Maman S. Mahayana *
D.W. Fokkema dan Elrud Kunne-Ibsch, Teori Sastra Abad Kedua Puluh, terjemahan J. Praptadihardja dan Kepler Silaban (Jakarta: Gramedia, 1988), xxiii + 281 halaman.
Perkembangan kritik sastra akademis di Indonesia dewasa ini, sesungguhnya berutang budi pada kritik sastra aliran Rawamangun. Terlepas dari segala kekurangannya, kritik Rawamangun telah menanamkan satu tradisi ilmiah dalam pengkajian sastra.
Kini, berbagai perkembangan kritik sastra di Barat yang juga mulai semarak di Indonesia selepas tahun 1980-an, makin memberi kemungkinan lain yang lebih beragam dari pendekatan struktural yang dipegang teguh kritik aliran Rawamangun. Teks sastra yang semula diperlakukan sebagai struktur yang otonom dan mandiri, terlepas dari konteks sosio-kultural, menjadi objek kajian yang dapat dihubungkaitkan dengan teks-teks lain di luar sastra.
Satu kecenderungan baru yang marak belakangan ini adalah mun-culnya berbagai tulisan yang secara tidak tepat menyinggung kritik sastra mutakhir. Konsep atau istilah strukturalisme, dekonstruksionisme, hermeneutika, resepsi sastra, dan semiotika dibicarakan secara agak serampangan. Akibatnya, sudah dapat diduga, kritik sastra yang mestinya berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara pengarang –lewat teks– dan pembaca, menjadi sebuah hutan belantara yang gelap dan menyesatkan. Dalam konteks itulah, buku ini niscaya dapat dijadikan sebagai panduan mendasar dan berharga guna memahami apa yang sesungguhnya hendak dicapai aliran-aliran itu dan bagaimana lalu-lintas aliran-aliran itu berkembang dan berusaha saling melengkapi.
Pada bagian Kata Pengantar, misalnya, Fokkema dan Kunne-Ibsch memaparkan secara singkat bagaimana perkembangan kritik sastra tahun 1970-an yang diwakili hermeneutik versus studi sastra yang empiris berkembang sedemikian pesatnya. Pada dasawarsa yang sama, muncul pula naratologi, kritik dekonstruksi, dan ideologis. Dan dengan caranya sendiri, sebuah teks sastra dibongkar dan dihubungkan dengan berbagai disiplin yang berbeda (hlm. xi). Lalu, timbul pertanyaan: di mana tempatnya kritik sastra?
Dalam melakukan interpretasi teks, kritik memerlukan teori. Perlu adanya mengenai konsep sastra dan kriteria penilaian dalam kritik sastra. Di sini, kita melihat, betapa simpang-siur perdebatan konsep sastra, perumusan teori dan keperluannya dalam menentukan kriteria penilaian. Dalam hal ini, “teori sastra harus menciptakan dasar konsep yang universal yang dapat dipakai mendeskripsikan fakta-kata tertentu” (hlm. 12).
Selanjutnya kedua penulis Belanda itu mencermati secara tajam “Formalisme Rusia, Strukturalisme Ceko dan Semiotik Soviet”.Meski uraiannya begitu njlimet, kita disajikan serangkaian catatan kritis atas gagasan dasar kaum formalis yang kemudian kelak menjadi cikal-bakal strukturalisme. Bahwa kaum formalis telah berjasa membawa studi sastra sebagai kegiatan ilmiah yang lalu ditekankan Roman Jakobson mengenai pentingnya ilmu sastra sebagai cabang ilmu tersendiri, telah mengundang banyak ilmuwan memasuki perdebatan akademis. Tak pelak lagi, bagian ini menjadi penting manakala kita hendak memahami percabangannya menuju strukturalisme Prancis.
Di Prancis, strukturalisme semula berkembang agak tersendat. Namun berkat perjuangan kaum strukturalis dalam menentang pendukung gagasan faktualitas yang diwariskan positivisme dan individualitas yang ditekankan eksistensialisme, strukturalisme mendapat tempat dan momentum yang tepat. Bahkan, strukturalisme linguistik pasca-Saussure dan strukturalisme antropologi lambat-laun makin semarak. Belakangan, muncul pula Raymond Picard sebagai wakil kritik lama dan dan Roland Barthes sebagai wakil kritik baru.
Ada tiga kecenderungan perkembangan strukturalisme Prancis: Pertama, kritik strukturalisme dengan tokoh sentral, antara lain, Merleau-Ponty dan Barthes. Kedua, naratologi strukturalis yang bersandar pada gagasan Vladimir Propp versus Greimas. Ketiga, deskripsi teks strukturalis-linguistik khasnya lewat gagasan Claude Levi-Strauss dan Michael Riffaterre.
Bagian penting lainnya dalam buku ini menyangkut pembicaraan teori sastra Marxis. Di sini Fokkema dan Kunne-Ibsch mengungkapkan secara kritis landasan teori sastra Marxis. Uraiannya dimulai dari gagasan materialisme-dialektika Marx-Engels dan Lenin; yang disertai pula dengan deskripsi latar belakang Realisme Sosialis sampai ke neo-Marxisme Georg Lukacs. Perkembangan teori sastra Marxis di Cina baru mendapat perhatian setelah Gerakan Empat Mei (1919). Selepas itu, tumbuh pesat gerakan sastra dan jurnal sastra yang membahas seni untuk seni sampai ke utilitarianisme Marxis (hlm. 133). Belakangan, teori sastra Marxis didasarkan pada gagasan Mao. Namun, karena terlalu meyakini ideologi Marxis, teori sastra Mao di Cina pada dasarnya menolak eksperimentasi dan perbedaan pendapat.
Dalam teori sastra neo-Marxisme, karya-karya avant-garde justru menjadi salah satu bahan perdebatan. Dari keberatan Lukacs atas ekspresionisme yang dipertentangkan dengan realisme, Bertold Brecht, Ernst Bloch, Theodor W. Adorno dan bahkan tokoh-tokoh neo-Marxisme sendiri, terlibat dalam perdebatan itu. Menurut Adorno, Lukacs terlalu dogmatis dalam memberi batasan mengenai Realisme Sosialis. Dari konteks perdebatan itu, Fokkema dan Kunne-Ibsch memasukkan Lukacs ke dalam kotak Marxis ortodoks, sementara yang lain, di antaranya, Adorno, Lucien Goldmann, Walter Benyamin, dan Fredric Jameson, termasuk neo-Marxisme.
Satu hal yang menarik dalam bagian ini adalah uraian mengenai gagasan Realisme Sosialis yang mengingatkan kita pada propaganda seniman Lekra tahun 1960-an. Sesungguhnya, Realisme Sosial, baik yang hendak diterapkan di Cina, maupun yang dijadikan sebagai bagian garis politik partai, tidak lebih dari teori sastra yang penuh dengan pemaksaan ideologis.
Agak berbeda dengan teori sastra yang sudah dibicarakan sebelumnya, resepsi sastra tidak begitu menekankan pada teks sastra, melainkan pada pemaknaannya atas teks. Seperti dikatakan Jurij M. Lotman, “Realitas kultural dan historis yang disebut karya sastra tidak berhenti di dalam teks. Teks hanyalah salah satu unsur dalam suatu relasi. Nyatanya karya sastra terdiri atas teks dalam relasinya dengan ekstratekstual; dengan norma-norma sastra, tradisi, dan imajinasi” (hlm. 174). Dalam hal ini, “teori resepsi menghargai relativisme kultural dan relativisme historis …” (hlm. 175).
Begitulah, para ahli resepsi sastra (Jerman), banyak yang memanfaatkan sejarah, hermeneutika dan strukturalisme, meski tekanan pada bidang-bidang itu berbeda. Maka, tidak terhindarkan pemikiran Hans Robert Jauss, Wolfgang Iser dan Roman Ingarden dijadikan sebagai landasan teori resepsi. Aliran Konstanz, misalnya, secara gencar menerapkan teori Jauss; kelompok Werner Bauer mengembangkannya menjadi analisis kontemporer, dan bukan analisis historis, sementara Georg Just mendasari gagasannya dengan menggabungkan teori Iser dan Jauss.
Di luar itu, muncul pula pendekatan sosial-politik, sebagaimana yang dilakukan Manfred Durzal yang berbeda dengan pendekatan Georg Just. Menurutnya, estetika resepsi yang meneliti kondisi-kondisi putusan kritis harus memusatkan perhatiannya pada dunia kesadaran politik dan sosial, sebagaimana yang tersirat dalam novel-novel Amerika dan Jerman.
Bagian akhir dalam buku ini mengungkapkan peluang bagi pengembangan teori sastra yang lain yang lebih beragam. Semiotika yang dikembangkan Umberto Eco, sosiologi pengetahuan yang ditekankan Jauss atau yang berdasarkan pada pemikiran sosiologi Peter Berger dan Thomas Luckman, sesungguhnya sangat memungkinkan menemukan fungsi-fungsi kognitif seni atau setidak-tidaknya menjadi objek penelitian, bagaimana konsep sosiologi pengetahuan dimanfaatkan untuk kepentingan teori sastra.
Akhirnya, Fokkema dan Kunne-Ibsch menekankan kembali tujuan buku ini. Bahwa keduanya tidak bermaksud menjawab simpang-siur aliran-aliran teori sastra, namun sejumlah masalah mendasar mengenai studi ilmiah sastra dapat dihadapi dengan pemahaman baru. Memang, membaca buku ini, kita banyak disuguhi pemahaman baru mengenai berbagai aliran teori sastra secara sangat mendasar dan lebih jelas. Tak pelak lagi, bagi peminat sastra, khususnya mereka yang ingin mendalami teori dan kritik sastra, buku ini dapatlah dijadikan sebagai acuan penting yang mesti dicermati.
***
_____________________
*) Maman S. Mahayana, lahir di Cirebon, Jawa Barat, 18 Agustus 1957. Dia salah satu penerima Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (2005). Menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FS UI) tahun 1986, dan sejak itu mengajar di almamaternya yang kini menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI). Tahun 1997 selesai Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Pernah tinggal lama di Seoul, dan menjadi pengajar di Department of Malay-Indonesian Studies, Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan. Selain mengajar, banyak melakukan penelitian. Beberapa hasil penelitiannya antara lain, “Inventarisasi Ungkapan-Ungkapan Bahasa Indonesia” (LPUI, 1993), “Pencatatan dan Inventarisasi Naskah-Naskah Cirebon” (Anggota Tim Peneliti, LPUI, 1994), dan “Majalah Wanita Awal Abad XX (1908-1928)” (LPUI, 2000).
http://sastra-indonesia.com/2009/03/perkembangan-teori-sastra-mutakhir/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar