Kamis, 21 September 2017

Lamongan; Nyanyian Pribumi

Judul Buku: The Lamongan Soul
Pengarang: Javed Paul Syatha
Pengantar: Haris Del Hakim
Jenis Buku: Kumpulan Sajak dan Cerpen
Penerbit: La Rose
Tebal Buku: 44 hlm; 13, 5 x 20, 5 cm
Peresensi: Imamuddin SA

Suatu sugesti tersendiri jika seseorang telah berkenan menyuarakan negeri atau kotanya. Ini membuktikan bahwa orang tersebut benar-benar peduli dan bangga terhadap negeri maupun kota itu. Dan berbesar hatilah bagi negeri atau kota yang memiliki orang-orang seperti mereka.

Penyuaraan tersebut ada yang berbentuk pujian maupun kritikan. Kedua bentuk itu pada dasarnya bertumpu pada hal yang sama. Sama-sama berorientasi pada tindak peningkatan kredebelitas suatu negeri atau kota. Jika penyuaraan itu dalam bentuk pujian, janganlah serta-merta terbuai dan lupa diri. Semuanya masih membutuhkan koreksi dan instropeksi diri. Dan jika dalam bentuk kritikan, janganlah terus mengasingkan penyuaranya. Memboikot penyuaraannya. Dengan adanya sebuah kritikan, seharusnya berbanggalah. Sebab melalui penerimaan kritikan dengan lapang dada menunjukkan bahwa suatu negeri atau kota berkehendak untuk maju dan menggapai kegemilangan di muara waktu. Mengisi cela-cela kosong dan merevolusi bagian-bagian yang dianggap kurang elok di kalbu.

The Lamongan Soul merupakan sebuah kumpulan puisi dan cerpen yang kaya akan nilai lokalitas kota Lamongan. Hal ini tampaknya dimunculkan untuk membangun dan meningkatkan kredebilitas kota Lamongan di mata publik secara umum. Dengan hadirnya The Lamongan Soul, Lamongan tampaknya akan memiliki spirit dan motivasi yang tinggi dalam menyongsong era yang penuh dengan daya saing ini. Namun semuanya dikembalikan pada Lamongan sendiri, bisakah hal ini dimanfaatkannya?

Nilai lokalitas tersebut dihadirkan tidak hanya sekedar pengeksposan biasa. Kehadirannya dalam kumpulan cerpen dan puisi ini dibumbui dengan pesona imajinatif yang sangat kental. Dan bahkan menghasilkan efek pengintepretasian yang sangat mendalam.

Ikon Lamongan yang menyuarakan diri sebagai kota soto dan tahu campur menjadi pembuka dalam karya ini. Soto dan tahu campur adalah makanan khas Lamongan. Ini adalah ciri khas kota Lamongan. Ikon ini dihadirkan tampaknya untuk mengawali langkah untuk merengkuh cita-cita dan menyongsong hiruk pikuk kehidupan kota. Jika diimajinasikan, ikon soto dan tahu campur berorientasi pada sumber tenaga manusia untuk melakukan aktifitas hidup selanjutnya. Orang tidak akan kuat dan tidak akan bertenaga tanpa adanya makanan pokoknya. Begitu juga dengan Lamongan sendiri, agar kuat dan mampu bersaing dalam dunia global, prioritas utama yang harus diperhatikan adalah peningkatan lokalitas kota yang telah dimilikinya. Ini yang perlu digarap lebih utama. Inilah sarapan paginya.

Berkaitan dengan lokalitas kota Lamongan, sebetulnya kota ini memiliki bermacam wilayah yang menjadi talenta untuk dibanggakan dan menjadi modal bersaing dalam era global. Wilayah tersebut merujuk pada masalah kesenian, pariwisata, religiuitas, dan lain-lain. Dari sisi kesenian misalnya: meskipun ini hanya tersinggung secara eksplisit dan sedikit, hal ini cukup terwakili dangan adanya penyematan judul puisi ?Pangkur?. Kata tersebut adalah menjadi ikon kesenian yang lebih terfokus pada masalah kesusastraan. Walaupun pada dasarnya keseluruhan isi puisi tersebut berorientasi pada nilai lokalitas religius yang ada di kota Lamongan. Puisi tersebut mengisyarahkan bahwa pada dasarnya masyarakat Lamongan adalah masyarakat yang religius. Masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Hal itu dalam puisi yang berjudul Pangkur ditengarai dengan adanya persembahan kepada Sunan Derajat. Yaitu salah seorang dari Wali Songo.

Lewat sajak yang berjudul Pangkur itulah, diharapkan agar kota Lamongan mampu membumikan religiuitas yang telah tertanam sejak lama. Jangan sampai religiuitas itu pudar apalagi hilang dari dalam jiwa-jiwa masyarakatnya. Selain itu, secara eksplisit yang agak jauh, kota Lamongan harus mampu meningkatkan ekistensi keseniannya. Perdayakan seluruh kesenian yang ada. Kedua hal inilah berdasarkan penyematan posisi karya yang kiranya perlu diberi penekanan lebih serius dan utama agar kota Lamongan mampu bersaing di era global dan sanggup menggapai hari esok yang gilang-gemilang.

Dari sisi wisata misalnya; ada satu tempat wisata yang masih terasing dalam kota Lamongan yang butuh pemberdayaan. Wisata ini jika dikelola dengan seksama, mampu mengangkat kredebelitas kota Lamongan. Hal itu terlihat dari letaknya yang ada di bebukitan nan asri. Di sana diselimuti kesejukan dan kedamain alam sekitar yang masih alami dan bersahabat yang mampu membawa keheningan jiwa bagi para pengunjungnya. Belum lagi ditabah dengan pesona sumber air hangat yang berasal dari bebatuan kapur yang diyakini mampu menjadi perantara menyembuhkan penyakit oleh masyarakat sekitar. Selain itu, Lamongan juga memiliki lokalitas wisata yang cukup syarat untuk dibanggakan yang kini sejenak tersisihkan. Lokalitas wisata itu adalah Waduk Gondang. Tempat wisata ini kurang dapat perhatian, padahal panorama alamnya sangat menjanjikan untuk memberikan kesegaran jiwa. Hanya saja cukup butuh sedikit perhatian. Alangkah baiknya jika lokalitas seperti itu diperhatikan.

Pada cerpen yang berjudul Melankolia, setting yang diambil adalah tempat Wisata Bahari Lamongan. Tempat ini adalah tempat satu-satunya yang sekarang menjadi aset utama kota Lamongan. Sebuah tempat wisata yang dilengkapi dengan hotel yang cukup sederhana dan disuguhi oleh panorama laut yang sangat indah. Meskipun isi cerpen ini tidak secara penuh berkutan masalah tempat wisata tersebut, palingtidak pengarang telah menyuarakan bahwa saat ini kota Lamongan memiliki tempat wisata yang sangat dibanggakan dan mampu bersaing dengan wisata-wisata lain dalam taraf regional, nasional, dan bahkan internasional.

The Lamongan Soul juga mengeritik mereka yang dulu adalah warga asli Lamongan yang kini telah memperoleh kesuksesan namun lupa akan Lamogannya. Keritikan juga mengarah kepada mereka yang telah mencoreng nama baik Lamongan di mata bangsa dan negara, bahkan dunia. Selain itu juga mengeritik kepincangan-kepincangan sosial yang masih bermekaran di dalam kehidupan kota Lamongan. Kumpulan puisi dan cerpen ini seraya memotivasi serta menyemangati kepada kota Lamongan dan masyarakatnya untuk membangun peradaban dan merengkuh masa depan yang gilang-gemilang.

The Lamongan Soul terdiri dari dua puluh lima puisi dan satu cerpen. Dua puluh lima puisi tersebu adalah; Selamat Pagi Lamongan, Lamongan, Pangkur, Kehendak Pengingkaran, Nelayan, Candra Kirana, Naga Hari-Hariku, Kali Lamong, Brumbun, The Lamongan Soul, Kuasa Lamongan, Cemeti, Engkau Telah Terlupa, Nuansa Samudra, Sebuah Muara Sejarah, Kesangsian, Dilema, Onggokan Sekejap Debu, Gerbong Pembebasan, Kepada Kesangsian, Melati dari Fantasi Kecilku, Pintu Air, Lelaki Tua dan Becaknya, Tentang Dendam, dan Boom Bali. Adapu cerpennya berjudul Melankolia.

Kumpulan puisi dan cerpen ini sangat cocok untuk dibaca kalangan SLTA dan umum, terutama warga Lamongan sendiri. Pembaca akan tahu akan gambaran kearifan lokalitas kota Lamongan melalui karya ini, meskipun dari puisi-puisinya cukup menguras otak untuk dilakukan proses pemahamannya. Hal itu disebabkan oleh kesubliman bahsanya yang cukup kental. Namun bagi yang sering bergulat dalam dunia sastra khususnya puisi, itu merupakan hal yang biasa dan wajar-wajar saja. Karya ini dari sisi penulisannya juga banyak yang keluar dari aturan baku penulisan bahasa. Entah itu sebagi stail bahasa atau kesalahan cetak semata. Kesalahan-kesalahan penulisan tersebut di antaranya adalah penulisan kata depan ?di? yang kerap diposisikan sebagai awalan, banyak penulisan partikel ?pun? yang digandeng, awalan ?ber? yang dipisah dengan kata dasarnya, dan lain-lain.

Sebenarnya, masih banyak muatan yang terkandung dalam karya ini. Muatan-muatan tersebut tersimpan dalam kesubliman bahasa yang dipakai dalam tiap-tiap puisinya. Kesubliman itu mampu membawa pembaca untuk mengarungi samudra imajinasi yang sangat jauh nan luas. Dan menemukan makna lain di balik kandungan teks yang tersurat. Semuanya tinggal bagaimana cara penginterpretasian dari diri pribadi pembaca masing-masing. Pembacalah yang selanjutnya memiliki hak penuh akan hal ini. Dan akhirnya, selamat menikmati. Semoga kedamaian hati selalu melingkupi biar menemukan apa yang telah menjadi misteri di balik kata bersemi.
***

http://sastra-indonesia.com/2010/07/lamongan-nyanyian-pribumi/

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir