(PULAU YANG BERGANDUL POTONGAN KUPING)
Mardi Luhung
http://www.sastra-indonesia.com/
I
Bawean adalah sebuah pulau yang ada di utara Gresik. Dan salah satu dari Kecamatan Gresik. Bawean, dalam pikiranku, bukan saja nun jauh di sana, tetapi juga sebagai khayalan yang terus menghantui diriku. Sebab meski bagian dari kotaku (Gresik), tapi aku tak pernah ke Bawean. Aku hanya mengenal dan membaca Bawean dari cerita-cerita yang ada.
Bawean adalah pulau perempuan, sebab para lelakinya cenderung merantau. Bawean adalah pulau misteri, sebab sampai kini banyak tempatnya yang masih tertutup oleh kabut rahasia. Dan yang lebih mencengangkan, di Bawean juga ada Pecinan, meski tak ada peninggalannya yang tersisa. Dan menurut cerita, Bawean dulunya pernah disebut Buwun. Dan seterusnya. Sampai suatu ketika, di bulan September 2007, aku dan dua temanku berangkat ke Bawean.
Keperluannya: aku dan dua temanku itu akan membuat sebuah dokumentasi video pendek dan beberapa foto untuk penerbitan buku tentang Bawean. Dan tentu saja, ini adalah saat yang cukup menggairahkan diriku. Apalagi pada saat itu, mendekati Ramadhan 1428 H. Artinya: aku dan dua temanku akan berbarengan dengan para orang Bawean yang pulang dari rantaunya.
Ternyata, ketika aku sampai di Bawean: kepala, tubuh dan perutku seperti diaduk. Betapa tidak, selama dalam perjalanan laut (Gresik-Bawean), aku naik kapal laut yang ramping. Dan aku terserang mabuk laut yang licik. Mabuk yang baru pertama kali aku alami. Mabuk yang benar-benar membuat aku kelenger dan tak berdaya. Aku muntah tapi tak bisa. Mau tak muntah, tapi isi perut seakan menyundul-nyundul.
Jadinya, saat datang itu, aku seperti menginjak sebuah pulau yang terus bergoyang. Dan terus membuatku mesti tersungkur. Sambil terus-terusan mengurut-ngurut kepala yang pening. Aku benar-benar seperti tersiksa luar-dalam. Sampai-sampai seorang temanku berkata: “Kalok kau begini, bagaimana nanti pulangnya?” Perkataan yang disambut tawa oleh temanku yang satunya.
Ha, ha, ha, memang untuk ke Bawean, tak ada cara lain kecuali harus menumpang kapal laut. Dan kapal laut itu tergantung pada jadwal yang ada. Lain itu, untuk naik pesawat udara tidak mungkin. Sebab, pembangunan bandara di Bawean masih terus diperbincangkan. Dan masih terus dicari pemecahannya. Dalam arti, rencana pembangunan itu masih tetaplah sebagai rencana.
II
Bawean dan bandara udara? Akh, mengapa tidak. Sebab, setelah aku mengitari pulau itu. Mulai dari Kecamatan Sangkapura dan berputar ke Kecamatan Tambak, memang perbincangan perjalanan ke luar negeri, seperti ke Singapura, Malaysia dan sesekali Australia dan Timur Tengah sering terdengar. Dan rasanya, bagi orang Bawean, pergi ke luar negeri itu seperti pergi ke kota sebelah.
Bahkan, ada seseorang yang berkata, jika dirinya ke Malaysia hampir dua atau tiga minggu sekali. Di samping mengurus tenaga kerja, juga melakukan bisnis kecil-kecilan. Dan aku pikir, orang-orang seperti ini, tentu membutuhkan sebuah bandara. Di samping lebih cepat. Juga tak perlu untuk menyeberang ke Surabaya atau ke Jakarta sebelum terbang ke tempat yang ditujunya.
Lalu selama mengitari itu, aku juga menemukan hal-hal yang menarik. Itu terutama berhubungan dengan nama-nama yang ada. Baik nama tempat atau benda nya. Misalnya: Komalasa, Gili, Jukung, Kelotok, Kubur Panjang, Kuduk-Kuduk, Durung, Noko, Pantai Menangis dst. Aku tak tahu, kenapa tiba-tiba denyut kepenyairanku bergelinjang setelah mendengar nama-nama itu. Tapi, karena pada waktu itu, aku hanya menjenguk. Bukan menyapa. Maka aku hanya diam saja.
Nama-nama itu pun aku simpan di otakku. Dan aku tak menulis apa pun. Aku hanya terus dan terus menikmati setiap nama yang ada. Yang aku temui sepanjang mengitari itu. Dan tentu saja, dalam menikmati itu, kadang-kadang aku jadi terhenyak. Bayangkan, di sebuah dusun di atas bukit ada sebuah gapura yang bertulis: “Selamat Datang di Buton Village,”. Atau ketika aku membaca grafiti di pintu penginapan, terbaca: Grand Funk. Sebuah nama group musik cadas dari barat tahun 70-an. Yang ternyata, dipakai untuk nama group dangdut anak-anak muda setempat.
Aku pun hanya geleng-geleng kepala. Imajinasi macam apa ini? Sebuah nama yang konon katanya punya sejarah tersendiri dicomot begitu saja. Apa ini yang disebut peminjaman, pencaplokan atau pemasangan semau gue? Akh, siapa yang mau mengurus. Yang jelas, imajinasi yang aneh itu pun semakin menjadi aneh, ketika beberapa kali aku berpapasan dengan sebuah truk. Di bak truk itu ada beberapa anak muda yang asik berjoget dan bersuka. Sebab, di bak truk itu juga, mereka membawa seperangkat salon dan pengeras suara yang besar.
III
Di Bawean, ternyata aku juga menemukan sekian cerita yang menarik. Misalnya: cerita tentang kuburan yang ukuran panjangnya tidak umum (Makam Panjang); pangeran yang mampu menjaring ikan-ikan di alun-alun (Purbonegoro); seseorang yang dapat memanggil ikan-ikan dengan kentongan (atraksi Arfai); danau yang di tengahnya ada undakannya (Kastoba); kapal-kapal Belanda yang dulu pernah hilir-mudik; orang asing yang dapat bersiul dengan rusa; istri sunan yang berkelana (Waliyah Zainab); adu sapi; sampai pada nasi yang direndam pandan (nasi hijau). Dan semua itu, benar-benar membuat aku makin terhenyak.
Jadinya, aku pun kembali ingin menulis, menulis dan menulis. Tapi apa yang mesti aku tulis? Aku tak bisa. Aku hanya bisa menikmatinya. Seperti ketika suatu malam, aku dan dua temanku itu pergi ke sebuah dusun di atas bukit. Dan dari bukit itu, bintang-bintang di langit tampak demikian gemebyar. Sebuah pemandangan yang jarang bisa aku nikmati di Gresik yang langitnya sudah penuh polusi. Dan semalaman itu, kami tak bisa apa-apa. Kecuali menikmati saja.
Dan sekembalinya. Ya, seperti biasanya, aku pun membayangkan diriku sebagai pemilik tunggal pulau Bawean. Sebuah pembayangan yang memang telah menjadi kebiasaanku sejak kecil. Dan lewat pembayangan sebagai pemilik tunggal itu, aku pun leluasa untuk terbang kemana saja. Dari telaga Kastoba pergi ke Komalasa, terus ke Pantai Menangis, naik Jukung atau Kelotok, mampir ke makam Waliyah Zainab, dan istirahat di Gili.
Dan semuanya itu bisa aku lakukan dengan enak. Bahkan, pada saat-saat tertentu (di dalam pembayangan itu), aku juga merasa seperti penguasa yang kalah. Yang dibuang ke sebuah pulau. Lalu dikubur di sebuah kuburan yang panjangnya tidak biasa. Yang sewaktu-waktu tertentu pun bangkit. Dan mencari penyebab, mengapa dulu sampai kalah.
Ya, sebuah ulang-alik imajinasi yang mirip dengan imajinsai Grand Funk tadi. Imajinasi yang langsung dicomot, dipakai, dibuang, diganti dengan seenaknya. Yang jelas, tiba-tiba dalam pikiranku, Bawean berubah menjadi pulau yang bergandul potongan kuping. Dan dari kuping itulah, aku bisa mendengar sekian nama dan sekian cerita. Dan sekian-sekian itu menjadi pupuk bagi imajinasiku. Imajinasi sebagai penguasa tunggal sebuah pulau.
IV
Nah, untunglah, waktu pulang dari Bawean, ada kapal laut yang besar. Dan aku dengan dua temanku pun naik kapal laut itu. Aku tidak mabuk. Aku bisa menikmati perjalanan pulang itu. Menikmati laut yang biru. Juga gerimis yang kadang-kadang tiba. Tapi, tanpa sepengetahuan dua temanku, pikiranku tetap melayang ke Bawean. Ke pulau yang telah kami tinggalkan. Ke pulau yang masih aku bayangkan sebagai kekuasanku.
Dan pembayangan itu pun terus melekat. Sampai aku tiba di Gresik. Sampai Ramadhan 1428 H datang dan berlalu. Sampai tiba-tiba, aku telah bisa menulis dan mengumpulkan beberapa puisi tentang Bawean. Dan anehnya: mengapa puisi-puisi yang aku kumpulkan dan aku tulis tentang Bawean itu kok jadi lain? Akh, aku terkesiap. Apa benar puisi-puisi ini bercerita tentang Durung, Komalasa, Pudakit, Kuduk-Kuduk, Kastoba, Jukung, Kelotok atau Pecinan?
Tidak! Tidak! Isi puisi itu telah mengalami perubahan yang begitu serius. Lalu apa yang salah? Atau, jangan-jangan, aku telah melakukan pencomotan nama, cerita dan imajinasi begitu saja. Seperti pencomotan nama Grand Funk di pintu penginapan. Ya, aku pikir, aku telah melakukan hal itu. Tapi apa ini salah? Entahlah. Yang jelas, aku merasa tetap sebagai penguasa tunggal Bawean.
Dalam arti, sebagai penguasa tunggal: bukan aku yang ke Bawean. Tapi Bawean yang ke aku. Dan ketika sampai ke aku, aku pun menyambutnya. Menyambut dengan segala apa yang ada di dalam diriku. Baik itu yang ada di mata, hati, otak, jantung, mulut, kaki, sampai pada yang ada di relungku. Jadinya, inilah Bawean yang telah ke arahku. Sebuah pulau yang bergandul potongan kuping. Sebuah pulau tempat aku mendengar. Sebuah pulau tempat aku menghadirkan sebuah pulau imajinasi yang lain. Sebuah pulau dengan persoalan tersendiri.
(Gresik, 2007)
*) Pengantar BUWUN, kumpulan puisi Mardi Luhung, diterbitkan PUstaka puJAngga, 2010.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar