Korrie Layun Rampan
Suara Karya, 15 Juni 2013
SASTRAWAN yang berasal dari NTB cukup banyak. Beberapa nama yang penulis kenal sebagaimana yang ditulis oleh Putu Sugih Arta yaitu: 1. Putu Arya Tirtawirya (almarhum) 2. I Dewa Rai Oka ( almarhum) 3. H. Badrun (almarhum) 4. H.Dinullah Rayes 5. Prof. Nurahman Hanafi 6. Jero Anang Zubaedi Soemerep 7. Sulaiman Saleh 8. Putu Sugih Arta 9. H. Rianto Rabbah 10. Kongso Sukoco 11. Imtifan Taufan 12. R. Eko Wahono. 13. Kiki Sulistyo 14. Wayan Suarta Bagiada. Mereka sastrawan NTB yang dikenal luas. Karya mereka menunjukan ciri-ciri tertentu yang mencerminkan penemuan mereka terhadap idiom, tema, penokohan, dan latar yang khas NTB.
Dua sastrawan besar berasal dari daerah ini yaitu Putu Arya Tirtawirya dan Dinulla Rayes. Putu Arya banyak menulis cerpen, essai, kritik sastra, dan puisi. Putu Arya yang beragama hindu memperlihatkan kekhasan karyanya yang bernafaskan tradisi hindu sebagaimana banyak di temui pada sastrawan Bali. Itu sebabnya di Lombok banyak ditemui ciri Bali, akan tetapi di Bali tidak ada ciri-ciri Lombok. Dalam banyak karya Putu Arya Tirtawyria banyak menyajikan kisah unik yang berhubungan dengan tradisi Bali, misalnya kawin lari. Tokoh-tokoh itu menunjukan kebudayaan dan pradaban Bali yang mendapat tranformasi baru pada masyarakat Lombok. Hal inilah yang membuat karya fiksi Putu Arya beda dari karya rekan lainnya di NTB.
Sebagai pengarang pengalaman, Putu Arya Tirtawirya menggali secara mendalam dan mendetail kisah-kisah seputar pengalamn diri, pengalaman masyarakat serta pengalaman masyarakat peradaban Bali. Pikira-pikiran tentang hinduisme membayangi karya-karya fiksinya terutama dalam cerpen-cerpennya yang memikat. Romantisme yang dikembangkan sastawan ini menggali lekuk dan liku perasaan dan hati nurani manusia. Beberapa cerpennya yang mengambil kisah dan tema tragedi G 30 S mengungkaikan persoalan-persoalan lokal yang mencerminkan konflik simultan yang tek jarang menimbulkan mala petaka. Dendam pribadi dan dendam masal membawa emosi pahit untuk pembalasan dendam.
Dinulla Rayes merupakan penyair yang membawa tema-tema lokal dalam idiom-idiom lokal. Seakan kembaran Putu Arya Tirtawirya, Dinulla Rayes menyajikan visi dan misi yang berbeda, terutama karena perbedaan pandangan hidup. Dinulla Rayes yang muslim menunjukan tema-tema sastra yang berangkat dari visi dan misi keislaman dengan begitu ia menggali lekuk dan liku yang dijadikannya tokoh di dalam sejumlah karya sastranya. Terutama dalam sajak-sajak yang di wilayah-wilayah setting tertentu. Dinulla merupakan akar sastra dan budaya NTB. Ia berjuang dari sajak-sajak kecil yang mencerminkan keakuan yang monolog dan dialog kecil yang memperlihatkan manusia dan alam dalam lingkup daerah-daerah khusus yang dikenal nya dalam lingkungan NTB. Ratusan sajak yang sudah ditulisnya memperlihatkan perjalanan panjangnya sejak tahun 1950an hingga kini ia tetap aktif menulis. Puisi-puisi yang ditulisnya di berbagai tempat mengekalkan pengalam-pengalam empiris yang dilewastinya saat momen-momen puitik menjelma mejadi kandungan filosofis. Dengan dualisme yang matang Putu Arya Tirtawirya dan Dinulla Rayes merupakan sastrawan kembar yang pandangan hidup serta visi dan misi penciptaan sastra yang saling berbeda.
Sastrawan R. Eko Wahono lebih banyak menggali fiksi dialogis yang diuraikan didalam berbagai lakon. Sementara Putu Sugih Arta menyajikan sajak-sajak liat yang mengekalakan pengalam-pengalam empiris secara lokal. Sajak yang mencirikan manusia Bali yang ada di Lombok memperlihatkan kekuatan kata dan bahasanya yang mendirikan letak dan citra manusia yang berada di berbagai pesisir tema kemanusiaan. Sajak-sajak itu mencirikan manusia utuh yang bimbang terhadap keberadaan mereka. Situasi dan kondisi yang mengkungi didalam wilayah-wilayah perbatasan.
Oleh perjuangan individual maupun massal tokoh-tokoh Putu Sugih Arta selalu berada pada dataran keyakinan bahwa hidup harus diperjuangkan dengan mengalahkan tantangan.
Rianto Rabbah dan Imtihan Taufan merupakan fiksionis yang bergerak dalam lingkungan tema yang luas. Karya kedua pengarang ini memperlihatkan hal-hal penting yang mencirikan sastra tinggi dalam lingkungan penciptaan fiksi serius. Dalam hal demikian tema-tema yang ditampilkan kadang berupa simbol yang menggambarkan moral kejatuhan manusia dan refleksi kemajuan yang kadang tidak bisa ditengarai dan diproduksi oleh individu maupun oleh masyarakat umum.
Beberapa cerita yang komikal. Mereka mengejek orang-orang tertentu atau orang-orang tententu yang dijadikan bulan-bulanan di dalam tema dengan karya-karya yang demikian sastrawan ini telah keluar dari wilayah lokal kecakrawala sastra yang lebih luas. Dengan karya sastra yang demikian para pengarang ini menjadikan tokoh dan setting sebagai tanah pijak yang mencirikan wilayah-wilayah kemanusiaan untuk menggali arti kehidupan. Demikian juga pada penyair Ais yang telah keluar dari dirinya sendiri ke wilayah-wilayah estetis.
Kiki Sulistio, sastrawan muda yang sangat subur dari daerah ini. Ia menulis sajak-sajak prismatis yang secara meyakinkan menggarap dunia batin manusia. sajaknya kadang gerai, kadang manis dan mencirikan perjuangan manusia ditengah alam kegeraian di dalam tema memperlihatkan perjuang yang tidak kepalang tanggung yang diikuti oleh sisi-sisi romantisme. Dengan sajak-sajak yang mencirikan keteguhan dan perjuangan itu ia menempatkan tokoh dan pemikiran manusia dalam menggarap perjuangan hidup ditengah teka-teki kehidupan. Kemanakah harus berjalan? Hidup adalah satu tantangan yang tak bisa ditebak ujungnya dan oleh karena itu manusia harus berjuang di dalam keyakinan bahwa ada kemaslahatan hidup yang dijadikan hidup yang mendirikan iman.
Sajak-sajak Kiki Sulistio adalah puisi jernih yang memberi kekuatan dan keyakinan bahwa sebagai khalifah Allah dimuka bumi, manusia memang diberikan dua pilihan antara hitam dan putih. Pilihan itu adalah anugrah. Jika langkah kiri yang diambil sehingga menemukan kehitaman jalan buntu maka itulah pilihan manusia pada anugrah. Jika langkah kanan ditapaki sehingga di jumpai pintu-pintu maslahai . Itulah anugrah lain yang berisi rahmat dan anugrah kehidupan. Sajak-sajak itu memcirikan perbuatan-perbuatan hasrat untuk mencapai kebadian.
Dengan membaca karya-karya sastrawan ini dapat ditemukan beberapa ciri istimewa. Keistimewaan itu terletak pada ciri budaya. Di NTB terdapat pengaruh budaya Bali yang dicerminkan oleh sejumlah oleh penganut himdu dan rumah-rumah ibadah hindu yang di dalam karya sastra diperankan oleh tokoh-tokoh tertentu sehingga melahirkan keunikan. Kemudian, kuatnya unsur-unsur keagamaan lainnya khususnya islam memperlihatkan segi-segi istimewa yang mencerminkan tradisi islam ditengah kepercayaan lainnya. Tradisi-tradisi itu satu sama lain mengukuhkan dirinya sebagai akar budaya yang kemudian tercermin di dalam sejumlah karya sastra.
Korrie Layun Rampan, Sastrawan.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2013/06/membaca-ntb-dalam-sastra-indonesia.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar