Nurel Javissyarqi
http://sastra-indonesia.com/
Pengarang yang mentalnya teriming-imingi keinginan menjiplak pesona karya para pendahulunya, ialah pengkarya yang tak memiliki keberanian mengeruk kesejatian di tengah peredaran sejarah. Terpedaya laluan kecil, lalu berhamburan bersuka ria, layaknya si bocah menyenangi permainan, tiada keinginan belajar lebih atas realitas. Sebayang-bayang terhapus, kala pamor yang dijiplak meningkatkan sorot cahaya, di siang hari jaman yang didengungkan.
Pilar-pilar keadaban insan tercipta oleh mereka yang sungguh menempuh nasib, bergulat pemahaman masa lalu ke jenjang dimungkinkan. Temuan dari kesadaran waktu dikumandangkan, bersegenap bacaan menguliti jatidiri, sebelum membangun segugus gagasan murni, sepantulan daya hidup menyerap-menggetarkan.
Tak terpungkiri, pergerakan hayat saling belajar, tentu tidak asal caplok menelan mentah sandaran yang ada. Harus menggapai bersemangat kuat, di sini fitroh mengangkat sumber mata air pribadi; tradisi juga wewarna menaungi. Ialah bebatuan berkarakter tinggi ditempa musim silih berganti soal membentuknya. Ikhtiar pengarang menuju alam-sesama dan saluran informasi yang menggerayangi.
Dalam pada itu, siapa pun pembawa hawa mentalitas menjiplak, menempati kesenangan rendah, surga terdangkal keramaian, manipulasi tak menghantar pencerah. Langkah tanggung, jauh dari tanggung jawab; keberanian palsu, tiada kemerdekaan, dan akrab siksaan. Bagaimana sanggup meloloskan seluruh hasrat kepengarangan, jika kaki-kaki lincahnya terjerat bebenang halus rayuan rendah?
Suatu bangsa mengalami tingkatan mutunya, jika penghuninya peduli-mampu mengudar karya pengarangnya. Yang siapkan diri menyunggi jaman dikandung gairah tertinggi; mendendungkan kebebasan tanpa dekte memincangkan ayunan, tak memicingkan pandangan yang ada.
Aku sebut satu saja, anak manusia benar-benar pengaruhi rentetan sejarah ke belakangnya; Voltaire, sastrawan Prancis berjasa besar untuk bangsanya juga bebangsa lain. Dia abdikan hidup demi prinsipnya, birahinya menanjak tak peduli laguan lama, terpesona sendiri dimasa-masa menempa, tiada waktu mencari-cari sewatak penjiplak.
Manusia-manusia unggul belajar kepada jiwa-jiwa paripurna, mematangkan nasib demi mentakdirkan nafas-nafasnya bersatu alam raya. Menyimak silang pendapat abad-abad lampau, maka telisiknya tidak terbodohi tak membodohi. Tapakan teliti mengudar kalbu fikiran, secahaya menerobosi lubang kunci pada pintu di malam gulita. Yang tersaksikan lorong cahaya tegas, andai menembus bidang air-sungai, meski terbengkokkan, nyata bergerak lurus.
Faham-faham abad lampau dipelajari ulang demi ketepatan berpijak, menyinauhi derajat maknawi realitas berhembusan. Politik siasat penguasa juga masa percobaan menjegal gagasan disimaknya dalam kurungan pelita. Renungan panjang kausalitas terpaparkan tanak hujatan keragu-raguan, dan was-was di sekitar meloloskan sikap kukuh disetiap lekukan kalimah.
Dalam kesusastraan Indonesia, ada beberapa pengarang ketahuan menjiplak namun masih disebut keberadaannya, juga karyanya yang lain meski bukan plagiat. Parahnya berbondong-bondong orang seolah hendak mengamini tak menolak. Yang terjadi kualitas bangsa belunder tidak mandiri, silau mental-mental tidak berpayah-payah. Maka sekali tradisi kebohongan didukung, jangan keliru disusul berikutnya, seperti biang kerok korupsi tak dipenggal, usah heran menjamur koruptor membeludak lagi.
Lebih edan sekaligus kumprung, orang-orang pernah njiplak ditokohkan. Alamak, memang tiada lain? Sekuat apapun yang ngincipi njiplak, tak patutlah dijadikan taulatan. Pribadi terpedaya muka, bukan kandungan isi menariknya. Sekadar mengada ataupun diadakan demi manipulasi sejarah.
Suatu bangsa masih mengedepankan penjiplak, jelas tak punya harga diri di mata bangsa lain. Ia telah merusak martabat, mencoreng muka negerinya dengan arang abadi. Otomatis tidak ada rasa hormat pada kaum pengarang. Pantaskah menjadi pembaharu meski karya lainnya baik? Tidakkah asal kepergokan itu, mentalnya dangkal kekanak-kanakan, juga bukti mengabaikan fitroh diberikan Tuhan.
Kebesaran bangsa terletak betapa keras anak-anaknya mengumpulkan puing berserak, mewujud impian moyangnya di hadapan lain. Bahwa lingkup nafasnya tradisi, budaya mengeram lama menjelma pondasi terpenting di tiap guratannya.
Dan sejarah berangkat dari pembenaran keliru akan jatuh ke jurang nista, hinalah meneguknya. Di sini sepatutnya berontak pada pendahulu picisan, memberondong umpat mereka yang bersikap kemayu mendukung penjiplak berkidungan kolosal pembenaran, mungkin ia teman lamanya.
Secara sederhana-hakikatnya, pengarang dalam hidupnya berusaha mencipta, mencari temuan anyar, mereka-reka pantulan hayat. Tentu tiada kesamaan nasib dengan lainnya, andai ada kemiripan, semata lagu kesejatian universal. Jadi rupa-rupa memirip-miripkan bukan temuan, sekadar pemalas tak menguliti masa-masa direguk, penyakit turunan tak menyehatkan hati fikir sesama.
Kesenangan semu, kelezatan kulit dicecap plagiator, mengelabuhi pembaca sekilas, tertipu sebab tidak berbaca ulang karya di samping semangat jaman pengarangnya. Terperdaya tampakan tanpa menelisik putaran keberadaan, atau kesadaran karya di belahan jiwa pengarang. Padahal itu bisa ditengok berapa rentang usia pengalaman, tampak di setiap lekukan kata kehadirannya atas ciptaan, ataukah sekadar sulapan.
Jalan-jalan pintas dilewati pemalas yang cepat terpuaskan meski pemalsuan; di mana kapan pun, pasti terlihat boroknya. Mentalitas nanggung di alam keraguan, tiada kehendak menanjak dan was-was mudahlah tertangkap.
Sejatinya, pembaca suntuk mengetahui sejauh mana kata-kata racikan, rakitan, atau sungguh dari jiwa sederajat capaian niscaya. Karena penyuntuk memahami kerasnya mbeteti sukma, menghardik watak picik yang diturunkan alam dangkal kerap memenggal jalur-jalur pencariannya dalam berkarya.
Yang terbuai tumpukan bebuku tanpa mencangkul ladang diri, tanpa mengeduk keberadaannya di antara bacaan. Sekadar menambah sampah nan buram tidak meyakinkan di belantara dunia.
Di tanjung karang menjulang; penggagas, penemu, pelopor, tidak kering kaki-kakinya oleh datangnya penimba, dibasahi guyuran para peneliti. Tonggak itu nancap menelisiki bawah sadar pembaca. Maka hanya penyetia hayatnya demi berkarya, datang kemudian mampu keluar dari jaring laba-laba.
Nyatalah pengetahuan penjiplak selebar daun talas, ragu memelanting, asyik bermain di wilayah sempit, hawatir terjatuh nan tak mampu menguap kembali. Padahal kejadian itu menghadirkan kemurnian dari pesona daun-daun. Atau yang terpikat kilau terlupa dirinya ada inti cahaya, serupa kemalasan yang mengambil untung kemenangan para pelaku sebelumnya.
Tiada dalam sejarah dunia, pengarang yang kepincut menjiplak menjadi pemersatu dan jelas tak punya ajaran. Atau ujaran-ujaran terpantul darinya tak layak dan tidak langgeng dinafaskan. Ia hanya pengacau temuan sebelumnya, tiada isme dibelakang namanya, dan tidak pantas menduduki kursi kepengarangan sejati.
Karena kerja mengarang berangkat dinaya lahir-bathin nalar-perasaan menyatukan tekad, menyusuri laluan belum terjamah, air ganjil tak tersentuh, membuka kelambu asing belum terfikir. Maka jikalau terdapati mencontek, wajib dipertanyakan, sebab kerahasiaan insan tidak sama meski keyakinan serupa. Penyakit serakah ini paling buruk daripada tamak pada benda. Karena mengarang mengolah ruh rasa memendarkan kesadaran puitika penyimaknya, dengan bobot seirama lebih.
Sebenarnya, olah cipta dapat dinilai turunan, pencarian, ataukah penggembira. Ini terlihat perjuangan dalam kehidupan, pengorbanan kemanusiaan. Tersebab tidak mungkin keyakinan cemerlang, kalau tidak ditempa ribuan soal jutaan masalah menggayuh. Minimal gagasan penulis sejati yang tak ke medan sosial langsung berwatak keras, karakter tanggung jawab dikeluarkan, telah ditimang selaksa menimbang nyawa di depan algojo;
pergulatan bersama masa-masa penciptaan, sebelum dihadapkan berpundi-pundi kemenangan, selepas sekapan. Kerangkeng nalar-hati menggemuruh, ruh karya meledak segunung memuntahkan lahar. Andai alunannya halus, telah melewati ketabahan tanpa pamrih, kecuali demi abadi ke tanah dijanjikan.
Panggilan menjadi pengarang semisal undangan berjanji, kesaksiannya dipertanggungjawabkan, nilainya kejujuran. Tepat hidupnya mandiri, dinamis menggalang kejayaan umat. Yang rasanya tidak berharap sepeser pun kecuali gagasan ditimbangnya lama diterima sewarna kain maslahat. Andai tak sampai, jiwanya dicukupkan kesaksian hari-harinya bersuntuk mempelajari lekukan hayat.
Seperti penyeru ta’at atas apa yang diserap, siap menanggung resiko terburuk pada segenap dinaya capaiannya. Keimannya pada ondakan penelitian, serupa kefahaman menyeluruh merasai udara sekeliling. Di sana mencecapi madu murni tempaan waktu, maka tiada mungkin dilepas sekejapan. Itu nirwananya, keintiman bathin kepuasan iman pada pencariannya tidak menyerah, kecuali diambil nyawanya oleh el-maut.
Lamongan, JaTim, Untuk 8 Maret 2011
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar