Fahrudin Nasrulloh
http://forumsastrajombang.blogspot.com/
Ayo, kita bebaskan iblis dan setan
Agar jelas mana surga mana neraka
Tanpa dunia di tengahnya!
Kita seakan dibikin bahlul dan geregetan menonton kondisi kisruh KPK-POLRI yang hinggi kini makin memanas. Mafia peradilan, makelar kasus, dan koruptor di mana-mana. Seperti puting-beliung Menggasak siapa saja. Skandal Bank Century sungguh menghantui. Hingga, si Amin, nasabahnya, stress lalu bunuh diri. Lama-lama orang-orang yang terlibat di dalamnya bagai monster. Memangsa saudara sendiri. Negeri ini bak “pabrik aib”, “sampah kebejatan” dan gudangnya anjing-anjing politik yang kerjanya nyolong dan saling menjilat. Tak ubahnya mafioso Michael Corleone dalam The Godfather yang kuasa membeli jabatan kehormatan “Mobilionare” di kepausan Vatikan. Everything is money and gun will finished everything, begitulah yang tersirat di film besutan Francis Ford Coppola dan Mario Puzzo ini. Jadi, demi segala persoalan di negeri ini, apa kira-kira yang dipikirkan Presiden kita?
Jadi pada siapa rakyat berharap penyelesaian semua itu? Pada Presiden? Pada MUI? Pada penegak hukum? Tampaknya tidak ada jaminan. Jika benar-benar serius, apa yang dilakukan SBY dalam 100 hari pemerintahannya? Solusi hanya andai-andai. Ngambang dan lamban. Ya, inilah “Dunia Bogambola” kita: dunia yang buntu, mampat, mentok, no way to run, no way to out. Bayangkan, jika selokan Anda mampat. Sampah menumpuk, menyumbat. Kadang karena bangkai tikus atau kucing kudisan. Baunya minta ampun. Bikin pening dan muntah-muntah. Bau banger, amis, dan rasa jijik juga adalah yang kita tonton tiap hari di TV. Drama politik yang mendebarkan. Santapan sinetron politik yang lebih aduhai, bikin ngiler, belingsatan, lebih menggairahkan plus kepingkal-pingkal ketimbang adegan Aming di film Perjaka Terakhir. Di balik semua keruwetan negeri ini, apa yang selalu digelisahkan Presiden kita?
Sajak Sosiawan Leak “Dunia Bogambola” yang ditulisnya pada 2000 tidak diniatkan menggambarkan kemampatan akut seseorang. Tapi sebagai sindiran, ia menonjok siapa pun. Karena dirinya sendiri juga pernah merasakan kebuntuan sebagai seniman, dan terhentak untuk mencari jalan keluar dengan berseru: Ayo, kita bebaskan iblis dan setan. Tapi toh iblis dan setan telah menguasai babi-babi politik yang sebenarnya tahu perbedaan mana jalan yang menuntun ke surga maupun ke neraka. Mengerti mana halal mana haram. Baik dan buruk. Nista dan bajik. Meski orang-orang Indonesia mayoritas muslim. Ya, puisi Leak cuma kata-kata yang tak mampu seperti celeng hutan menyeruduk kaum koruptor. Puisi bukan Izrail yang dengan seucap geram dapat menggencet nyawa si durja. Puisi juga bukan tank yang seketika bisa melindas ketidakadilan.
Namun, jika dihayati benar, puisi dapat berfungsi sebagai peniup kesadaran. Corong berisi angin kearifan, kendati tak semua orang bisa menangkapnya. Apapun bisa terudar atasnya. Bentuknya bisa kesadaran kolektif yang menggedor kebobrokan yang terjadi di negeri ini. Mengintrusi alam batin rakyat. Yang sekian lama disia-siakan. Dipecundangi. Ditilap. Digelapkan kesejahteraannya. Reformasi 1998 adalah bukti pemicu gerakan perlawanan rakyat dan pemuda. “Suara rakyat adalah suara Tuhan”, menemukan momentumnya saat itu. Apakah sengkarut hukum yang didramatisir saat ini bakal meledakkan aksi sosial yang besar? Entahlah. Imajinasi tidak bisa diremehkan. Imajinasi akan “suara Tuhan” sebagai kebenaran yang diangankan dalam konteks psiko-sosiologi menyimpan “daya bangkit” sendiri. Ia dapat jadi hulu-ledak atas nama perlawanan rakyat. Apa pula yang akan diperbuat sang Presiden jika hal itu terjadi?
Krisis kepemimpinan saat ini di ujung ambang. Masyarakat tak lagi percaya. Mereka hanya punya harapan. Mungkin yang tersisa impen-impen kosong. Boleh jadi banyak yang kecewa atas terpilihnya SBY, juga menteri-menteri pilihannya. Setidaknya untuk saat-saat pelik akhir-akhir ini. Tepisan berulang-ulang SBY soal keterlibatan sejumlah tim suksesnya yang diduga menerima aliran dana dari Bank Century untuk kampanye kian mengasapi kebingungan masyarakat. Prasangka pahit dan menyudutkan ini sangat memukul SBY hingga ia perlu bersumpah “Demi Allah” atas tuduhan pengucuran dana tersebut.
Pemerintahan yang bersih dan tata hukum yang steril dari anjing-anjing politikus busuk adalah harapan kita semua. Tak ada yang berharap negara ini mengalami krisis yang menghebat. Sejarah mencatat betapa Jerman, Italia dan Jepang hancur habis-habisan setelah Perang Dunia II, lalu bisa pulih, membangun kembali kejayaan mereka. Raden Patah di Demak juga demikian. Ia bisa memulihkan situasi centang-perenang dan hiruk huru-hara di masa Wikrama Wardana. Di masa selanjutnya, pemerintahan Raden Patah juga mengalami kegoncangan yang luar biasa akibat lahirnya sosok Panembahan Senopati yang menancapkan kekuatan baru di tlatah Mataram.
SBY dan pemerintahannya tidak diperhadapkan pada situasi genting demikian. Hanya yang perlu diingat bagaimana ia mamandang dan menempatkan “rasio” kedaulatan rakyat. Artinya, tujuan SBY dipilih adalah agar cita-cita dan harapan rakyat terwujud. Bukan menambah beban penderitaan. Pasti, rakyat tak menghendaki kekuatan Presiden yang misalnya, absolut, fasis, tiranik, atau lebih kuat menancapkan partai politik tunggal demi kelanggengan kekuasaannya. Buku Membela Masa Depan karya WS Rendra menyebutnya sebagai “Politik Daulat Tuanku”. Inilah praktek yang dilakukan Niccolo Macheavelli di zaman renaissance Eropa di Florenzo, Italia. Ia mendasarkan pemikirannya bahwa stabilitas politik hanya bisa diciptakan oleh seorang penguasa yang secara mutlak menguasai dana dan serdadu dalam negara. Para pemimpin kesohor dunia melakoni teori ini seperti Napoleon, Stalin, Hitler, dan Mussolini. Inilah yang kita khawatirkan terjadi di negeri ini, meski agak mustahil.
Justru “Daulat Hukum” yang sekarang dirongrong, dilanda krisis. Dilecehkan cukong-cukong, dan Anda bisa terkaget-kaget sendiri bagaimana rekaman si Anggodo yang mencatut banyak pihak menyebar menjelma gosip sengak bahkan fitnah. Kewibawaan hukum di sana dimainkan. Ditertawakan. Ditunggangi. Yang fakta disulap jadi fiksi. Yang fiksi direka-rancang sedetil mungkin supaya jadi fakta yang benar-benar dapat dibuktikan. Kita tak lagi tahu mana penegak hukum yang jujur dan bersih dengan penegak hukum yang kotor dan jago bersilat manipulasi. Terasa benar di rekaman itu, si penegak hukum diperintah-perintah dengan cibiran mengece. Jika sudah begitu, sebagaimana kesan Mahfud MD (ketua Mahkamah Konstitusi yang dihadirkan beberapa waktu lalu di acara Kick Andy): para penegak hukum ini seperti “binatang” yang bisa seenak udelnya disuruh-suruh seperti budak. Nah, bagimana Presiden mengatasi semua sengkarut di lembaga hukum Indonesia ini?
Saya tidak berharap, Presiden kita adalah Presiden Bogambola: yang pikiran dan kerjanya tidak fokus karena digrujug banyak persoalan sehingga jadi buntu, mampat, dan mentok. Kita tunggu, dengan debar dan gatal, episode sandiwara politik selanjutnya!
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Kamis, 05 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar