Kamis, 18 Maret 2010

Tragedi Pergundikan di Tanah Surga

Judul: Dutch Culture Overseas, Praktik Kolonial di Hindia Belanda; 1900-1942
Penulis: Frances Gouda
Penerbit: Serambi Jakarta
Cetakan: Pertama, Februari 2007
Tebal: 523 halaman
Peresensi: A Musthafa
http://suaramerdeka.com/

MEMASUKI abad ke-16 dan 17, Barat masuk zaman "Akal-Budi". Zaman inilah yang mengantarkan Barat menggapai pencerahan gemilang pada abad ke-18. Para pemikir, filosof, ekonom, dan teknolog berkembang pesat.

Buku-buku kritis dan produksi teknologi bertebaran di Eropa. Sayang, kegemilangan itu tidak didukung oleh infrastruktur yang cukup. Wilayah Eropa sempit, tandus, dan miskin sumber daya alam. Akibatnya, alam pikir yang terhampar dalam rasio, ditebarkan di berbagai belahan dunia.

Awalnya, ekspansi kuasa akal untuk eksperimen keabsahan teori. Akan tetapi karena imbas kuasa politik lebih dominan, akhirnya ekspansi wilayah kuasa rasio itu dibarengi juga dengan kuasa politik. Dan akhirnya, kuasa politik lebih dominan mengalahkan kuasa akal. Jika kuasa akal, melahirkan pencerahan bagi negeri terbelakang, maka kuasa politik melahirkan intervensi, hegemoni, dan penjajahan. Politik etis, misalnya, yang awalnya untuk mencerdaskan, tetapi ternyata digunakan untuk mengelabuhi warga pribumi.

Buku ini berusaha menyingkap praktik kolonial Belanda pada saat Indonesia tengah menandai kebangkitan kaum cendekiawan. Gouda dalam karyanya ini lebih menekankan pada penjajahan budaya dan mental yang dilakukan Belanda. Belanda, bagi Gouda, adalah negeri kecil yang tidak terlalu diperhitungkan di Eropa. Tetapi Belanda mampu menguasai berbagai peradaban tua di dunia, termasuk Jawa. Negeri belanda yang miskin sumber daya alam dan banyaknya pengangguran kaum intelektual amat bersyukur karena mendapatkan tanah jajahan yang kaya, subur, dan melimpah ruah.

Itulah tanah surga bernama Indonesia. Sayang, alam raya yang subur itu tidak dimanfaatkan oleh warganya. Warga masih gagap dan galau dengan teknologi. Mereka masih menjadi masyarakat religius-partiarkat yang dipengaruhi oleh mistisisme. Meraih kekayaan, waktu itu, tidaklah terlalu dibanggakan. Masyarakat bangga dengan meraih kearifan, kesaktian, kepujanggaan, dan pengetahuan agama. Karena miskin pengetahuan modern, mereka mudah sekali dicerai-beraikan oleh Belanda. Politik devide et empera terbukti meredam berbagai perlawanan di berbagai daerah. Masyarakat gampang sekali dikelabuhi, sehingga Belanda semakin kuasa mengeruk kekayaan.

Hal menarik yang dikupas oleh Gouda dalam buku ini adalah ulah penjajahan Belanda dalam pergundikan. Dalam tragedi pergundikan ini, Belanda melihat warga pribumi sebagai kera atau monyet. Biar mengenakan cincin emas, monyet tetaplah monyet, buruk rupa, dan jahat (halaman 243). Doktrin ini digunakan untuk menjatuhkan mentalitas warga pribumi. Mentalitas inilah, yang oleh Clifford Geertz, dijadikan landasan untuk menempatkan warga pribumi sebagai warga kelas tiga. Karena kelas tiga, maka hak-haknya hidupnya juga tidak sama dengan kelas satu; warga berkulit putih, Belanda sendiri. Warga kelas dapat dipekerjakan seenaknya, sesuai kebutuhan warga kelas satu.

Doktrin inilah yang digunakan Belanda untuk melegalkan praktik pergundikan. Perempuan-perempuan pribumi diperlakukan seenaknya untuk memenuhi hasrat seksualnya. Mereka menklaim perempuan itu warga kelas itu, hasrat nafsunya yang besar karena makan rempah-rempah yang bergizi, atau untuk menambah kesehatan. Mereka melakukan itu dengan berahi dan membabi buta (halaman 204). Para wanita gundik ini kemudian melahirkan anak Indo, yang waktu itu menjadi beban berat di lingkungan warga pribumi.

Anak Indo dianggap sebagai anak haram hasil perzinahan dengan penjajah. Anak itu terasing dan teralienasi dari lingkungan. Tetapi berbeda jauh dari sekarang, anak-anak Indo malah menjadi aktris terkemuka dan menjadi idola warga Indonesia.

Penindasan terhadap perempuan ternyata tidak hanya dilakukan untuk warga pribumi. Perempuan Belanda pun memiliki aturan-aturan ketat untuk berkiprah di ruang publik. Para perempuan Belanda dipersempit peluangnya untuk ikut serta "berekspansi" ke Indonesia. Kalaupun sudah ada di Indonesia, kaum perempuan Belanda tak lebih hanya sebagai ibu rumah tangga yang sibuk dengan urusan masak dan perabot rumah. Para perempuan tidak diperbolehkan melihat praktik kolonialisasi yang dilakukan oleh para suami.

Tragedi pergundikan Belanda di Indonesia sampai sekarang masih sangat terasa. Peran perempuan di berbagai bidang kehidupan dibatasi. Perempuan adalah mereka yang harus taat kepada suami, mengurus anak, mengurus rumah, dan peran domestik lain. Marginalisasi perempuan seolah menjadi "hukum tak tertulis" masyarakat. Karena ketika perempuan keluar dari pakem tradisi, si perempuan pasti dianggap tidak sopan, melanggar aturan agama, dan sebagainya. Banyak justifikasi yang digunakan untuk mempersempit peran strategis perempuan, sehingga nasibnya terus terlunta. Walaupun sekarang sudah banyak gerakan feminisme, tetap saja budaya patriarkat membelenggu peran perempuan.

Doktrin warga pribumi sebagai kelas tiga yang digunakan untuk melegalkan praktik pergundikan atas perempuan, ternyata juga digunakan secara umum atas praktik kolonialisasi di seluruh Nusantara. Bumi pertiwi dianggap sebagai bumi kelas tiga, sehingga dapat dikuras semaunya, diboyong seenaknya menuju Belanda, dan dijajah selama yang diinginkan. Falsafah inilah yang kemudian menjadikan Belanda begitu betah, krasan, dan nyaman tinggal di Nusantara selama 350 tahun. Waktu yang amat lama, menguras sumberdaya alam Indonesia yang begitu banyak, dan membuat Indonesia terus mengingat beragam kekejaman yang menerpa dirinya.

Kini, Indonesia masih terus berjuang membebaskan diri dari sekian ragam "penjajahan". Pelajaran yang dihasilkan dipetik dari penjahan Belanda dalam buku ini dan pelajaran dari perjuangan warga Indonesia merebut tanah airnya dapat dijadikan bahan penting dalam merumuskan berbagai kebijakan bangsa memberikan kebebasan bagi warganya. Jangan sampai dialam kemerdekaan masih terjadi "penjajahan", terlebih penjajahan yang dilakukan saudara sendiri.

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir