Selasa, 03 Februari 2009

Rendra Telah Bertualang

http://www.ruangbaca.com/
Judul: Ia Sudah Bertualang, Kumpulan Cerita Pendek 1954 - 1957
Penulis: Rendra
Penerbit: Burungmerak Press, Oktober 2007
Tebal: 122 halaman

Judul : Kenang-kenangan Seorang Wanita Pemalu, Kumpulan Cerita Pendek 1954 - 1961
Penulis: Rendra
Penerbit: Burungmerak Press, Oktober 2007
Tebal: 200 halaman
Peresensi: EH Kartanegara, pekerja media

Ia masih kanak-kanak. Umurnya, mungkin, 5-6 tahun. Matanya lebar dan bening. Setelah bertengkar dengan ayahnya, ia memberontak, lalu minggat dari rumah. Ke manakah anak sekecil itu pergi bertualang?

Umur Rendra baru lewat 21 tahun ketika menulis kisah tokoh kecil tak bernama itu dalam cerpennya, Ia Sudah Bertualang, yang sampai puluhan tahun kemudian masih diingat benar oleh para pembacanya. Perhatikan judulnya: bukan "ia sudah berpetualang", yang dalam bahasa Indonesia menjadi salah-kaprah hingga sekarang. Ini salah satu bukti bahwa Rendra punya cita rasa bahasa yang bukan hanya mengejar efek artistik, tapi juga tertib.

Semula, cerpen yang ditulis pada masa suburnya sebagai sastrawan--1950-1960-an--itu dimuat di majalah Kisah, Mei 1955. Majalah bulanan ini kala itu bisa dibilang "disakralkan" oleh penulis sastra. Bersama sejumlah cerpen lain, Ia Sudah Bertualang kemudian diterbitkan oleh NV Nusantara di Bukittinggi, pada 1963, sebagai buku kumpulan cerpen yang ilustrasi sampulnya digarap oleh Motinggo Boesje. Ihwal ilustrasi yang masih mengandalkan teknik gambar dua warna ini ternyata menjadi kekuatan puitik yang memikat hati Seno Gumira Ajidarma, yang membeli buku itu di sebuah toko buku di Yogyakarta pada 1979 seharga Rp 225.

Tahun itu Seno sedang getol-getolnya belajar menulis cerpen, dan secara jujur dia mengaku berkali-kali membaca Ia Sudah Bertualang, bahkan memberi kesan mendalam, juga inspirasi bagi kelahiran cerpennya yang lain. Kesan itu kemudian malah menjadi semacam "studi" yang menarik dan menggugah tentang Rendra, khususnya Tentang Ia Sudah Bertualang, yang dijadikan kritik dalam buku baru, Ia Sudah Bertualang, Kumpulan Cerita Pendek Rendra 1954-1957 (berisi sembilan cerpen) ini. Buku satu lagi yang diterbitkan bersamaan, Kenang-kenangan Seorang Wanita Pemalu, Kumpulan Cerita Pendek Rendra 1954-1961 (berisi 18 cerpen).

Sebuah cerpen, yang oleh pembaca awam umumnya diapresiasi hanya sebagai pengisi waktu luang, ternyata memunculkan kekuatan yang dikandungnya--baik pada teknik penceritaannya, citraan, nuansa, maupun dimensinya--di mata penelaah semacam Seno, yang oleh pembaca sastra kita juga dikenal sebagai cerpenis garda depan dewasa ini. Soal teknik pemunculan tokoh cerita pada Ia Sudah Bertualang itu, misalnya, menyadarkan kita pada salah satu kekuatan Rendra sebagai dramawan yang tergolong tertib mambangun suasana, menciptakan mood yang sekaligus menekankan karakter tokohnya.

Dalam cerpen lain, Nafas Malam, yang dimuat Kisah, Februari 1956, Rendra memamerkan kepiawaiannya menggaet perhatian pembaca dengan ungkapan puitik yang suasananya amat dikenal oleh pembaca puisi-puisinya. "Memasuki rumah merjan, bulan menarik pahanya. Hamil perutnya bundar. Sehembus nafas angkuh dan alang-alang bergoyang. Bergoyang pucuk-pucuk gelinggang. Bergoyang. Bulan hamil pun bergoyang."

Di antara 27 cerpen dalam dua kumpulan cerpen ini, Nafas Malam satu-satunya karya yang lebih memberat pada kekuatannya sebagai penyair dibanding lainnya yang, meminjam ungkapan Binhad Nurrohmat dalam kata pengantarnya, bergaya realis. Kiranya menarik ditengok kembali bagaimana realisme cerpen-cerpen Rendra yang terhindar dari stereotipe cinta remaja dalam cerpen yang lekas menguap oleh perubahan angin zaman.

Dalam Pacar Seorang Seniman (apa masih ada cerpenis sekarang yang "tega" membuat judul begini?), umpamanya, ada kesucian cinta yang dipertahankan secara tulus dan kukuh oleh seorang gadis justru setelah ia ditinggal mati pacarnya yang seniman bertampang kotor dan berbulu seperti kera itu. Hanya orang yang menghayati keindahan pewayangan yang, agaknya, mampu menggambarkan kesucian cinta dewa-dewi itu.

Latar belakang sosial budaya Rendra sebagai orang Solo (lahir 7 November 1935), tak bisa dimungkiri, punya andil besar dalam membentuk kesenimanannya yang diboboti kekuatan dan keindahan tembang-tembang Jawa, dongeng, musik, arsitektur, bahasa, seni rupa, juga sejarah. Hal lain yang menonjol--ini agaknya yang khas Rendra--adalah daya observasi, kenakalan, dan pemberontakan yang, oleh Goenawan Mohamad (GM), disebut mendorongnya bersikap urakan. Oleh sebab itu, realisme Rendra, seperti diungkap Binhad, mendominasi cerpen-cerpen yang dihimpun dalam dua buku ini, sebenarnya menyimpan kenakalan dan urakan yang dramatis itu.

Memang, puncak urakan Rendra yang pernah menggegerkan itu (1974) bukan terjadi semasa ia menjadi cerpenis, melainkan sebagai jawara teater. Ia memperkenalkan kata orang urakan, tulis GM, ke leksikon budaya dan politis Indonesia (Dari Ramayana Sampai Rendra: Sebuah Eksperimen Bernama "TIM", Tempo, 10 November 1990, yang kemudian juga dijadikan Kata Pengantar dalam buku Menonton Bengkel Teater Rendra, Kepel Press, 2005).

Kenakalan dan urakan Rendra--sekali lagi meminjam ungkapan GM: penolakan yang mengikuti aturan-aturan yang didiktekan lingkungan--dalam cerpen-cerpennya, baik sebagai tema maupun sekadar gimmick, malah bikin asyik, menggetarkan dan mengharukan. Tokoh anak yang memberontak dari rumah dalam Ia Sudah Bertualang itu, misalnya, justru rindu kehangatan rumah, pelukan lembut ibu, di kala ia menikmati kebebasannya sendiri.

Tiga cerpen yang menampilkan tokoh kanak-kanak, Ia Sudah Bertualang, Ia Masih Kecil, dan Ia Melagu Merdu Sekali, dipakai Rendra sebagai pintu masuk untuk menggarap tema sosial yang menjadi kekuatannya. Ada juga humor mahasiswa putus cinta yang mengatasinya dengan cara menulis surat yang tak pernah dikirimkannya kepada sang pacar dalam Gaya Herjan (1961). Oh, ya, menulis surat dengan tangan: keindahan berkomunikasi yang orang-orang pada dekade 1950-1960-an dulu lebih beruntung mampu melakukannya dibanding generasi SMS sekarang, bukan?

Rendra telah jauh dan luas bertualang dalam kariernya sebagai sastrawan yang lebih dari setengah abad. Dua buku ini, setelah melalui riset panjang dan amat tekun untuk mengumpulkan kembali naskah-naskah yang berserak di koran dan majalah yang sebagian besar tinggal nama, bukan hanya pemanis nostalgia, bersejarah, atau mengukuhkan kepengarangan Rendra. Di samping beberapa buku kumpulan tulisan Rendra di masa lalu, lebih jauh, buku ini selayaknya juga dijadikan penggugah: apakah pemberontakan hanya dilakukan di masa muda, dan cerita pendek hanya ditulis sebagai pengisi waktu remaja?

3 komentar:

Agung kurniawan mengatakan...

ikut item-iteman ya...kang..... kunjungi balik.....

Agung kurniawan mengatakan...

wah keren blognya.... kunjungi balik ya........

PuJa mengatakan...

trimakasih atas kunjuangannya...

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir