Aleksandr Pushkin (1799 – 1837)
diterjemahkan: Delvi Yandra
http://www.riaupos.co/
Ketika muda, aku adalah seorang tentara di angkatan darat. Kami tinggal di sebuah kota kecil. Hidup sungguh terasa membosankan. Tidak ada gadis-gadis. Hanya tentara yang saling bertemu setiap hari. Kami makan malam bersama, mabuk bersama dan bermain kartu bersama.
Sampai akhirnya seseorang datang menetap di kota kecil ini. Dia bukan seorang tentara, tetapi dia berada di angkatan darat. Dia bicara dan bertingkah seperti orang Rusia, tetapi dia punya nama Italia—Silvio.
Silvio adalah orang yang penuh rahasia. Dia punya banyak uang untuk dibelanjakan, tetapi dia hanya mengenakan pakaian usang dan tinggal di sebuah rumah yang kecil dengan dua kamar.
Silvio sering mengajak para tentara untuk makan malam bersamanya. Makanannya biasa saja, tetapi ada banyak sekali botol anggur di sana. Kami selalu membawa pulang minuman tersebut.
Tak seorang pun tahu dari mana Silvio berasal dan tak ada yang menanyakannya. Kami sedikit cemas pada Silvio.
Usianya tigapuluhlima tahun, yang mana bagi kami, terlihat sangat tua. Apalagi, dengan hobinya yang suka menembak itu. Dia memiliki banyak sekali koleksi pistol. Dia seorang penembak jitu dan tak pernah sekali pun sasaran luput dari tembakannya.
Kami yang muda ini sangat tertarik untuk berduel dengannya. Kami kerap membicarakan tentang duel. Kutanyakan padanya apakah dia pernah berduel. Dia menjawab dengan enteng, “ya” dan dia kembali diam. Aku menyadari bahwa dia tak ingin membicarakan hal itu. Barangkali dia telah membunuh banyak orang dalam duel.
Seorang tentara baru, datang di kota kecil ini. Kami mengajaknya untuk bertemu dengan Silvio, orang yang mengundang kami makan malam. Usai makan malam kami bermain kartu.
Kami meminum banyak sampanye. Kami semua mabuk. Tentara itu berbuat curang ketika sedang bermain kartu. Silvio menuduhnya sehingga membuat tentara itu marah.
“Apa kau menuduhku telah berbuat curang, pak?” Dia berteriak pada Silvio.
Silvio tampak naik pitam, tetapi dia diam saja. Ditatapnya tentara itu dalam keheningan.
Dengan cepat tentara itu meraih sebuah botol dan melemparnya ke arah kepala Silvio. Silvio lekas mengelak dan botol itu berderai di dinding di belakangnya.
Kami mengira Silvio akan menantang tentara itu untuk berduel. Namun hari berlalu dan tak ada apa pun yang terjadi. Kami terkejut. Dan kami lebih terkejut lagi ketika Silvio meminta maaf kepada tentara itu. apakah Silvio seorang yang pengecut? Mengapa Silvio tidak menantang tentara itu untuk berduel?
Aku, sendiri, menemukan rahasia Silvio. Tentara lainnya tak pernah belajar untuk jujur.
Jumat selalu menjadi hari yang menggembirakan. Kurir datang, mengantar surat-surat, paket dan suratkabar. Hidup sungguh membosankan ketika kami saling membacakan surat dan turut berdukacita pada tentara yang tak pernah menerima surat.
Silvio tak pernah menerima sepucuk surat pun. Tetapi pada Jumat yang lain, sepucuk surat datang untuk Silvio. Surat dari Saint Petersburg. Kubawakan surat itu untuknya. Dia segera merobek sampulnya dan membaca surat itu dengan cepat.
“Aku harus pergi malam ini,” katanya dengan gelisah. “Aku harus menyampaikan salam perpisahan kepada semua temanku. Tolong undang semua tentara untuk makan malam di sini pukul tujuh nanti.”
Kami pun datang ke rumah Silvio pukul tujuh malam. Tampak Silvio telah mengepak barang-barangnya ke dalam peti. Usai santap malam, dia menyampaikan salam perpisahan kepada kami satu per satu. Sambil menggenggam tanganku, dia berkata perlahan, “nanti aku ingin bicara padamu setelah yang lain pulang.”
Aku menunggu sampai semua tamu pulang. Kemudian Silvio mendekatiku dan berkata, “aku selalu menganggap kau adalah sahabatku. Kita mungkin tidak akan bertemu lagi, jadi aku ingin menceritakan kisahku padamu.”
“Kau ingat tentara yang pernah melempariku dengan sebuah botol?” Silvio mulai bercerita. “Kau pasti menduga aku akan menantang tentara itu untuk berduel, bukan? Mungkin kau berpikir aku seorang pengecut. Biar kujelaskan padamu. Aku tidak bisa membahayakan diriku sendiri. Enam tahun lalu aku memukul wajah musuh bebuyutanku. Orang itu masih hidup. Aku bersumpah untuk membunuhnya. Itulah mengapa aku tetap bertahan.”
“Apakah itu juga alasan kau pergi sekarang?” Aku bertanya.
Silvio hanya diam. Dia buka peti miliknya dan mengeluarkan sebuah topi tentara. Dia pasang di kepalanya. Aku melihat ada lubang bekas peluru di topi itu.
“Aku bekerja sebagai tentara kavaleri,” ujar Silvio. “Sewaktu muda, aku peminum berat dan petarung yang tangguh. Berduel di mana saja setiap hari. Aku tak pernah kalah dalam duel tersebut. Aku yang terbaik dalam segalanya.
“Namun seorang kaya raya, pemuda dari keluarga berada ikut dalam kavaleri. Dia cerdas, cakap dan berani. Dia juga penjudi yang beruntung. Seluruh gadis di Saint Petersburg tertarik padanya.”
“Sekonyong-konyong aku pun menjadi yang kedua. Lelaki itu tangguh dalam segala hal. Aku membencinya. Aku ingin membunuhnya.”
“Pada suatu malam, kami bertemu dalam acara makan malam. Aku ingin membuatnya marah. Aku berusaha bersikap kasar padanya. Dia dorong tubuhku dan menantangku berduel. Kami sepakat untuk bertarung dengan pistol di lapangan terbuka pada pagi esoknya.”
“Aku datang lebih awal. Dia terlambat. Dia berjalan sambil menertawakanku. Dia tampak sedang memakan buah ceri yang dia petik di jalan. Dia terlihat muda dan memesona dalam terpaan cahaya matahari pagi.”
“Kami melempar sebuah koin untuk menentukan siapa yang akan menembak lebih dahulu. Dia menang; tentu saja. Dia selalu beruntung.”
“Kami berdiri dalam jarak dua belas langkah. Diraihnya pistol dan menembak. Pelurunya menembus topiku. Seharusnya dia bisa membunuhku dengan mudah, tetapi dia melewatkannya.”
“Dan tibalah giliranku. Dalam jarak dua belas langkah, aku tidak mungkin luput. Dia tahu aku dapat membunuhnya dengan mudah. Tetapi dia berdiri di sana, memakan buah ceri, dan menertawakanku. Dia tampaknya tidak takut dengan kematian!”
“Tetapi aku tidak bisa membunuhnya. Kusarungkan pistolku. Kukatakan padanya agar jangan muncul lagi di hadapanku sampai saat kematiannya tiba. Aku akan menunggu sampai hari itu datang. Aku akan menemuinya lagi ketika aku tahu bahwa dia mencintai hidupnya. Pada saat itu, aku akan membunuhnya.”
Silvio terlihat pucat ketika dia mengakhiri ceritanya. Dia melihat ke arahku dengan mata yang menyala dan aku khawatir.
“Dan apakah saat itu adalah sekarang?” Tanyaku.
“Ya, ini adalah malam pernikahannya,” tukas Silvio.
Kami berjabat tangan. Aku tidak bisa melepas kepergian Silvio. Seperti ada sesuatu yang mengerikan akan terjadi padanya. Suatu ketika, dia begitu hangat seperti api. Di waktu yang lain, dia terlihat dingin seperti es.
Silvio lekas menaiki keretanya dan pergi. Aku tak pernah melihatnya lagi.
***
Lima tahun kemudian, ayahku meninggal dunia. Aku memutuskan untuk menetap di kampung halaman. Tetanggaku adalah Tuan dan Nyonya Blagoy. Mereka menghabiskan liburan di Saint Petersburg.
Suatu hari, Tuan dan Nyonya itu mengunjungi kampung halamannya. Aku memutuskan untuk bertamu dan mengelilingi istana mereka yang luar biasa itu.
Seorang pelayan menyuruhku untuk menunggu di perpustakaan. Banyak sekali buku-buku dan lukisan di sana. Pandanganku tertuju pada salah satu foto yang tampak tak biasa. Aku mengamati foto itu ketika Tuan dan Nyonya pemilik rumah muncul.
“Apakah kau tertarik dengan fotoku?” Ujar Tuan itu.
“Ya, tuan,” jawabku. “Tetapi kenapa ada sebuah lubang peluru di dahi foto itu?”
“Itu bukan satu lubang, tapi dua,” jawab Tuan itu. “Peluru yang kedua menembus lubang yang pertama.”
“Sebuah tembakan yang luar biasa,” jawabku. “Aku kenal seseorang yang bisa menembak seperti itu. Dia penembak jitu terbaik yang pernah aku temui.”
“Dan siapa nama laki-laki itu,” Tuan itu bertanya.
“Namanya Silvio,” jawabku.
“Silvio!” Nyonya itu mendadak terkejut. Wajahnya menjadi pucat. Dia terduduk pada sebuah kursi. Tuan itu bergegas mendekat dan menggenggam tangan istrinya. “Aku tidak ingin mendengar nama laki-laki itu lagi!” Tukas Nyonya itu.
“Tetapi kita harus menjelaskannya pada tamu kita ini,” ujar Tuan itu. kemudian, sambil menatapku, dia berkata, “kami juga mengenal Silvio.”
Aku segera menyadari bahwa laki-laki inilah yang pernah berduel dengan Silvio. “Apakah Silvio menepati janjinya untuk membunuhmu?” Tanyaku.
“Ya, dia menepati janjinya,” jawab Tuan itu. “Lima tahun lalu dia berdiri di tempat kau berdiri sekarang.”
“Lima tahun lalu aku dan istriku menikah. Kami datang ke sini untuk berbulan madu,” lanjut Tuan itu. “Seorang pelayan bilang ada lelaki yang ingin bertemu denganku untuk urusan bisnis. Ketika aku tiba di perpustakaan, kudapati Silvio sedang menungguku. Dia datang untuk menuntaskan duel kami.”
“Silvio melempar sebuah koin untuk menentukan siapa yang akan menembak lebih dahulu. Aku menang, tetapi aku tak ingin mengawali kehidupan rumah tanggaku dengan pembunuhan. Tembakanku meleset di atas kepalanya, menembus foto yang ada di belakangmu itu.
Tibalah giliran Silvio untuk menembak. Seketika itu juga istriku mendengar suara tembakan yang pertama. Dia bergegas menuju perpustakaan. Dia melihat Silvio sedang menodongkan pistol ke arahku dan dihadangnya lelaki itu di depanku.
Lama sekali Silvio menatapku. Selanjutnya dia berbalik dan berjalan ke arah pintu. Tampaknya dia mencintai istriku. Dia juga melihat bahwa aku tidak ingin mati. Lalu dia melakukan hal yang tak diduga-duga. Sebelum pergi, dia arahkan pistol ke fotoku. Dia tarik pelatuk dan pelurunya langsung mengenai dahi di foto itu. Pelurunya menembus lubang yang pernah kubuat sebelumnya. Kemudian dia pergi dan kami tak pernah bertemu lagi.
“Tuan tahu apa yang terjadi pada Silvio?” Tanyaku.
“Kami dengar dia terbunuh saat perang melawan Turki. Semoga Tuhan mengampuninya.”***
*) Aleksandr Sergeyevich Pushkin. Adalah seorang penulis terkenal Rusia di abad ke-19. Dia menulis banyak puisi dan juga cerpen. Dia dianggap banyak orang sebagai pendiri sastra Rusia modern dan seorang perintis bahasa vernakular dalam puisi-puisi dan dramanya. Cerpen di atas diterjemahkan oleh Delvi Yandra dari versi bahasa Inggris berjudul The Shot di kumpulan cerpen The Queen of Spades and Other Stories terbitan Dian Rakyat cetakan 2003.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Sabtu, 21 Januari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar