Judul Buku : Cinta di Tepi Geumho
Pengarang : Mahmud Jauhari Ali
Penerbit : Penerbit Araska Yogyakarta
Tebal Buku : 143+V halaman Tahun : 2012
Peresensi : Tajuddin Noor Ganie, M.Pd
Citra bangsa Korea Selatan sebagai salah satu bangsa yang unggul di dunia telah semakin mantap mengkristal. Lihatlah bagaimana orang-orang di segenap penjuru dunia begitu tergila-gila dengan Korea Pop. Para bintang film dan penyanyi Korea Selatan telah menjadi idola baru yang membuat para muda-mudi menjadi histeris setiap kali menyambut kedatangan mereka di bandar udara atau ketika menyaksikan mereka beraksi di panggung-panggung yang glamor. Mobil-mobil terbaru produksi Korea Selatan semakin hari semakin merajalela memadati segenap jalan raya dan jalan tol di manca negara termasuk di Amerika Serikat. Ilmu bela diri Korea Selatan, yakni Taekwondo, telah dipelajari orang di mana-mana. Kampus-kampus terkemuka di belahan dunia seolah-olah berlomba menyediakan tempat dan fasilitas pendukung lainnya untuk menampung buku-buku berbahasa Korea atau berbahasa Inggeris yang mengupas tentang keunggulan bangsa Korea Selatan. Semuanya menjadi semakin mantap lagi ketika 2 orang putra terbaik bangsa Korea Selatan berhasil menduduki tampuk kepemimpinan sebagai Sekjen PBB (Ban Ki Mon) dan Direktur Bank Dunia (Jim Yong Kim, warga Negara Amerika Serikat keturunan Korea Selatan) mengalahkan calon dari Indonesia yang sempat santer disebut-sebut Sri Muljani Indrawati. Fenomena semacam itu ternyata juga menggejala dengan sangat kuatnya (signifikan) di kalangan para penulis karya sastra populer di tanah air kita. Ratusan atau bahkan ribuan novel popular bertema Korea Selatan telah ditulis dan diterbitkan orang di tanah air kita. Semakin lama tren ini bukannya semakin menyurut sebaliknya malah semakin menanjak. Boming novel populer bertema Korea Selatan ini rupa-rupanya telah menggugah energi kreatif sastrawan Kalsel Mahmud Jauhari Ali (MJA), tanpa gembar-gembor ia telah berhasil menyelesaikan novelnya berjudul Cinta di tepi Geumho (CdtG). Beruntung, Penerbit Araska Yogyakarta kemudian bersedia menerbitkannya dan menyebar-luaskannya ke seluruh Indonesia, termasuk ke kota Banjarmasin (novel ini antara lain dipajang di Toko Buku Gramedia Veteran Banjarmasin dan Gramedia Duta Mall Banjarmasin). Sungguh, ini prestasi anak banua yang patut dirayakan. Novel CdtG bercerita tentang kisah cinta antara Son Chae Hyang (SCH) dan Muhammad Kim Jun So (MKJS). SCH adalah seorang gadis muslimat berkebangsaan Korea Selatan. Wajahnya cantik, secantik bintang filem Song Hye Kyo. Tuntutan tugasnya sebagai peneliti muda di bidang bahasa membuatnya harus datang ke desa Kuripan, Barito Kuala, Kalsel. Sementara itu JS adalah seorang jejaka berusia 24 tahun, ia seorang blasteran, ayahnya seorang peneliti berasal dari Korea Selatan dan ibunya orang Dayak Ngaju. Wajahnya tampan, lebih tampan dibandingkan dengan bintang film Won Bin Sebelum bertemu dengan SCH, MKJS sudah dua kali mengunjungi Korea Selatan untuk bertemu dengan kakek, nenek, paman, bibi, dan saudara sepupunya yang tinggal di Daego. Ia adalah seorang atlet Taekwondo yang pernah mengukir prestasi membanggakan sebagai peraih medali emas di Olimpiade 2008.. Piala kemenangan MKJS sebagai atlet Taekwondo berprestasi tingkat dunia itu masih disimpan di ruang guru Madrasah Aliyah Kuripan. Gara-gara piala itulah SCH tertarik untuk bertemu MKJS. Selain melakukan penelitian, SCH juga berkenan menjadi guru bahasa Inggeris di Madrasah Aliyah Kuripan (di madrasah inilah MKJS dulu menuntut ilmu). Setelah bertemu keduanya lalu saling jatuh cinta. Ketika bertemu SCH, MJKS sedang ada masalah dengan kedua kakinya, dua tahun yang lalu ia mengalami kecelakaan fatal, sepeda motornya tanpa sengaja masuk kedalam kubangan besar di tengah jalan desa yang dilaluinya, akibatnya sudah dua tahun ia harus mengurung diri di rumah karena kakinya tak bisa digunakan untuk berjalan. Kemana-mana ia harus menggunakan kursi roda. Namun, kecelakaan itu rupanya membawa hikmah tersendiri baginya karena ia bisa menggunakan seluruh waktunya untuk menyelesaikan penulisan bukunya berjudul Taekwondo dan Kebudayaan Korea di Kalimantan Selatan (ditulis dengan huruf hanguel dan dalam bahasa Korea Selatan). Buku dimaksud kemudian diterbitkan oleh Penerbit Woongjin.com di Seoul. Pihak penerbit sangat antusias dengan buku karangan MJKS ini karena orang Korea Selatan juga gemar membaca buku-buku yang berisi cerita tentang sambutan hangat yang diberikan oleh khalayak ramai di mancanegara atas kebudayaan Korea Selatan. Sama seperti halnya dengan bangsa Indonesia, bangsa Korea Selatan rupanya juga memiliki sisi-sisi narsis kolektif yang manusiawi. Hehehe. Setelah menyelesaikan penelitiannya, SCH pulang kembali ke Korea Selatan, tepatnya ke Jangho. Baik SCH maupun MJKS saling memendam rindu. Tapi apa daya, mereka terpisah jarak yang begitu jauh. SCH mencoba membuka kontak dengan MJKS melalui komentar-komentarnya di bawah tulisan-tulisan MJKS yang ada di blog. MJKS juga mencoba menghubungi SCH melalui nomor ponselnya, tapi tak pernah ada jawaban. Tidak berselang lama MJKS diundang ke Korea Selatan, bukunya ternyata laris manis Ia diundang untuk memberikan ceramah di berbagai kampus terkemuka di Korea Selatan. Sangat disayangkan meskipun sudah berada di Korea Selatan, MJKS tak kunjung bisa menghubungi SCH, padahal ia ingin sekali bertemu dengan SCH. Pada saat hatinya tengah galau begitu, MJKS berkenalan dengan Shi Yu Jeon (SYJ) yang tidak lain adalah sepupunya sendiri. SYJ berwajah cantik dan berprofesi sebagai seorang dokter spesialis tulang. Sejak hari pertama kedatangannya di di Korea Selatan MJKS dirawat dan dilatih oleh SYJ. Berkat perawatan dan latihan yang diberikan SYJ, ada kemajuan dengan kaki MJKS, ia sudah mulai bisa berjalan. Diam-diam SYJ ternyata mencintai MJKS. Pertanyaannya sekarang, apakah hubungan cinta MJKS dengan SCH akan putus di tengah jalan, dan apakah SYJ berhasil menempati ruang dalam di hati MJKS sebagai pengganti SCH? Jika anda penasaran akan lebiuh baik jika anda membaca sendiri novel karya anak banua ini (Tajuddin Noor Ganie, M. Pd). Berita 2 CINTA DI TEPI GEUMHO Judul Buku : Cinta di Tepi Geumho Pengarang : Mahmud Jauhari Ali Penerbit : Penerbit Araska Yogyakarta Tebal Buku : 143+V halaman Tahun : 2012 Citra bangsa Korea Selatan sebagai salah satu bangsa yang unggul di dunia telah semakin mantap mengkristal. Lihatlah bagaimana orang-orang di segenap penjuru dunia begitu tergila-gila dengan Korea Pop. Para bintang film dan penyanyi Korea Selatan telah menjadi idola baru yang membuat para muda-mudi menjadi histeris setiap kali menyambut kedatangan mereka di bandar udara atau ketika menyaksikan mereka beraksi di panggung-panggung yang glamor. Mobil-mobil terbaru produksi Korea Selatan semakin hari semakin merajalela memadati segenap jalan raya dan jalan tol di manca negara termasuk di Amerika Serikat. Ilmu bela diri Korea Selatan, yakni Taekwondo, telah dipelajari orang di mana-mana. Kampus-kampus terkemuka di belahan dunia seolah-olah berlomba menyediakan tempat dan fasilitas pendukung lainnya untuk menampung buku-buku berbahasa Korea atau berbahasa Inggeris yang mengupas tentang keunggulan bangsa Korea Selatan. Semuanya menjadi semakin mantap lagi ketika 2 orang putra terbaik bangsa Korea Selatan berhasil menduduki tampuk kepemimpinan sebagai Sekjen PBB (Ban Ki Mon) dan Direktur Bank Dunia (Jim Yong Kim, warga Negara Amerika Serikat keturunan Korea Selatan) mengalahkan calon dari Indonesia yang sempat santer disebut-sebut Sri Muljani Indrawati. Fenomena semacam itu ternyata juga menggejala dengan sangat kuatnya (signifikan) di kalangan para penulis karya sastra populer di tanah air kita. Ratusan atau bahkan ribuan novel popular bertema Korea Selatan telah ditulis dan diterbitkan orang di tanah air kita. Semakin lama tren ini bukannya semakin menyurut sebaliknya malah semakin menanjak. Boming novel populer bertema Korea Selatan ini rupa-rupanya telah menggugah energi kreatif sastrawan Kalsel Mahmud Jauhari Ali (MJA), tanpa gembar-gembor ia telah berhasil menyelesaikan novelnya berjudul Cinta di tepi Geumho (CdtG). Beruntung, Penerbit Araska Yogyakarta kemudian bersedia menerbitkannya dan menyebar-luaskannya ke seluruh Indonesia. Saya lihat buku ini dipajang di Toko Buku Gramedia Veteran Banjar dan Gramedia Duta Mall Banjarmasin. Sungguh, ini prestasi anak banua yang patut dirayakan. Novel CdtG bercerita tentang kisah cinta antara Son Chae Hyang (SCH) dan Muhammad Kim Jun So (MKJS). SCH adalah seorang gadis muslimat berkebangsaan Korea Selatan. Wajahnya cantik, secantik bintang filem Song Hye Kyo. Tuntutan tugasnya sebagai peneliti muda di bidang bahasa membuatnya harus datang ke desa Kuripan, Barito Kuala, Kalsel. Sementara itu JS adalah seorang jejaka berusia 24 tahun, ia seorang blasteran, ayahnya seorang peneliti berasal dari Korea Selatan dan ibunya orang Dayak Ngaju. Wajahnya tampan, lebih tampan dibandingkan dengan bintang film Won Bin Sebelum bertemu dengan SCH, MKJS sudah dua kali mengunjungi Korea Selatan untuk bertemu dengan kakek, nenek, paman, bibi, dan saudara sepupunya yang tinggal di Daego. Ia adalah seorang atlet Taekwondo yang pernah mengukir prestasi membanggakan sebagai peraih medali emas di Olimpiade 2008.. Piala kemenangan MKJS sebagai atlet Taekwondo berprestasi tingkat dunia itu masih disimpan di ruang guru Madrasah Aliyah Kuripan. Gara-gara piala itulah SCH tertarik untuk bertemu MKJS. Selain melakukan penelitian, SCH juga berkenan menjadi guru bahasa Inggeris di Madrasah Aliyah Kuripan (di madrasah inilah MKJS dulu menuntut ilmu). Setelah bertemu keduanya lalu saling jatuh cinta. Ketika bertemu SCH, MJKS sedang ada masalah dengan kedua kakinya, dua tahun yang lalu ia mengalami kecelakaan fatal, sepeda motornya tanpa sengaja masuk kedalam kubangan besar di tengah jalan desa yang dilaluinya, akibatnya sudah dua tahun ia harus mengurung diri di rumah karena kakinya tak bisa digunakan untuk berjalan. Kemana-mana ia harus menggunakan kursi roda. Namun, kecelakaan itu rupanya membawa hikmah tersendiri baginya karena ia bisa menggunakan seluruh waktunya untuk menyelesaikan penulisan bukunya berjudul Taekwondo dan Kebudayaan Korea di Kalimantan Selatan (ditulis dengan huruf hanguel dan dalam bahasa Korea Selatan). Buku dimaksud kemudian diterbitkan oleh Penerbit Woongjin.com di Seoul. Pihak penerbit sangat antusias dengan buku karangan MJKS ini karena orang Korea Selatan juga gemar membaca buku-buku yang berisi cerita tentang sambutan hangat yang diberikan oleh khalayak ramai di mancanegara atas kebudayaan Korea Selatan. Sama seperti halnya dengan bangsa Indonesia, bangsa Korea Selatan rupanya juga memiliki sisi-sisi narsis kolektif yang manusiawi. Hehehe. Setelah menyelesaikan penelitiannya, SCH pulang kembali ke Korea Selatan, tepatnya ke Jangho. Baik SCH maupun MJKS saling memendam rindu. Tapi apa daya, mereka terpisah jarak yang begitu jauh. SCH mencoba membuka kontak dengan MJKS melalui komentar-komentarnya di bawah tulisan-tulisan MJKS yang ada di blog. MJKS juga mencoba menghubungi SCH melalui nomor ponselnya, tapi tak pernah ada jawaban. Belakangan baru diketahui bahwa ponsel SCH telah hilang ketika ia melakukan penelitian di desa Kuripan dulu. Tidak berselang lama MJKS diundang ke Korea Selatan, bukunya ternyata laris manis Ia diundang untuk memberikan ceramah di berbagai kampus terkemuka di Korea Selatan. Di Korea Selatan MJKS bertemu dengan Shi Yu Jeon (SYJ) yang tidak lain adalah sepupunya sendiri. SYJ berwajah cantik dan berprofesi sebagai seorang dokter spesialis tulang. Sejak hari pertama kedatangannya di di Korea Selatan MJKS dirawat dan dilatih oleh SYJ. Berkat perawatan dan latihan yang diberikan SYJ, ada kemajuan dengan kaki MJKS, oa sudah mulai bisa berjalan. Ketika berada di Seoul, MJKS menerima pesan dari Kepala Madrasah Aliyah Kuripan bahwa ada seseorang menemukan ponsel milik SCH. MJKS meminta pak kepala madrasah untuk mengirimkan semua nomor kontak yang ada di dalam ponsel SCH. Berkat nomor kontak itulah MJKS berhasil mengontak SCH. Ternyata SJH juga sedang berada di Seoul. Mereka akhirnya bertemu di Universitas Nasional Seoul. Tapi, tak berselang lama terjadi konflik antara SCH dan SYJ. SCH yang dibakar cemburu lantas meninggalkan pertemuan dengan sikap tak bersahabat, MJKS berulang kali menghubunginya, tapi tak pernah dibalasnya. Lama baru SCH mau membalas sms yang dikirimkan MJKS. Tapi, konflik belum berakhir, SYJ secara sepihak mengklaim bahwa dirinya telah dijodohkan dengan MJKS oleh orang tua mereka masing-masing. Hal ini disampaikan langsung oleh SYJ yang datang menemui SCH di tempat kerjanya. SYJ meminta agar SCH menjauhi MJKS. SCH pingsan mendengarnya dan harus dirawat beberapa hari di rumah sakit. SMKS merasa heran dengan sikap SCH yang tak mau membalas kontaknya, Namun, dalam suatu kesempatan berbalas sms dengan SCH, MJKS mengetahui bahwa SYJ telah mengklaim dirinya sebagai tunangan MJKS, itulah sebabnya mengapa SCH bersikap mengambil jarak dengannya. Belakangan MJKS berhasil memaksa SYJ mengakui perbuatannya dan meminta maaf kepada MJKS. MJKS bersedia memaafkan dengan syarat SYJ mau mengantarkannya menemui SCH di kantornya. Tapi, SCH menolak kedatangan mereka. Demi menebus kesalahannya SYJ berusaha untuk menemui SCH, gagal bertemu di kantor, SYJ menemui SCH di rumah orang tuanya di desa Jangho. SYJ mengakui kebohongan klaimnya tempo hari, SCH memaafkannya. Keduanya lalu saling berangkulan sebagaimana layaknya dua sahabat. Cerita berakhir bahagia, MJKS menikahi SCH, kakinya pulih seperti sedia kala, dan ia diterimna mengajar sebagai dosen bahasa Indonesia di Universitas Yonsei.Pernikahan MJKS dan SCH dilangsungkan di tepi Sungai Geumho sebagaimana yang selama ini diimpikan oleh MJKS. Selain alurnya, CdtG juga menarik karena didalamnya pengarang begitu banyak menggambarkan keindahan tempat-tempat di Korea Selatan, permakaian bahasa Korea Selatan yang digunakan para tokoh cerita ketika mereka berdialog satu sama lain sangat menghidupkan suasana cerita. Konfliknya dijalin dengan sangat cermat. Konon, dalam waktu dekat novel MJA yang lain akan segera diluncurkan oleh penerbit yang sama. Berita ini menyiratkan bahwa novel MJA yang tengah diresensi ini telah menuai sukses besar secara financial sehingga penerbitnya tanpa ragu menerbitkan novel MJA berikutnya. Salam sukses buat MJA.
Dijumput dari: http://tajuddinnoorjagatsastra.blogspot.com/2012/04/cinta-di-tepi-geumho.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Sabtu, 19 Januari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar