Korrie Layun Rampan
http://gampiran.wordpress.com/
Pertama kali saya membaca embriyo Gampiran (Rampan, 2011: 121-5) saat menyusun antologi cerita pendek Kalimantan Timur dalam Cerpen Indonesia. Buku itu diterbitkan sebagai dasar senimar sastra yang diadakan pada tanggal 7 Desember 2011 tentang pendidikan dan kreativitas sastra di Kalimantan Timur.
Rupanya Gampiran dilanjutkan dalam bentuk novel, meskipun ada beberapa perubahan pada tokoh dan latar, namun perubahan itu tidak membawa dampak pada alur dan tema. Pusat temanya pada lingkungan hidup tetap utuh dan tajam. Pengakhir novel menjadi happy ending sedang pada cerpen dilakukan pengakhiran sedih secara terbuka.
Untuk sampai kepada beberapa catatan akhir tentang novel ini, baiklah dijelaskan di sini beberapa hal elementer mengenai beberapa pengertian agar pembaca mendapat gambaran mengenai isi novel secara lebih komprehensif dan holistik.
Pertama, mengenai tokoh. Menurut Eksiklopedia Sastra Indonesia (2004: 811) tokoh ialah orang atau benda yang menjadi pelakon di dalam cerita yang kemudian menentukan unsur plot, suasana, dan tema. Itu sebabnya tokoh itu biasanya tidak tunggal, tetapi selalu didampingi beberapa tokoh lainnya yang kadang disebut tokoh antagonis, tokoh pembantu, tokoh pelengkap yang umumnya disebut tokoh bawahan. Dalam Gampiran ini dapat ditemui pada Munita, Buyan, Paman Riu, Ibu, Tuan Hisyam, Tua Mor, Monika, Seduyong, dan Wirawan
Tokoh utama novel, drama, atau cerpen disebut protagonis. Tokoh dikenal lewat tindakannya, ucapannya, perasaannya, pikirannya, tanggapannya terhadap diri sendiri. Tokoh utama adalah tokoh yang mengambil bagian dalam keseluruhan kisah, sehingga apa pun yang terjadi di dalam kesatuan kisah selalu berhubungan dengan tokoh utama. Itu sebabnya segala perubahan yang terjadi di dalam kisah akan membawa dampak perubahan sikap, tindakan, pikiran, perlakuan para pembaca terhadap pandangan hidup dari peristiwa-peristiwa yang mengubah jalan hidup tokoh utama. Hal ini dapat terlihat dari Gampiran yang akhirnya berubah menjadi manusia biasa dan menikah dengan mantan kekasih saudara kembarnya. Inilah takdir Munita.
Kedua, latar. Penempatan latar atau setting penting dalam sebuah cerita karena berhubungan dengan konsep mimesis Aristoteles tentang art imitatur naturam. Konsep ini menyebutkan bahwa karya seni meniru alam, dan, karena itu apa pun yang ditulis dan dikerjakan di dalam seni ada hubungannya dengan alam. Itu sebabnya latar itu penting karena menunjukkan suatu tempat tertentu dari terjadinya peristiwa yang dikisahkan. Tempat itu jelas dan pasti, dan tidak mungkin dipindahkan ke wilayah lain, karena latar sangat spesifik. Ia hanya ada di tempat itu. Karena itu, latar dikenal dalam dua bentuknya, yaitu: latar material yang berbentuk tempat dan waktu, dan latar sosial yang berwujud situasi sosial-ekonomi, budaya, politik dan sebagainya pada waktu cerita dikisahkan. Dalam novel ini latar dikontraskan pada tempat yang diwakilkan oleh kurun waktu sehingga melahirkan kontras-kontras tertentu dalam perubahan zaman. Kenyataan itu tampak pada awal kisah tentang Kampung Sangta dan pada masa akhirnya kampung itu dalam kisah yang diinginkan Gampiran setelah ia menjadi manusia dan menikah dengan Wirawan.
Ketiga, tema. Unsur tema sangat penting di dalam suatu karya sastra. Meskipun telah ada tokoh dan latar, tetapi tidak memiliki tema yang jelas, karya itu masih memiliki kekurangan. Tema sebagaimana dikatakan Rampan (2009: 3) adalah inti persoalan di dalam cerita, ide pokok, atau gagasan yang dituangkan sebagai dasar penulisan suatu cerita. Ide pokok itu tidak ditulis secara verbal, tetapi disamarkan di dalam sintaksis bagian-bagian cerita dengan cara menyicil. Dengan kata lain tema adalah ide dasar umum yang ditransformasikan di dalan karya untuk menopang gagasan yang dinyatakan di dalam novel, cerpen, atau drama, baik mengenai persamaan maupun perbedaan pemikiran yang ditulis dalam karya itu. Dalam Gampiran temanya jelas mengenai konsep hulu hilir sebagai cara pelestarian lingkungan.
Novel Gampiran Inni Indarpuri ini memenuhi semua syarat teknis novel yang baik. Dalam teori penulisan ada sejumlah elemen yang harus diperhatikan untuk mencapai hasil novel yang berkualitas. Dalam buku Dasar-dasar Penulisan Novel telah saya jelaskan elemen-elemen penting yang harus ada di dalam novel. Di samping tiga hal yang sudah disebutkan di atas masih ada sejumlah elemen lainnya seperti suasana, suspense, pembukaan, alinea akhir, atmosfer, sudut pandang, perwatakan, gaya, dan sebagainya. Hal-hal elementer ini dapat dibaca pada buku-buku panduan, di antaranya dalam Dasar-dasar Penulisan Cerita Pendek (1991), Apresiasi Cerita Pendek 1-2 (1990), dan Apresiasi Cerita Pendek Indonesia Mutakhir (2009) yang ditulis Korrie Layun Rampan, yang secara dasariah sama dengan teknik dan tahap-tahap penulisan novel.
Untuk memahami novel Gampiran Inni Indarpuri ini perlu juga dipahami beberapa hal dasar yang saya catat berikut ini. Pertama mengenai konsep kekosongan. Novel ini berkisah tentang kembaran manusia-buaya yang masing-masing memiliki alam sendiri-sendiri. Sebagaimana dikatakan Bramantyo dan Cheng (Sutasoma, 2010: xx) bahwa ada Jalan Tengah yang dalam Budhha merupakan saling bergantungan dalam kondisionalitas atau relativitas. Dalam hubungan tersebut, sunyata dimaknakan sebagai kekosongan, keterbukan, atau nonsubstansialitas, dan hal yang tak bisa dimusnahkan. Dalam Kakawin Sutasoma pengertian tersebut dinamakan nirasraya yang menurut L.L. Huesh Cheng bahwa segala sesuatu hal adalah kosong dari esensi yang abadi dan bahwa pencapaian kebebasan disamakan dengan sunyata itu sendiri. Hal ini tampak jelas dalam hubungan sakaw dengan kekurangan nutrisi sesajenan, dalam manifestasi yang dialami buaya jadi-jadian.
Dalam hubungan bahasa novel Gampiran menunjukkan kelancaran yang tidak membebani pembaca dengan berbagai kesulitan vocabuler dan sintaksis. Aminuddin (2008: 28) dengan mengutip Kridalaksana menyebutkan bahwa bahasa merupakan sistem lambang arbitrer yang dipergunakan untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Dalam hubungan itu, bahasa yang digunakan Inni mencerminkan bahasa fiksi yang memikat dalam hubungan individualitas dan cinta seperti ditulisnya secara romantis berikut ini.
“Ah, inikah rasanya menjadi pengantin. Semua mata memandang takjub. Kulirik sekali lagi peraduan yang keseluruhan berwarna kuning. Taburan bunga melati kian membuat semerbak pelaminan ini, dan aku menyukainya.
“Aku tersenyum. Khayalku itu sebentar lagi akan nyata. Aku akan bersanding setelah mengorbankan Monika terlebih dahulu. Aku akan mengalami apa yang seharusnya dialami wanita akil baliq di dunia ini. Sudah cukup selama delapan belas tahun aku terpisah dari dunia manusia. Hidup menyendiri dalam kesunyian.”
Dalam Sastra Nusantara atau Sastra Indo Belanda, ditemukan nama Louis Couperus (1863-1923) yang menulis novel De Stille Kracht yang di dalam Bahasa Indonesia menjadi Alam Gaib atau Keuatan Diam. Di dalam novel yang ditulis pada zaman penjajahan Belanda di Pasuruan, JawaTimur ini memperlihatkan sekian banyak kejadian ajaib yang berhubungan dengan hal-hal magis dan kekuatan supranatural. Novel ini berbicara tentang kekuasaan dan keinginan bahagia tokoh-tokohnya, namun nasib dan takdir membawa mereka kepada kenyataan lain dari hidup yang sebenarnya. Dalam Gampiran hal yang demikian tersua dengan bagus lewat narasi dan dramatisasi peristiwa. Mitos Senyulong² dan Pawang Tua Mor³ menjadi bagian yang mengandung misteri dari kerak tradisi dinamisme di alam modern. Persenyawaan alam gaib dan alam nyata mencerminkan singkretisme yang menghalalkan mite hidup bersama dari berbagai kekauatan gaib dan supranatural. Hal yang dikatakan filsuf van Peursen sebagai kelengkapan pikiran mitis bersatu dengan pikiran ontologis di dalam kesenyawaan yang melegakan.
Gampiran menunjukkan local genus yang dalam bahasa sehari-hari disebut kearifan lokal. Menurut Rahyono (2009: 7) dengan mengutip Poespowardojo yang merumuskan pemikiran Quaritch Wales bahwa kearifan lokal memperlihatkan ciri budaya tertentu dari sekelompok manusia sebagai pemilik budaya tersebut, dan berbagai pengalaman hidup yang menghasilkan ciri-ciri budaya tersebut. Dalam hubungan novel Inni Indarpuri Gampiran ini tampak kearifan lokal menjadi ciri utamanya yang menerakan kebudayaan kampung dalam hubungannya dengan perikehidupan buaya (jadi-jadian) yang mencirikan kehidupan manusia biasa. Selain itu, budaya kampung yang sebenarnya tercermin di dalam berbagai aktivitas komunal yang mencerminkan kekuatan gotong-royong dan kolektivitas di dalam keseharian manusia merdeka. Jiwa kampung dengan masyarakat kampung yang berjuang dalam pikiran jernih dan orisinal menjadi ciri kearifan lokal, di mana manusia berjuang dan berhasil berkat menjalani pengalaman hidup melewati proses belajar yang dilakukannya dari pengalaman hidup itu. Mite perjanjian antara raja buaya dan raja manusia tentang hukum pemeliharaan hulu dan hilir sungai menjadi salah satu kisah yang mencerminkan local genus dalam novel Gampiran. Hulu adalah wadah hidupnya habitat buaya dan hilir adalah kedamaian dan kesejahteraannya umat manusia. Kedua wilayah dan habitat ini tidak saling mengganggu, akan tetapi keduanya dapat hidup berdampingan tolong-menolong!(*)
Catatan:
¹ Sastrawan, pendiri dan pengelola Rumah Sastra Korrie Layun Rampan
² Mitos dan buaya yang ada di sungai-sungai di Serawak;
³ Dukun yang menggunakan kekuatan supranatural untuk mengerahkan kekuatan magis agar buaya Senyulong menggoda buaya jadi-jadian lainnya.
Kepustakaan:
Aminuddin, Drs. M.Pd.,2008, Semantik, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Hartoko, Dick, 1979, Bianglala Sastra, Jakarta: Djambatan
Rahyono, F.X.,Kearifan Budaya Dalam Kita, Jakarta: Wedatama Widya Sastra
Rampan, Korrie Layun, 2011, Kalimantan Timur dalam Cerpen Indonesia, Samarinda-Jakarta: Pustaka Spirit
——————————-, 2009, Apresiasi Cerpen Indonesia Mutaklhir, Jakarta: bukupop
Tantular, Mpu, 2009, Kakawin Sutasoma, Jakarta: Komunitas Bambu
WS, Hasanuddin, Prof. Dr., 2004, Ensiklopedi Sastra Indonesia, Bandung: Titian Ilmu
Dijumput dari: http://gampiran.wordpress.com/2012/05/10/pengantar-dari-korrie-layun-rampan/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar