Sabtu, 06 Desember 2008

9 Pertanyaan untuk Richard Oh: Menggenggam Dunia lewat Buku

Grathia Pitaloka
http://jurnalnasional.com/

DEMI kecintaannya pada buku, Richard Oh rela meninggalkan bisnis periklanan yang sudah ia tekuni selama belasan tahun. Kemudian lelaki kelahiran Tebingtinggi, 30 Oktober 1959, ini mendirikan sebuah toko buku. Sebuah impian lama yang masih tersimpan rapi di dalam benaknya.

Tak hanya itu, sebagai bukti kecintaannya pada dunia kesusasteraan, pemilik toko buku Quality Buyers (QB) World ini menyelenggarakan Khatulistiwa Literary Award (KLA). Sebuah ajang yang bertujuan mendukung proses kreatif para penulis. Sayangnya langkah Richard tersebut tidak hanya menuai pujian, sejumlah kecaman terhadap KLA juga dialamatkan kepada ayah tiga orang anak ini. Berikut petikan obrolan Richard dengan Jurnal Nasional di Galeri Cemara, Jakarta, beberapa waktu lalu.

1. Apa yang menarik Anda ke dunia sastra, bukankah Anda sudah punya bisnis yang mapan?

Sejak kecil saya gemar membaca. Bagi seorang anak yang hidup di kota kecil seperti saya, buku menjadi sebuah jendela untuk melihat dunia luar. Saya selalu menyisihkan uang jajan supaya dapat membeli buku.

Saya memiliki pengalaman berkesan ketika masih kecil. Waktu itu saya menyukai buku Tuanku Rao. Buku itu termasuk langka, diterbitkan tahun 1965 dan bercerita mengenai masuknya Islam ke Tanah Batak. Suatu saat di sebuah bazar buku, saya melihat buku tersebut. Kemudian saya masuk dan bertanya pada penjaganya berapa harga buku itu. Kemudian ia memberikan buku itu pada saya dan berkata, "Aku kenal kau, kau amat mencintai buku. Ini adalah dari aku untukmu."

2. Apa keluarga Anda waktu itu mendukung minat Anda akan kesusasteraan?

Seperti orang keturunan pada umumnya, keluarga tidak terlalu mendukung saya untuk aktif di dunia kesenian. Mereka lebih senang jika saya menggeluti bisnis dan mencari kesuksesan secara materi.

Kemudian setelah menikah, saya melanjutkan pendidikan saya di Sastra Inggris dan Pengarangan dari Universitas Wisconsin, Madison, Amerika Serikat. Ketika itu keluarga saya setuju-setuju saja, meski pasti ada kompleksitas yang harus dihadapi.

3. Sepulangnya Anda dari Amerika, Anda langsung berkecimpung di dunia sastra?

Tidak. Pulang dari Amerika saya bekerja di beberapa perusahaan periklanan. Beberapa tahun kemudian saya mendirikan perusahaan sendiri. Cukup sukses, kami memiliki ge-dung sendiri dan berhasil memenangkan beberapa penghargaan.

Dunia periklanan cukup menarik karena di sana saya dituntut untuk kreatif dan bermain-main dengan imajinasi. Tetapi, entah kenapa, setelah menjalaninya selama 15 tahun saya mulai merasa jenuh.

Puncaknya pada kerusuhan 1998, saya berpikir untuk mengubah hidup saya. Saya ingin mengisi hidup dengan hal-hal yang saya senangi, yaitu buku. Kemudian saya membuka Quality Buyers (QB) World dan memilih untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman sastrawan dan film maker.

4. Apa pasar QB World cukup menjanjikan?

Tidak juga. Pasar buku-buku impor kecil, saya sudah buktikan, sebesar apa pun toko yang didirikan penghasilannya tetap sama. Meski secara ekonomi tidak menghasilkan banyak uang, saya cukup senang karena bisa memuaskan obsesi lama saya.

Saat ini banyak pemodal besar seperti Gajah Tunggal (Kinokuniya), Aksara dan nggak lama lagi grupnya Lippo bermain di ranah yang sama. Saya senang karena pencinta buku akan memiliki banyak pilihan. Tetapi, saya sedikit kecewa dengan pemilihan buku mereka yang kurang selektif dan hanya memenuhi kebutuhan kalangan itu-itu saja.

5. Apa yang melatarbelakangi Anda membuat Khatulistiwa Literary Award (KLA)?

Konsep awal yang saya bicarakan bersama Sutardji Calzoum Bahri, Danarto, dan seorang teman dari Jepang adalah membuat penghargaan sastra yang diberikan oleh kalangan sastrawan itu sendiri. Tujuannya mendorong para penulis untuk tetap berkarya.

Hadiah yang kami berikan juga cukup besar yaitu Rp100 juta untuk kategori puisi dan prosa, serta hadiah Rp25 juta untuk penulis pemula. Hadiah tersebut cukup bagi teman-teman agar setidaknya dapat berkonsentrasi selama setahun untuk menghasilkan karya.

Saya sering mendengar dari teman-teman tentang award ini dan award itu yang seringkali hadiahnya dipotong. Umpamanya hadiahnya Rp50 juta, tapi ternyata yang turun cuma Rp5 juta.

6. Bagaimana mekanisme penilaiannya?

KLA memiliki mekanisme penilaian sendiri. Karya-karya dinilai secara bertahap oleh beberapa dewan juri yang berasal dari kalangan sastrawan yang karyanya tidak menjadi peserta, akademisi serta wartawan yang medianya memiliki rubrik budaya.

Kalau panitia sudah memilih ketua juri, ketua terpilih bertanggung jawab untuk memilih anggota juri. Kemudian ada tiga tahap pemilihan, tahap pertama sekian orang juri memilih sekian buku yang telah diterbitkan dalam kurun waktu 12 bulan, mulai dari Juni tahun lalu sampai Juni tahun sekarang.

Semua karya harus orisinal belum pernah diterbitkan di mana-mana, dalam bentuk sastra, kategori sastra dan tidak merupakan terjemahan, atau perkembangan dari cerita lain. Setelah tahap pertama sepuluh karya dipilih, tahap kedua penilaian dilakukan oleh kelompok juri yang berbeda lagi dan mereka akan memilih lima dari sepuluh karya di tahap pertama. Pada tahap ketiga akan ditentukan siapa pemenangnya, juga oleh juri berbeda dan diumumkan pada akhir tahun.

7. Bagaimana tanggapan Anda terhadap pihak-pihak yang mengecam diselenggara-kannya KLA?

Saya pikir pihak-pihak yang mengecam penyelenggaraan KLA tidak mengerti mengenai apa yang ingin kita ciptakan. Tetapi, saya sadar tidak ada penghargaan yang pemenangnya disepakati oleh semua pihak.

Banyak yang mengkritik macam-macam, komentar macam-macam tetapi itu semua saya anggap seperti animo yang belum tersalurkan. Kami hanya ingin memberikan hadiah yang cukup besar pada penulis, sehingga dengan hadiah itu mereka bisa berkonsentrasi pada karyanya.

8. Apakah kritikan itu berpengaruh pada Anda?

Iyalah. Capek juga delapan tahun bikin penghargaan nggak dihargain. Dikritik ini itu, yang menang juga sama komentarnya nyinyir. Padahal, saya sudah berusaha untuk terbu-ka.

Tahun depan saya mau mengubah sistem penilaian. Saya mau meniru penghargaan Goncourt yang ada di Prancis, di mana saya mengundang beberapa seniman yang capable untuk menilai sejumlah karya. Lalu mereka menentukan pemenangnya. Anggota dewan juri tidak dipublikasikan, yang dipublikasikan hanya ketuanya.

9. Apakah Anda sendiri seorang penulis sejati?

Apa yang saya lakukan selalu berkaitan dengan kreativitas terutama di bidang kepenu-lisan. Karena, sejak dulu saat sekolah di Amerika saya belajar sastra dan kepengarangan. Saya sendiri menulis tiga novel dalam bahasa Inggris. Kecenderungan saya selalu mengarah kepada kreasi yang menggunakan kata-kata, menciptakan sesuatu dengan medium penulisan.

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir