Jumat, 24 Mei 2013

Kita Perlu Hari Bahasa Indonesia

Mihar Harahap *
Jurnal Nasional, 7 April 2013

HARI Puisi Indonesia (HPI) pada 15 November 2012 di Pekan Baru sudah dideklarasikan Sutadji Calzoum Bachri dan kawan-kawan dari berbagai daerah. Acara itu dihadiri Guburnur Riau, Rusli Zainal. Tak lama, pada 24 Maret 2013 di Bukit Tinggi dimaklumatkan pula Hari Sastra Indonesia (HSI) atas prakarsa Taufiq Ismail dan kawan-kawan, di antaranya turut menghadiri HPI. Acara ini disahkan Wamendikbud, Wiendu Nuryanti. Sementara itu, Wowok Hesti Prabowo, juga mendeklarasikan HSI di Solo.

Mungkin seniman tari, musik, teater, lukis, ukir dan multi media tak mau tinggal. Mereka bergabung untuk mendeklarasikan Hari Kesenian Indonesia (HKI). Belum lagi budayawan di daerah-daerah, pun mendeklarasikan Hari Kebudayaan Indonesia (HAKI) agar bisa menampung semua cabang kesenian, termasuk sastra. Lalu, kita mengusulkan pendeklarasian Hari Bahasa Indonesia (HBI) yang pasti diperlukan negara dan bangsa Indonesia, apalagi para sastrawan, seniman atau budayawan tersebut.

Terus terang, banyak hal prinsip perlu diperdebatkan terkait deklarasi-deklarasian ini. Pertama, mengapa HPI dan HSI dideklarasikan di kota kecil, tidak di Jakarta, Surabaya atau Medan sebagai kota terbesar di Indonesia? Sebab, persoalan tempat menjadi signifikan bila ingin mendeklarasikan sesuatu atas nama Indonesia dalam era reformasi ini. Kita merasa kota kecil bukanlah lokasi ideal. Meski Bukit Tinggi memiliki nilai sejarah, tapi tidaklah serta-merta dapat dijadikan alasan pembenaran pemilihan tempat.

Kedua, apakah peserta sudah mewakili daerahnya? Apakah korum peserta sudah mewakili Indonesia? Kalau belum, berarti deklarasi dianggap gagal,ditunda. Terbukti, peserta tidak mewakili seluruh provinsi, kabupaten, kota di Indonesia. Malah lebih banyak Jakarta dan orang setempat, sedangkan beberapa provinsi/kabupaten/kota lainnya hanya seorang-seorang saja. Anehnya, tanpa perhitungan, kabarnya maklumat itu telah disahkan Wamendikbud. Akibatnya, muncullah berbagai tanggapan daerah yang menolak.

Ketiga, apa konsep dasar, latar pemikiran, sehingga kelahiran Abdoel Moeis ditetapkan sebagai tanggal dan bulan HSI? Kalau tak berhasil menemukan tanggal terbit pertama Balai Pustaka (BP), lalu mengapa berani-beraninya panitia kecil menetapkan tanggal dan bulan kelahiran Abdoel Moeis. Bukankah hal ini berarti bahwa HSI gagasan Taufiq yang sudah disahkan itu, telah gagal meletakkan dasar pemikirannya. Jadi, bukan BP, melainkan entah apa, terlalu dipaksakan, padahal penelitiannya belum selesai.

Keempat, lain halnya deklarasi HPI gagasan Sutardji. Latarnya jelas, Sumpah Pemuda (SP). Contoh bait 1 : “Indonesia dilahirkan oleh puisi yang ditulis secara bersama-sama oleh para pemuda dari berbagai wilayah tanah air. Puisi pendek itu adalah Sumpah Pemuda. Ia memberi dampak yang panjang dan luas bagi imajinasi dan kesadaran rakyat nusantara. Sejak itu pula sastrawan dari berbagai daerah menulis dalam bahasa Indonesia, mengantarkan bangsa Indonesia meraih kedaulatan sebagai bangsa yang merdeka.”

Ada 3 hal yang dikemukakan bait ini. Satu, SP adalah puisi yang ditulis bersama- sama. Dua, SP berdampak positif terhadap imajinasi bangsa Indonesia. Tiga, SP merupakan momentum sastrawan menulis dalam bahasa Indonesia. Kesan kita, bahwa bahasa Indonesia adalah komitmen bangsa dan tanah air yang telah menyejarah, memersatukan dan mestinya kita konsisten. Cuma, pernyataan SP itu puisi, menyentakkan kita, sebab tak terpikirkan sebelumnya. Barangkali Teks Proklamasi juga puisi.

Jika demikian, lalu mengapa tidak tanggal 28 Oktober 1928 dijadikan sebagai HPI atau kelahiran Muhammad Yamin, sastrawan yang justru banyak terlibat dalam SP? Termasuk Amir Hamzah. Mengapa mencatut nama Chairil Anwar yang baru anak kemarin dalam sejarah SP? Bukankah Muhammad Yamin dan Amir Hamzah banyak berjasa terhadap bahasa Indonesia ketika itu. Adapun Chairil Anwar adalah menjelang dideklarasi kannya kemerdekaan negara dan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Jadi, kalau SP dijadikan landasan dasar ideal HPI bahkan dinyatakan puisi karya bersama, maka logikanya hari lahir SP, mestinya dijadikan sebagai HPI. Atau kelahiran Muhammad Yamin ataupun Amir Hamzah. Itu baru namanya konsisten kepada SP seper ti komitmen para pendahulu. Karena itu, kita setuju latarnya SP, tetapi bukan HPI, juga HSI, melainkan HBI. Sebab bahasa Indonesia adalah bahasa negara, bahasa bangsa, bahasa sastra/seni/budaya, bahasa kebanggaan dan bahasa identitas orang Indonsia.

Kelima, Sutardji Calzoum Bachri deklarasikan HPI mengacu kelahiran Chairil An war karena Chairil konsisten pada SP. Taufiq Ismail deklarasikan HSI mengacu kelahiran Abdoel Moies karena Abdoel konsisten terhadap perjuangan bangsa, pahlawan nasional dan karyanya sangat monumental. Wowok Hesti Prabowo deklarasikan HSI mengacu kelahiran Pramoedya Ananta Toer. Alasan, karena Pramoedya nominator pemenang hadiah nobel sastra dan karyanya mengandung semangat kebangsaan. Siapa lagi?

Tampak, ketiga deklarasi ini tak sama dalam memandang para tokoh sastra untuk ditetapkan sebagai hari kelahiran puisi atau sastra Indonesia. Belum lagi daerah lain, memunculkan nama-nama semisal Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, Merari Siregar dan sebagainya. Atau memilih salah satu nama tokoh diantara ketiga deklarasi tersebut. Akan tetapi, bagaimana pula dengan seniman dan budayawan lain yang juga akan mengajukan nama-nama tokoh, termasuk nama-nama harinya. Karena itu, buatlah lebih umum.

Yang umum, kita usulkan HBI. Dasar pemikiran SP, satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yakni Indonesia yang bersifat satu kesatuan.Tanggal dan bulan HBI, 1). 28 Oktober 1928 atau 2). bila diambil dari kelahiran tokoh SP adalah Muhammad Yamin ataupun Amir Hamzah. Kedua nama ini tak diragukan lagi, tokoh sastra, tokoh organisasi pemuda dan pahlawan nasional. Sayang, betapa tragis kematian Amir. Ia dibunuh, dipenggal batang lehernya oleh algojo, karena dendam masyarakat terhadap Sultan Langkat.

Tempat deklarasi boleh pilih antara Jakarta, Surabaya atau Medan. Pelaksana seharusnya pemerintah pusat (Mendikbud dan jajaran terkait) dengan mengundang utusan tiap provinsi. Utusan itu, merupakan pilihan gubernur atas usul bupati atau walikota yang terdiri dari bahasawan, sastrawan, seniman, budayawan, perguruan tinggi dan lembaga, baik negeri maupun swasta. Deklarasi termaktub dalam lembaran negara, disosialisasikan, diperingati oleh presiden dan dirayakan seluruh masyarakat Indonesia. Semoga.

*) Mihar Harahap, kritikus sastra dan dosen, berdomisili di Medan.
Dijumput dari:  http://sastra-indonesia.com/2013/04/kita-perlu-hari-bahasa-indonesia/

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir