Aliela
http://www.riaupos.com/
1.
Malam rembulan tua. Rembulan yang sama dari abad lampau. Sebentuk bundar yang keemasan dengan gurat-gurat halus serupa lukisan ibu yang memeluk anaknya. Kau selalu terpesona memandangnya, berharap bayangmulah yang menghias rembulan itu, meski aku lebih terpesona ketika cahayanya menyapu lembut ruas-ruas wajahmu. Dan kau pun menjelma seribu dewi yang bercahaya. Sungguh Dinda, pemandangan saat itu merupakan mahakarya yang sempurna bagiku, sebuah lukisan hidup ciptaan Yang Maha Agung. Lalu kau pun tersipu, ketika mataku tak ingin lepas mengagumimu.
“Ah, Kanda. Jikalau sanggup Dinda terbang ke awan. Ingin rasanya Dinda mohon kepada rembulan agar sejenak meredupkan sinarnya. Supaya tak nampak wajah ini bersemu merah jambu ketika mata kita saling beradu.”
Duhai, sungai kesejukan mengalir ke seluruh aliran darahku. Hati yang membatu sekian lama mencair sudah, mencari ruang-ruang sunyi sebagai muaranya. Sebuah ruang tempat segala keindahan yang terpancar dari dirimu bersemayam. Tempat pahatan namamu terpatri bersama janji-janji yang diamini para kyai. Dengan lafadz bismillah segala bermula, agar punah segala ganggu, segala tipu, segala ragu menuju Yang Maha Satu. Aku memelukmu. Seperti malam yang membentangkan sayapnya bagi rembulan yang kedinginan. Maka dawai-dawai berdenting, melagukan melodi cinta Yusuf dan Zulaikha. Dan kita menari, dalam tarian kudus diiringi doa-doa dan restu para wali, menjelma Rumi yang menaiki tangga-tangga makrifat sebagai penyatuan diri dengan Illahi. Lihat Dinda, bintang-bintang di langit cemburu melihat kita menyatu dalam jubah kelambu. Alam menjadi saksi. Bagi sepasang tubuh yang saling merengkuh.
Kita berpeluh. Peluh ini Dinda, adalah tetesan embun yang memberi kesegaran bagi dedaun yang setia bertahan pada reranting kering. Mengalirkan kekuatan kesekujur batang pohon hingga akar-akar menggeliat, menopang hidup. Dan tunas-tunas muda terbangun dengan harapan baru. Engkau tersenyum. Sebuah senyuman matahari terbit. Hangat dan beraroma bunga-bunga di musim semi. Di senyummu itulah Dinda, kutitipkan segala kerinduan dan harapan. Tentang sebuah hari baru di mana kedamaian mengiringi langkah kaki kita, dan anak-anak kita yang bermain dengan gembira, menyanyikan lagu cinta.
2.
Di bulan ketiga, ketika semerbak bunga masih setia mengiringi hari kita. Ketika rembulan malu mengetam turun, ketika matahari melambung naik, sebenih harapan yang kusemai di hamparan rahimmu mulai tumbuh. Aduhai Dinda, tak kepalang senang hati Kanda, melihat pagi berseri di wajahmu ketika perutmu semakin lama semakin membesar. Usah kau mengeluh Dinda jika tak lagi bisa kau cium sedapnya aroma masakan, karena mual perutmu ada sebabnya. Tahanlah sekejap Dinda jika tubuhmu mulai memberat, sebab si jabang bayi bertambah berat. Duh Dinda, usah kau risaukan bila harus berpantang dan menjaga sikap sebab aroma tubuhmu disuka para penunggu di dunia halus. Sembilan bulan akan tergantikan dengan kebahagiaan. Dari rahimmu Dinda, akan lahir penerus kita, yang akan memperpanjang tali silsilah kita. Mewarisi darah dan hati kita. Yang akan membawa harum nama kita juga nama nenek moyang kita. Maka segala puja dari segala puji bagi Ilahi kupersembahkan. Agar kelak benih ini menjadi benih yang mulia. Menjadi anak yang tahu asal jadinya, yang tahu membalas guna. Kecilnya cencilak padi. Besarnya cencilak padang. Kecilnya duduk mengaji. Besarnya tegak sembayang. Kebahagiaan apalagi yang hendak diminta, Kenikmatan apalagi yang hendak diingkari. Sungguh Dinda, akan kujaga sepenuh jiwa juga raga. Kutaburi doa-doa dan mantera-mantera supaya selamat, sehat sentausa.
3.
Jika saja aku bisa memilih. Ingin kulepas segala gelar, segala tanda, segala nama yang melekat pada diri. Jika saja aku bukan punggawa raja yang harus bersetia dan mengabdi pada negeri, aku lebih memilih menjagamu juga jabang bayi yang tumbuh di rahimmu. Menemanimu sepanjang hari dan mengusap peluh yang menetes di dahimu. Tapi aku Megat Seri Rama Dinda, pantang menolak panggilan negara. Sebab itu adalah derma bagi seorang ksatria, yang hidup matinya diabdikan pada negeri. Karena itu Dinda, aku mohon kepadamu iklaskan aku pergi berjuang. Jangan iringi aku dengan tangismu sebab itu hanya menyurutkan langkahku. Usah lambaikan tangan tanda perpisahan sebab aku pergi untuk kembali. Cukup senyummu sebagai pengganti yang akan kusimpan di dalam hati. Sebagai bekal perjalananku nanti. Sebagai penawar rindu dahaga hati.
Usah cemaskan aku, Dinda. Laksamana Bentan gelar yang kusandang membuat lawan silau memandang. Dengan ilmu silat yang lincah, keterampilan berperang dan kecerdikan mengatur strategi, aku yakin akan kembali. Sudah berpuluh kali aku turun ke medan laga dengan membawa pulang kemenangan. Kekalahan pantang menyentuh diriku meski di ujung kuku sekalipun. Maka, kuharap tulus doamu supaya jiwa dan raga ini utuh terjaga.
Jika kau rindukan aku Dinda. Pandanglah langit di kelam malam. Rembulan tua itu adalah diriku yang akan terus menyinarimu dengan kehangatan. Cahayaku takkan meredup meski mendung datang tanpa memberi kabar. Ketahuilah Dinda, di sebalik awan mendung itu, aku tetap mengawasimu dan menjagamu. Memastikan kau dan buah hati kita tak kurang satu apa. Begitu juga aku Dinda, bila aku rindu. Di ujung kuala itu, aku akan selalu menanti rembulan tua yang tak terganti sebab bayangmu selalu menghiasi. Maka rembulan tua jadi perantara cinta kita yang kian menyala.
4
Di batu rindu ini, Dinda, kutulis sebuah puisi abadi. Agar menjadi prasasti bagi anak cucu nanti. Menjadi sejarah tentang kesetiaan yang terjarah. Aku, Megat Seri Rama. Punggawa raja yang mengabdikan dirinya bagi negeri dan bersetia pada raja telah menikamkam keris ke ulu hati rajanya, bersama sumpah seranah karena amarah. Amarah ini Dinda, bukan karena darah muda yang menggelegak, bukan juga karena nafsu hendak berkuasa tetapi karena marwah yang harus dibela. Ini marwah, tuan! Ini marwah bukan barang mainan yang bisa digadaikan. Sekali terusik niscaya maut kan menjemput, tak peduli pada siapapun meski pada raja sekalipun.
Malam itu Dinda, ketika rembulan tua lenyap di pekat malam, bintang-bintang enggan berkelip dan angin melagukan syair duka. Aku tahu sesuatu telah terjadi pada dirimu. Bagai seribu anak panah menusuk seluruh tubuh, menyerapkan racunnya hingga ke tangkai jantung, ke hulu hati, ke tulang sumsum ketika kudengar maut merenggut paksa dirimu. Kau tahu Dinda? Seluruh nafas dan tubuh ini serasa ikut terbang bersamamu, melintasi awan-awan yang bergulung dan membuka pintu-pintu langit menuju cahaya Yang Satu. Wahai pemilik seluruh kehidupan, inikah jalan yang telah Kau gariskan? Manis madu yang kucecap belum juga sampai ke tekak. Buah yang kuperam belum juga masak sebadan namun telah putus jalan ditempuh. Punah sudah mimpi-mimpi indah kita. Lepas sudah anak dari timangan. Sungguh, sebuah kehilangan yang menyakitkan.
Bukan. Bukan aku menolak takdir Dinda, tetapi kematianmu yang menyedihkan, membuat lelakiku tertantang. Karena martabat telah dijatuhkan oleh raja yang sewenang-wenang. Hanya karena seulas nangka raja kau makan, nyawa juga kau bayarkan. Sebuah perdagangan yang tiada seimbang barang yang dijual dengan benda pembelinya. Apalah lagi, kau adalah isteri Megat Seri Rama, seorang punggawa raja yang banyak memberikan jasa bagi negeri. Berapa banyak kemenangan kupersembahkan kepada raja, berapa banyak kuteteskan darah dan keringat demi membela kehormatan raja. Berapa dalam kesetiaan kusembahkan. Dan inikah balasan bagi seorang yang mengabdi? Sungguh Dinda, nurani ku tak mampu menganggap itu sebagai kelaziman. Apakah karena kuasa maka boleh ia memangsa? Apakah karena punya kewenangan maka boleh ia sewenang-wenang? Raja alim raja disembah, raja zalim raja disanggah. Baiklah Dinda untuk menjawab kelaku raja yang zalim itu, emas sudah ditakar, urai telah ditimbang dan inilah hasilnya, Megat Seri Rama tak kan bersetia kepada yang zalim. Maka, jangan salahkan aku Dinda, jika aku menginginkan nyawa raja sebab sebagaimana jual beli, hutang uang dibayar uang hutang nyawa dibayar nyawa. Dan, di Jumat yang agung ini semua telah tertunaikan. Tangan ini telah menikamkan keris tepat ke ulu hati raja. Di atas julang, selepas sembahyang, raja mengakhiri sejarahnya, tentang sebuah negeri yang buram. Merah darah yang mengalir dari tubuh nya adalah bukti bahwa Megat Seri Rama adalah lelaki sejati yang punya harga diri. Maka jangan sebut aku penghianat karena aku membela martabat. Jangan pula kau sebut aku pendurhaka karena aku menjunjung nama keluarga. Cukuplah bagiku Dinda, kehormatanmu telah pun Kanda tegakkan, meski tubuh ini kian sekarat karena keris raja yang bersarang di dada semakin berkarat. Dan mata ini semakin berat karena ajal semakin dekat.
5.
Malam ini Dinda, kulihat rembulan tua berseri-seri sebab aku tahu bahwa bayangan ibu yang sedang memeluk anaknya yang menghiasi rembulan tua itu adalah kau bersama anak kita. Maka ulurkan tanganmu Dinda, sambut aku dengan senyummu. Lihatlah, jiwa ini terbang dengan ringan, meninggalkan tubuh yang lepuh, meniti cahayamu. Dan kita akan menyatu tanpa seteru. ***
Pekanbaru, September 2007.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar