Minggu, 30 Juni 2013

Membaca NTB dalam Sastra Indonesia

Korrie Layun Rampan
Suara Karya, 15 Juni 2013

SASTRAWAN yang berasal dari NTB cukup banyak. Beberapa nama yang penulis kenal sebagaimana yang ditulis oleh Putu Sugih Arta yaitu: 1. Putu Arya Tirtawirya (almarhum) 2. I Dewa Rai Oka ( almarhum) 3. H. Badrun (almarhum) 4. H.Dinullah Rayes 5. Prof. Nurahman Hanafi 6. Jero Anang Zubaedi Soemerep 7. Sulaiman Saleh 8. Putu Sugih Arta 9. H. Rianto Rabbah 10. Kongso Sukoco 11. Imtifan Taufan 12. R. Eko Wahono. 13. Kiki Sulistyo 14. Wayan Suarta Bagiada. Mereka sastrawan NTB yang dikenal luas. Karya mereka menunjukan ciri-ciri tertentu yang mencerminkan penemuan mereka terhadap idiom, tema, penokohan, dan latar yang khas NTB.
Dua sastrawan besar berasal dari daerah ini yaitu Putu Arya Tirtawirya dan Dinulla Rayes. Putu Arya banyak menulis cerpen, essai, kritik sastra, dan puisi. Putu Arya yang beragama hindu memperlihatkan kekhasan karyanya yang bernafaskan tradisi hindu sebagaimana banyak di temui pada sastrawan Bali. Itu sebabnya di Lombok banyak ditemui ciri Bali, akan tetapi di Bali tidak ada ciri-ciri Lombok. Dalam banyak karya Putu Arya Tirtawyria banyak menyajikan kisah unik yang berhubungan dengan tradisi Bali, misalnya kawin lari. Tokoh-tokoh itu menunjukan kebudayaan dan pradaban Bali yang mendapat tranformasi baru pada masyarakat Lombok. Hal inilah yang membuat karya fiksi Putu Arya beda dari karya rekan lainnya di NTB.

Sebagai pengarang pengalaman, Putu Arya Tirtawirya menggali secara mendalam dan mendetail kisah-kisah seputar pengalamn diri, pengalaman masyarakat serta pengalaman masyarakat peradaban Bali. Pikira-pikiran tentang hinduisme membayangi karya-karya fiksinya terutama dalam cerpen-cerpennya yang memikat. Romantisme yang dikembangkan sastawan ini menggali lekuk dan liku perasaan dan hati nurani manusia. Beberapa cerpennya yang mengambil kisah dan tema tragedi G 30 S mengungkaikan persoalan-persoalan lokal yang mencerminkan konflik simultan yang tek jarang menimbulkan mala petaka. Dendam pribadi dan dendam masal membawa emosi pahit untuk pembalasan dendam.

Dinulla Rayes merupakan penyair yang membawa tema-tema lokal dalam idiom-idiom lokal. Seakan kembaran Putu Arya Tirtawirya, Dinulla Rayes menyajikan visi dan misi yang berbeda, terutama karena perbedaan pandangan hidup. Dinulla Rayes yang muslim menunjukan tema-tema sastra yang berangkat dari visi dan misi keislaman dengan begitu ia menggali lekuk dan liku yang dijadikannya tokoh di dalam sejumlah karya sastranya. Terutama dalam sajak-sajak yang di wilayah-wilayah setting tertentu. Dinulla merupakan akar sastra dan budaya NTB. Ia berjuang dari sajak-sajak kecil yang mencerminkan keakuan yang monolog dan dialog kecil yang memperlihatkan manusia dan alam dalam lingkup daerah-daerah khusus yang dikenal nya dalam lingkungan NTB. Ratusan sajak yang sudah ditulisnya memperlihatkan perjalanan panjangnya sejak tahun 1950an hingga kini ia tetap aktif menulis. Puisi-puisi yang ditulisnya di berbagai tempat mengekalkan pengalam-pengalam empiris yang dilewastinya saat momen-momen puitik menjelma mejadi kandungan filosofis. Dengan dualisme yang matang Putu Arya Tirtawirya dan Dinulla Rayes merupakan sastrawan kembar yang pandangan hidup serta visi dan misi penciptaan sastra yang saling berbeda.

Sastrawan R. Eko Wahono lebih banyak menggali fiksi dialogis yang diuraikan didalam berbagai lakon. Sementara Putu Sugih Arta menyajikan sajak-sajak liat yang mengekalakan pengalam-pengalam empiris secara lokal. Sajak yang mencirikan manusia Bali yang ada di Lombok memperlihatkan kekuatan kata dan bahasanya yang mendirikan letak dan citra manusia yang berada di berbagai pesisir tema kemanusiaan. Sajak-sajak itu mencirikan manusia utuh yang bimbang terhadap keberadaan mereka. Situasi dan kondisi yang mengkungi didalam wilayah-wilayah perbatasan.

Oleh perjuangan individual maupun massal tokoh-tokoh Putu Sugih Arta selalu berada pada dataran keyakinan bahwa hidup harus diperjuangkan dengan mengalahkan tantangan.

Rianto Rabbah dan Imtihan Taufan merupakan fiksionis yang bergerak dalam lingkungan tema yang luas. Karya kedua pengarang ini memperlihatkan hal-hal penting yang mencirikan sastra tinggi dalam lingkungan penciptaan fiksi serius. Dalam hal demikian tema-tema yang ditampilkan kadang berupa simbol yang menggambarkan moral kejatuhan manusia dan refleksi kemajuan yang kadang tidak bisa ditengarai dan diproduksi oleh individu maupun oleh masyarakat umum.

Beberapa cerita yang komikal. Mereka mengejek orang-orang tertentu atau orang-orang tententu yang dijadikan bulan-bulanan di dalam tema dengan karya-karya yang demikian sastrawan ini telah keluar dari wilayah lokal kecakrawala sastra yang lebih luas. Dengan karya sastra yang demikian para pengarang ini menjadikan tokoh dan setting sebagai tanah pijak yang mencirikan wilayah-wilayah kemanusiaan untuk menggali arti kehidupan. Demikian juga pada penyair Ais yang telah keluar dari dirinya sendiri ke wilayah-wilayah estetis.

Kiki Sulistio, sastrawan muda yang sangat subur dari daerah ini. Ia menulis sajak-sajak prismatis yang secara meyakinkan menggarap dunia batin manusia. sajaknya kadang gerai, kadang manis dan mencirikan perjuangan manusia ditengah alam kegeraian di dalam tema memperlihatkan perjuang yang tidak kepalang tanggung yang diikuti oleh sisi-sisi romantisme. Dengan sajak-sajak yang mencirikan keteguhan dan perjuangan itu ia menempatkan tokoh dan pemikiran manusia dalam menggarap perjuangan hidup ditengah teka-teki kehidupan. Kemanakah harus berjalan? Hidup adalah satu tantangan yang tak bisa ditebak ujungnya dan oleh karena itu manusia harus berjuang di dalam keyakinan bahwa ada kemaslahatan hidup yang dijadikan hidup yang mendirikan iman.

Sajak-sajak Kiki Sulistio adalah puisi jernih yang memberi kekuatan dan keyakinan bahwa sebagai khalifah Allah dimuka bumi, manusia memang diberikan dua pilihan antara hitam dan putih. Pilihan itu adalah anugrah. Jika langkah kiri yang diambil sehingga menemukan kehitaman jalan buntu maka itulah pilihan manusia pada anugrah. Jika langkah kanan ditapaki sehingga di jumpai pintu-pintu maslahai . Itulah anugrah lain yang berisi rahmat dan anugrah kehidupan. Sajak-sajak itu memcirikan perbuatan-perbuatan hasrat untuk mencapai kebadian.

Dengan membaca karya-karya sastrawan ini dapat ditemukan beberapa ciri istimewa. Keistimewaan itu terletak pada ciri budaya. Di NTB terdapat pengaruh budaya Bali yang dicerminkan oleh sejumlah oleh penganut himdu dan rumah-rumah ibadah hindu yang di dalam karya sastra diperankan oleh tokoh-tokoh tertentu sehingga melahirkan keunikan. Kemudian, kuatnya unsur-unsur keagamaan lainnya khususnya islam memperlihatkan segi-segi istimewa yang mencerminkan tradisi islam ditengah kepercayaan lainnya. Tradisi-tradisi itu satu sama lain mengukuhkan dirinya sebagai akar budaya yang kemudian tercermin di dalam sejumlah karya sastra.

Korrie Layun Rampan, Sastrawan.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2013/06/membaca-ntb-dalam-sastra-indonesia.html

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir