Jumat, 01 Juli 2011

Armageddon: Relegiusitas Danarto Pada Pertunjukan Teater

Denny Mizhar *
http://sastra-indonesia.com/

Lampu menyala di panggung dengan setting batu-batu besar dan sebuah taman. Belakang terbentang kain separuh hitam dan separuh putih. Panggung pertunjukan pun dimulai, iringan musik yang digubah oleh Leo Zaini dan naskah drama yang diadaptasi oleh Okto Fajar dari salah satu cerpen karya Danarto “Armageddon” berpadu saling mengisi dan membatu menjadi satu kemasan pertunjukan teater. Di awali dengan adegan pencarian seorang Ibu mencari pada anak gadisnya yang sudah lima malam tidak pulang. Tokoh Ibu yang diperankan oleh Ade Diana Afrianti, sedangkan Gadis diperankan oleh Caulina Dike Virginis Sholiha.

Ibu tersebut khawatir terhadap anak gadisnya. Tiba-tiba muncul mahluk yang bernama Bekakraan yang diperankan oleh Erza Sahrul Mubarok. Ibu yang gelisah, kehilangan anak gadisnya didekati oleh Bekakra-an dengan membisikkan kalimat “aku adalah mahluk suci yang menemani setiap kesepian”. Ibu tersebut pun berbincang-bincang dengan Bekakraan yang selalu memainkan tubuhnya dengan dinamis, mengerakkan tangannya, kepalanya, meloncat dari batu ke batu, lahan berlahan membisikkan kebusukan sikap pada Ibu yang mencari anak gadisnya.

Tak disangka, anak gadisnya pun pulang dengan tubuh telanjang. Senyum sumringah, membelai-belai rambutnya, tubuhnya, wajah bahagia nampak pada gadis tersebut. Ibu gadis pun mengintograsi anaknya, ke mana perginya dengan waktu lima malam yang membuatnya resah. Anak gadisnya tak menjawab, ia ingin merahasiakan. Tetapi mahluk yang serbah hitam yang bernama Bekakraan sepertinya memiliki mata di mana-mana. Perbuatan anak gadis tersebut pun terbongkar. Hingga berujung dengan jawaban, bahwa kepergiannya selama lima malam ditemani Boneka.

Tentu saja Ibunya naik pitam. Sebab Boneka adalah kekasih Ibunya. Anak gadinya tidak tahu menahu, bahwa Boneka adalah kekasih Ibunya. Anak gadisnya pun meminta ma’af pada Ibunya atas ketidak tahuannya. Ibunya pun luluh dengan permintaan ma’af anaknya. Tetapi, Bekakara-an mahluk yang serba hitam melancarkan propaganda pada Ibu tersebut, dengan kesaktiannya Bekakaraan memutar waktu menampilkan kembali adegan percintaan yang dilakukan anak gadis tersebut dengan Boneka.

Tirai yang diwakili lampu membedakan ruang masa, di mana anak gadisnya terlihat sedang bercinta dengan Boneka. Tokoh Boneka yang diperankan oleh Nanang Syaiful Rohman dan Tokoh Gadis II yang diperankan oleh Januari Krintianti. Dengan alunan musik mereka menari dan membentuk simbol-simbol adegan percintaan yang bergairah. Gerak tari yang lembut dan sedikit erotis menjadi adegan bayangan Gadis dan Boneka bercinta yang dibuka waktu masanya oleh Bekakra-an.

Sepontan Ibu tersebut kembali naik pitam, anak gadisnya diikat. Sambil membawa kapak, lalu dipotong kedua tanggannya. Darah mengalir di batu tempat anaknya diikat. Anak gadinya terjatuh. Anak gadisnya pun menangis, memohon ma’af pada Ibunya. Bekakraan tetap saja memompa sikap kemarahan yang telah turun, menjadi naik kembali. Masih tetap saja dengan ulahnya yang banyak tinggkah. Akhirnya Ibu tersebut memotong leher anaknya, hingga terpisah antara kepala dan tubuhnya. Bekakraan pun tertawa dengan kemenanggannya. Akhirnya kapak tersebut juga menimpah tubuh Bekakraan, kahirnya bekakra-an pun ikut mati.

Gedung J9 Universitas Negeri Malang yang penuh dengan penonton persembahan dari Teater Pelangi Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Indonesia pun berakhir. Dialog-dialog liris dari tokoh Ibu dan Gadis, gerak karikatural dari tokoh bekaraan dan gerak tari teatral yang diperagakan oleh Boneka dan Gadis usai. Penonton yang menyaksikan adegan demi adegan bertepuk tangan.

Secara utuh pertunjukan “Armageddon” yang diadaptasi oleh Okto Fajar Syafari dapat ditangkap pesannya. Jika kita melihat karya cerpen tersebut yang ditulis oleh Danarto memiliki pesan relegius. Pesan yang disampaikan oleh Tuhan lewat ayat sucinya “Bahwa kerusakan alam ini karena ulah manusia sendiri”. Kita dapat mengamati akhir-akhir ini, moralitas kemanusiaan mulai luntur, keseimbangan alam juga goyang. Seorang anak yang berani melawan orang tuanya, orang-orang tua yang membunuh anak-anaknya sendiri. Bahwa dunia ini akan berakhir dengan tanda-tanda yang kian waktu menyapa pada keseharian kita. Dunia yang tak seimbang lagi, dunia yang njomplang akibat ulah manusia yang tak patuh pada hukum-hukum alam (kausalitas Tuhan).

Bekakra-an sebagai simbol nafsu angkara; manusia yang suka bertingkah polah, akan nangkring dalam hidup kita. Jika diri kita tidak pernah merenung dan menggali dasar kebertuhanan kita. Mentaati suara-suara Tuhan yang telah tertanam dalam diri kita, ketika ditiupkan roh pada kita dan akhirnya kita hidup menjadi manusia. Jalan kebebasan telah kita punyai, kebebasan berkehendak. Kehendak pada kebaikan atau kehendak pada keburukan. Tuhan telah membebaskan kita, tapi kebebasan kita kadang salah jalan. Yakni kebebasan pada jalan keburukan yang kita tempuh dan jalan kebebasana ke arah Tuhan tertutup. Begitulah manusia makan akan tertimpah akibatnya, ketakseimbangan kemanusiaan dan alam.

Tetapi banyak cela yang menjadi catatan pada pertunjukan “Armageddon” tersebut. Keaktoran yang belum tergarap sepenuhnya sehingga pada tengah jalan pertunjukan ada titik jenuh akibat dialog liris yang tidak sampai. Kesan natural yang tidak nampak dari dialog-dialog tersebut yang menjadi sebab, tetapi tertolong dengan gerak karikatural tokoh Bekakra-an dan menjadikan pertunjukan dapat sedikit mengelitik. Selain itu, dramatik juga tidak terbangun dengan baik, panggung juga belum terkelola dengan maksimal, gerak-gerak tanpa ada motif terjadi.

Dengan berbagai catatan cela, pertunjukan Teater Pelangi Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia “Armageddon” yang dilaksanakan dua kali yakni pada tanggal 23 & 24 Pebruari 2011 bertempat di Gedung J9 Universitas Negeri Malang, sukses dengan penonton yang berhimpitan saat menyaksikan pertunjukan tersebut, di tengah-tengah tontonan-tontonan populer yang tidak memiliki nilai education.

*Anggota Teater Sampar Indonesia Malang dan Pegiat Pelangi Sastra Malang

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir