Jumat, 27 Mei 2011

Sebuah Dongeng Pinjaman untuk Adji Sudjana

Dinar Rahayu
http://suaramerdeka.com/

Jika nanti kami memutuskan untuk turun menjadi hujan...kami akan menggelapkan
gelas anggur, kami akan mainkan dongeng tentang keabadian...
(Asli Erdogan-Tentang Keabadian)

I

KAWAN, ini jam kesekian dari hari kesekian tanggal sekian bulan sekian tahun sekian dan terima kasih kau masih bersamaku. Aku masih berjalan dan terus berjalan kawan, di tempat ini tak banyak yang bisa dilakukan kecuali berjalan, itu pun tentu kalau kau masih punya kaki. Dan kakimu tidak terluka. Atau kena tembak. Hidup, kawan, menyisakan pertanyaan, tapi aku lupa pertanyaan itu kawan. Tapi kau masih di sini ya. Kami bermalam di udara terbuka lagi. Setelah menggali parit perlindungan dan membuat pagar dan mengatur jadwal melek maka tak banyak lagi yang matanya terbuka selain yang disuruh melek. Percayalah kawan, tidak ada indah-indahnya embun yang mengumpul di wajah dan selimut kami. Jangan kau bikin indah cerita tentang embun. Dingin kawan, dingin. Menyebalkan. Berapa malam pun kau bermalam di udara terbuka, embun itu tetap dingin, bukan segar. Kuulangi bukan segar, melainkan di­ngin. Dan hujan pada pagi hari itu, ­gerimis di pagi buta itu, tidak menyisakan romantis kecuali kata: anjing.

Sebuah nasihat yang tak akan kusarankan untuk orang lain, apalagi dirimu kawan: berhenti mengeluh berhenti bertanya. Itu bisa kulakukan dengan morfin. Sisakan satu dosis untuk suatu saat nanti, simpan di liontinmu. Genggam kuat saat kau ketakutan. Saat kau terpaksa harus terdiam. Gila. Gila katamu, ya, Gila kau tahu Gila adalah sejenis kadal. Kadal Gila. Heloderma suspectum. Nanti kucarikan untukmu, akan kusimpan di dalam stoples bening kuberi label ‘’Gila’’. Berhenti bicara, kau gila. Ya. Ya. Ini bukan kenanganku. Ini bukan ingatanku. Ini bukan milikku.
Bangun. Bangun. Bangun. Bangun!!

II

GILGAMESH pernah mendatangi seseorang dan menanyakan mengapa mesti ada kematian, orang itu menjawab bahwa kematian sama diperlukannya seperti tidur. Cobalah melek terus-terusan.

Gilgamesh melek selama tujuh hari enam malam tapi begitu malam ketujuh datang ia terduduk langsung tidur. Tapi tidak mati. Saat itu ia tidak langsung mati, hanya tidur. Jadi apa maksud dongeng itu? Tidak ada, kecuali pemberitahuan bahwa kalau engkau melek terus-terusan begitu terduduk engkau akan tertidur. Seperti Gilgamesh. Tapi siapa sih Gilgamesh? Mengapa Gilgamesh tidur kok jadi berita. Seperti putri tidur saja, seperti Brynhilda yang tidur dijaga api abadi. Siapa pula Brynhilda? Sableng, orang tidur saja jadi berita...

Ayo berjalan lagi. Badai sudah berhenti...dan bisakah kali ini kau berjalan tanpa berbicara.

III

DEMAM. Engkau demam. Menceracau. Ayan. Epilepsi. Tidak. Tidak. Bukan itu. Ini karena aku punya kenangan milik orang lain. Bukan milikku. Siapa mau kenangan ini?
Kami kehabisan antibiotik. Ini ada morfin.

IV

TUHANLAH gembalaku tak takut aku melewati lembah kematian darinya kembali padanya.
Ambil anak di gendongannya.

V

CHARON ini kepeng untukmu.
Aku sudah tidak mengayuh perahu lagi. Aku sudah pensiun. Oh ya dan kepeng itu sudah tidak berlaku lagi di sini.
Jadi apa yang harus kulakukan?
Punya kepeng lain? Atau lembaran?
Tidak. Tidak. Hanya ini bekalku.
Bagaimana kau sampai ke sini?
Seekor ikan menelanku.
Ikan?

Entah. Naga mungkin. Atau capung. Mungkin juga kadal. Entahlah, apa perduliku. Kalau kau mau ambil perahumu untuk menyeberangkan aku, akan kuberitahu kau sebuah cerita.
Tidak. Tidak. Semua yang datang ke sini datang dengan cerita tentang hidupnya karena itulah aku pensiun. Semua bercerita tentang kehidupan tak seorang pun bercerita tentang kematian.

VI.

KATAKAN ini padanya:
Adji Sudjana. Nama anak itu. Kau pernah mengkhawatirkan ia bakal mati muda karena kelebihan dosis. Kau juga pernah membayangkannya ia akan bergelar tidak satu, dua, melainkan tiga atau empat yang diraihnya dari berbagai penjuru dunia. Tapi kita bukanlah peramal. Tak ada yang dapat mengatakan masa depan hanya dengan melihat bola kristal, sisa teh, sebaran tulang, atau garam. Begitu bukan?

Jadi biarlah semaumu saja bagaimana kau membayangkan dirinya kelak. Kini ia berdiri memandangi hujan. Kini ia dapat melihatmu walau ia tidak tahu yang mana dirimu karena saat kau memenuhi panggilan langit yang mendung dan turun sebagai hujan wajahmu sudah terhapus.

Lihat, kini kau jatuh di dahinya dan berjalan di sela rambut alisnya lalu kau mengumpul di sudut matanya. Hujan, hanya itu yang dapat dikatakan anak itu untuk menyebut namamu, nama-nama kami. Begitulah cara kami sampai di duniamu, Adji. Begitulah caraku menamaimu, Adji. Hujan yang kulihat di sepanjang jalan sejauh jangkauan pandangan mataku. Saujana.

Hujan di bulan Juni, kata si tua itu, adalah simbol keperkasaan dan keteguhan. Atau orang gagu. Atau sekarat. Tapi begitulah kami, bagaimana pun juga kami telah turun. Masuk ke sela-sela pasir. Merembes dan berjalan dengan satu tujuan; kembali ke laut. Semua berasal dari laut dan kembali ke laut. Hujan tidak sempat bilang cinta pada awan. Cinta tak kesampaian. Ada-ada saja si tua yang suka pinjam perahu kertas punya anak-anak itu.

Adji, kami turun untuk menceritakan sebuah dongeng tentang ke­abadian. Dengarlah suara itu karena kami pemilik keabadian. Kami rahasia semesta. Kami pendongeng. Kami mati muda untuk hidup selamanya.

Dan bila kau bertemu dengan si tua itu, Charon namanya, ceritakanlah ini. Hanya cerita ini yang mau ia dengarkan. Nanti ia akan menyeberangkanmu karena hanya kau yang tahu tentang kematian. Tanpa perlu kau melempar kepeng padanya. Tanpa perlu ia meminjam perahu.

Si tua itu akan bercerita sepanjang penyeberangan: dulu ada seorang perempuan datang padaku ingin menukar jiwanya dengan jiwa anaknya yang meninggal. Biasalah ibu-ibu. Memangnya undian dapat arisan bisa ditukar-tukar. Aku tak tahu mengapa ikan, eh naga, eh capung, eh kadal mau-maunya menelannya dan membawanya ke sini. Ia bilang ia tidak tahu tentang kematian, tapi kelak ketika anaknya kembali lagi ke tepi sungai ini, ia akan membawa sebuah cerita yang belum pernah diceritakan oleh orang lain.

Sumber: Suara Merdeka 26 Nopember 2009

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir