Maria hartiningsih
http://kompas-cetak/
Tragedi Mei di satu sisi juga membangkitkan solidaritas lintas ras, kelas, agama, dan etnis. Masa-masa itu juga merupakan kebangkitan intelektual, khususnya perempuan, untuk menolak rasisme dan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.
Meskipun pengungkapan mengenai kasus-kasus pemerkosaan masih tetap sulit, dan teror serta ancaman masih terus dilancarkan, banyak penulis, penyair, artis, pekerja seni, melahirkan karya- karyanya untuk mengekspresikan keprihatinan mereka dan menyelenggarakan kegiatan kebudayaan.
Ilmuwan susastra Melani Budianta mencatat, pada tahun 1999, cerpen Seno Gumira Ajidarma mengenai pemerkosaan dalam kerusuhan Mei dibacakan di banyak kampus di berbagai kota di Jawa, sebagai bagian dari upaya membangkitkan kesadaran melawan rasialisme dan kekerasan terhadap perempuan.
Pada bulan Juli tahun 1999, para seniman teater menyelenggarakan diskusi publik pertama di Taman Ismail Marzuki Jakarta dengan topik China di Indonesia.
Diskusi yang penuh keterbukaan itu merupakan yang pertama setelah 30 tahun, berlangsung damai, diakhiri pembacaan puisi dan doa bersama di depan lukisan untuk memperingati setahun tragedi Mei.
Peristiwa yang bak halaman kosong dalam sejarah resmi bangsa ini diisi dengan penuh imajinasi oleh sastra. Marga T tahun ini akan meluncurkan Nozuma III.
Novel ini mengisahkan tentang gambaran mengerikan yang telah diketahui luas: perkosaan brutal yang dialami seorang perempuan Tionghoa di Indone- sia, pembunuhan saksi yang akan melakukan testimoni di New York dan testimoni yang tidak manusiawi dari psikolog—akibat tekanan yang berwajib—untuk menyatakan bahwa korban meninggal akibat penyimpangan seksual oleh ayahnya sendiri.
Richard Oh, salah satu dari novelis pertama Indonesia yang menulis dalam bahasa Inggris, menulis Pathfinders of Love pada tahun 1999, yang merangkai cerita dengan bahan-bahan yang didapatkan dari berbagai kejadian yang beredar di kalangan teman dan aktivis.
Dengan cara bertutur yang novelistik, Seno Gumira Ajidarma dalam Clara dan Yusrisal KW dalam Imajinasi Buruk melalui narasinya mengisahkan tentang kebenaran hakiki yang sulit dipahami.
Chavchay Syaifullah, penulis novel Sendalu, menurut Melani, mengakui ia menulis cerita tentang bagaimana seseorang menjadi pemerkosa karena dibayang-bayangi peristiwa yang sangat buruk, setelah bertemu dengan laki-laki yang dengan bangga membual tentang keterlibatannya dalam tragedi Mei sebagai pemerkosa bayaran.
Semua ini memperlihatkan bagaimana sejarah bisa ditulis dengan cara lain....
Dari benua lain, seorang perempuan terus berteriak mencari keadilan melalui berbagai tulisan. "Aku mengalami peristiwa yang jauh dari norma keadaban manusia pada tanggal 14 Mei di pinggir jalan sekitar Jelambar. Duniaku terbalik hanya dalam waktu kurang dari satu jam…."
Saat itu, Kenanga, sebut saja begitu, sedang mempersiapkan ujian negara untuk mendapatkan gelar dokter. "Dan bulan depan… aku menikah. Usiaku 26.…
"Aku tidak tahu siapa yang membawaku ke rumah sakit. Ketika tersadar, aku merasakan kesakitan yang luar biasa di bagian bawah perut. Aku bahkan sama sekali tidak bisa menggerakkan kedua kakiku. Aku sangat ketakutan dan berharap ini hanya mimpi buruk. Aku terus berkata pada diriku, ’Aku harus mempersiapkan ujian negara. Waktunya tinggal 11 hari….’"
Kenanga berangkat ke benua lain pada bulan Januari tahun 1999. Luka batinnya menganga dalam. Ia mengalami penderitaan yang menetap karena organ reproduksi di bagian bawah tubuh yang mencirikan simbol keperempuanannya, dihancurkan.
Psikiaternya di tempat yang baru itu memintanya untuk terus menulis untuk mengungkapkan segenap perasaannya. Satu tulisannya masuk dalam daftar pendek suatu kompetisi penulisan yang diselenggarakan oleh suatu yayasan internasional untuk orang cacat. "In my case, womb damage…."
Menolak pelupaan
Bagi keluarga korban tewas yang distigma sebagai "penjarah" dan dikambinghitamkan dalam kerusuhan Mei, perjuangan melawan pelupaan, dipahami sebagai perjuangan melawan otoritarianisme.
Salah satu cara untuk terus mengingat adalah melakukan kegiatan setiap tahun di tempat- tempat di mana banyak korban tewas. "Tetapi, saya belum bisa upacara tabur bunga di mal, karena belum berani masuk mal," ujar Ruminah, tentang upacara setiap tahun di halaman Mal Citra Klender yang dibangun di atas bekas reruntuhan Jogya Plaza.
Ruminah adalah ibu dari Igun (12) yang tewas ketika Jogya Plaza di Klender dibakar pada tanggal 14 Mei 1998. Diperkirakan, sekitar 400 orang dewasa dan anak-anak tewas di tempat itu.
Perempuan ini adalah salah satu warga yang menyaksikan apa yang terjadi sebelum Jogya Plaza dibakar. Ia melihat dengan jelas bagaimana bangunan besar itu dibakar, dan menengarai tipe orang-orang yang melakukannya.
Ia sempat dikejar sebuah mobil kijang ketika memutuskan pergi ke kantor polisi Pulo Gadung untuk melaporkan hilangnya Igun. "Ada cewek... ada cewek...." Ia mendengar teriakan laki-laki di dalam mobil itu. Karena melihat gelagat tidak baik, ia bersembunyi di balik semak- semak. Mobil kijang itu berhenti. Penumpangnya berusaha mencari, tetapi gagal. "Saya dengar mereka mengumpat ’diancuk’!"
Igun "ditemukan" di RSCM di antara tumpukan mayat yang terbakar. Di situ Ruminah menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan. "Ada mayat seorang ibu yang sedang hamil," ujarnya.
Meski tidak terlalu yakin mayat yang ia bawa pulang itu adalah mayat Igun, ia tetap bertekad membawanya. Niatnya membuatkan makam buat Igun supaya kalau rindu bisa mengunjunginya setiap saat.
Sekitar 12 hari setelah Igun dimakamkan, beberapa kali ia menerima telepon dari orang tak dikenal pada tengah malam. Ia diancam untuk tidak bercerita kepada siapa pun soal musibah yang ia alami.
Selama beberapa bulan Ruminah mengalami trauma yang serius. Ia tidak bisa makan, tidak bisa tidur. Berkat bantuan dokter, kondisi fisiknya mulai pulih, tetapi tidak kondisi kejiwaannya.
Menolak pembandingan
Dalam proses penyembuhan itu, ia bertemu dengan para relawan yang mendampinginya. Ruminah kemudian mengalami proses pembangkitan kesadaran tentang peristiwa politik di balik tewasnya Igun. Sejak itu, ibu empat anak itu memasuki dunia aktivisme.
Bergandengan tangan dengan keluarga korban yang lainnya, ia merasakan berkeringat dalam terik matahari ketika melakukan aksi. Cintanya kepada Igun bertransformasi menjadi energi untuk memperjuangkan hak korban dari berbagai peristiwa politik.
Dengan pemahamannya tentang kerusuhan Mei, Ruminah menolak kalau korban yang tewas dalam kerusuhan Mei dibandingkan dengan perempuan Tionghoa korban perkosaan. Ia tidak mau memperbandingkan penderitaan. Ia juga memahami penderitaan keluarga korban pemerkosaan dan penyerangan seksual yang tidak berani bersuara sampai sekarang.
Namun, perjalanan mencari keadilan dan menegakkan kebenaran adalah perjalanan sangat panjang dan terjal. "Sepertinya tidak ada perubahan. Saya sering lelah," ujarnya, seraya memaparkan upayanya supaya tidak kehabisan energi.
Apalagi, banyak keluarga korban sudah jarang berkumpul karena disibukkan oleh upaya menyiasati hidup yang kian sulit. "Cari kerja susah. Banyak orang susah makan. Saya juga semakin sering waswas dan cepat bingung kalau anak saya terlambat pulang," sambungnya.
Namun, Ruminah tidak berhenti. Ketika dihubungi Kamis (11/5) malam, ia masih berada di Kantor Kontras (Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), organisasi nonpemerintah tempat ia ikut melakukan aktivismenya.
Di situ ia bertemu teman- temannya dan para aktivis. Di situ, nyala harapannya dijaga. Di situ pula ia menguatkan keyakinannya akan apa yang dikatakan penyair Chile, Pablo Neruda, "Action is The Mother of Hope."
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar