena kekaguman itu Anda lalu menjadi penulis artikel atau esai?

Iya. Selain mendapatkan honor,menulis esai itu bisa menularkan gagasan.Hehehehe…

Termasuk juga dengan membuat acara rutin Halte Sastra?

Benar.Menulis karya sastra, bagaimanapun buruknya, tetap penting untuk dihargai.Sebab, karya sastra merupakan ungkapan personal. Dengan karya sastra, orang memiliki pemikiran dan perspektif personal. Itu tentu penting di tengah gempuran opini dan gosip yang dibangun oleh media massa (televisi).Sehingga,acara sastra kudu disemarakkan agar orang-orang tetap menulis karya sastra.

Cerita awalnya bagaimana?

Waktu itu,Juni 2009.Pengurus Dewan Kesenian Surabaya (DKS) baru saja dilantik.Ketua Komite Sastranya Didik Wahyudi, kebetulan saya dekat dengan dia. Melalui serangkaian obrolan warung kopi,kami bersepakat bahwa Galeri Surabaya terlalu sering dipakai untuk pameran lukisan. Acara sastranya sangat jarang. Makanya, kami menggagas sebuah acara yang bisa digelar secara rutin sebulan sekali. Acara itu kita namai Halte Sastra. Nama itu berasal dari Didik. Saya kurang tahu apa maksudnya acara sastra kok dinamai halte. Saat itu, saya manut saja.Yang penting acara terealisasi.

Posisi Anda sendiri di Halte Sastra? Kok sampai-sampai acara tersebut identik dengan Anda?

Saya hanya koordinator pelaksana Halte Sastra.Dari awal Halte Sastra dilaksanakan (Juli 2009), Didik tidak pernah datang. Dia hanya memberi saransaran. Sampai kira-kira berjalan satu tahun, dalam menjalankan Halte Sastra,saya masih berkonsultasi dengan Didik. Termasuk menentukan para penyairnya. Justru dalam pelaksanaannya, saya secara teknis lapangan, dibantu oleh Hanif Nasrullah, Diana AV Sasa, dan Suyitno.

Adakah peristiwa yang berkesan?

Yang paling menyakitkan, ketika saya menjadwalkan Halte Sastra dengan format diskusi sastra kota.Pembicaranya Imam Muhtarom dan Riadi Ngasiran.Tiba-tiba Hanif Nashrullah protes.Dia tidak setuju Riadi mengisi acara.Dia minta dibatalkan. Jika saya tidak mau, dia akan keluar dari manajemen Halte Sastra. Karena saya terlanjur menawari Riadi dan dia sudah menyanggupi, acara tetap saya gelar.

Lantas?

Imbasnya,Hanif keluar dari Halte Sastra. Bahkan, dalam beberapa bulan saya tidak disapa. Untungnya,Hanif akhirnya mau kembali mendukung Halte Sastra.

Apakah Halte Sastra sudah sesuai harapan?

Belum.Masih banyak karya yang mentah.

Harapan untuk Halte Sastra ke depan?

Semoga menjadi lebih baik dan mampu melahirkan sastrawan- sastrawan muda yang bisa memberi warna bagi kesustraan Indonesia.

Sampai kapan Anda menangani Halte Sastra?

Entah. Saya sendiri tidak tahu. Bisa saja masih lama tapi bisa saja berhenti tiba-tiba.

13 September 2011

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir