Grathia Pitaloka
12 Okto 2008, Jurnal Nasional
Bercermin pada realitas masyarakatnya, karya sastra Indonesia juga mengeksplorasi kisah dan perjalanan pahlawan.
Ingatan masyarakat Indonesia mengenai sosok Pangeran Diponegoro boleh jadi kian pudar tergerus roda zaman. Lalu, karena tak ingin tokoh yang dikaguminya hilang tersapu waktu, Remy Sylado mencoba menyegarkan kembali ingatan masyarakat tentang semangat kebangsaan Pangeran Diponegoro melalui novel. "Diponegoro sosok yang sangat menarik. Sekarang ini saya belum pernah menemukan orang yang memiliki rasa kebangsaan seperti dia," kata Remy kepada Jurnal Nasional, Selasa (7/10).
Bagi lelaki yang memiliki nama asli Japi Tambajong ini, mengerjakan Pangeran Diponegoro bukanlah kali pertama ia menulis novel sejarah. Sebelumnya pria kelahiran Makassar, 12 Juli 1945 ini telah menghasilkan tiga karya fiksi berlatar sejarah. Tapi untuk menulis novel Pangeran Diponegoro, Remy mesti rela bolak-balik ke Belanda demi mengumpulkan data-data yang berserak. "Kadang saya suka gregetan kalau menemukan fakta baru, tetapi buku sudah dicetak," ujar pria yang memulai karier sebagai wartawan ini.
Sudah dua jilid novel tentang Pangeran Diponegoro yang Remy selesaikan. Keduanya baru bercerita tentang masa kecil pangeran yang memiliki nama asli Ontowiryo ini. "Diponegoro kecil amat menyukai wayang, Kumbakarna adalah tokoh yang dikaguminya. Ia amat terkesan dengan sosok raksasa yang hingga akhir hayat tetap membela tanah airnya," tutur Remy.
Pangeran Diponegoro lahir dari pasangan Raden Mas Suroyo dan RA Mangkarawati garwa selir dari RM Suroyo. Sejak kecil Pangeran Diponegoro tidak diasuh kedua orangtuanya, melainkan dengan nenek buyutnya, Ratu Ageng, permaisuri dari Hamengkubuwono I.
Ratu Ageng tidak membesarkan Pangeran Diponegoro di Keraton Mataram, melainkan membangun puri sendiri di Tegalrejo. Di sanalah ia dididik berbagai macam ilmu terutama ilmu agama Islam di Perdikan Mlangi.
Sejak kecil Pangeran Diponegoro telah diberi petuah oleh Ratu Ageng tentang kekejian bangsa Belanda terhadap rakyat Jawa. Karena itu sedari kecil rasa kebencian terhadap bangsa penjajah telah tertanam dalam benak pangeran yang kerap menggunakan sorban ini.
Pangeran Diponegoro tumbuh sebagai sosok lelaki yang memiliki integritas diri yang kuat. Pernah suatu ketika seorang warga Tegalrejo dibunuh Belanda karena tidak mau membayar pajak. Pangeran Diponegoro nekad menguburkan mayat tersebut, meski hal itu dilarang oleh Belanda. Kejadian tersebut kemudian menyulut perselisihan dengan Belanda.
Remy kini tengah mempersiapkan novel Pangeran Diponegoro jilid ketiga. Di sanalah sastrawan yang juga piawai melukis ini mulai bertutur mengenai konsep kebangsaan Pangeran Diponegoro sebagai orang yang berbudaya Jawa.
Kecintaan Pangeran Diponegoro terhadap Indonesia akan digambarkan secara detail oleh Remy dalam novelnya. "Ada bagian di mana Diponegoro meyingkirkan orang yang tak memberikan kontribusi apa-apa bagi perjuangannya," ujar Remy.
Novel yang dikerjakan dalam kurum waktu satu bulan itu, merupakan gabungan antara data historis dan imajinasi. Tentu kepiawaian Remy memadukan kedua unsur tersebut tak perlu dipertanyakan lagi. Ia sudah membuktikannya dalam Ca Bau Kan, Parijs van Java serta Kembang Jepun. "Imajinasi memiliki kekuatan untuk menghidupkan fakta sejarah yang semula kering kerontang," kata pria yang menjadi pengajar di beberapa perguruan tinggi itu.
Lelaki yang menguasai banyak bahasa ini memcontohkan, adegan di mana Pangeran Diponegoro memukul Danurejo. Pemukulan itu merupakan fakta, tetapi bagaimana Pangeran Diponegoro memukul, bagian mana yang terkena serta bagaimana respons Danurejo adalah hasil imajinasi Remy.
Menurut Remy, di sanalah kecerdasan penulis untuk membentuk sebuah kontiniuitas diuji. "Fiksi berfungsi membuat fakta sejarah menjadi untaian kata-kata naratif dan memiliki kontiniuitas menjadi enak untuk dibaca," kata Remy.
Remy mengatakan, novel Pangeran Diponegoro yang ditulisnya berbeda dengan novel sejarah tentang Gajah Mada ataupun Ken Arok. Menurutnya, buah karyanya berdasarkan pada data serta dokumen sejarah, sementara novel Gajah Mada maupun Ken Arok seratus persen imajinasi. "Merajut fakta-fakta sejarah merupakan kesulitan tersendiri bagi saya," ujar Remy.
Bukan hanya Remy yang mencoba membuat membaca sejarah menjadi menyenangkan dan menyulapnya dalam bentuk novel. YB Mangunwijaya pernah menulis tentang sosok Sutan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia yang pertama dalam novelnya yang berjudul Burung-Burung Manyar. "Novel tersebut mempengaruhi pendapat orang terhadap Sjahrir, padahal belum tentu sosok Sjahrir di dunia nyata sama dengan di dalam novel," kata sastrawan Budi Darma.
Dalam novel tersebut, Mangunwijaya dengan bahasa yang indah berhasil melukiskan situasi periode peralihan era kolonialisme dan era kemerdekaan. Semangat zaman yang menginginkan perubahan dapat dirasakan langsung oleh pembaca. "Sejarah dalam arti sebenarnya sering kali dilupakan, orang lebih condong membaca karya sastra," ujar pria kelahiran Rembang, 25 April 1937 ini.
Ia memberikan contoh, ketika hendak mengingat kembali fenomena kawin paksa yang terjadi pada tahun 1920-an, orang tidak akan membuka-buka dokumen tentang kawin paksa atau data statistik pada tahun itu. Mereka akan memilih membaca karya-karya Balai Pustaka. "Oleh sebab itu karya sastra sering dianggap sebagai bukti otentik meskipun itu hanya imajinasi belaka," ujar Budi.
Nama Tirtoadisoerjo pun tak akan muncul kepermukaan, sekiranya Pramoedya Ananta Toer tak menulis novel Bumi Manusia. Novel buah karya pria kelahiran Blora ini sesungguhnya merupakan cerita fiksi, namun keberadaannya saat ini kerap dianggap sebagai fakta sejarah. "Fakta mengenai kebangkitan pers dalam novel Bumi Manusia memang ada benarnya, tetapi lebih banyak fiksinya," kata Budi.
Begitu pula ketika hendak menguak fakta tentang kerja paksa pembuatan jalan raya Anyer-Panarukan, orang lebih suka membaca novel Pramoedya yang berjudul Jalan Raya Pos, Jalan Daendels ketimbang membuka setumpuk dokumen sejarah berbau apek.
Dalam novel yang ditulis mengalir tanpa pembagian bab ini, Pramoedya menjabarkan betapa kerja paksa pembangunan jalan tersebut memakan begitu banyak korban. Bahkan ia mengkategorikannya sebagai genosida. Pramoedya mengurai sejarah tercetusnya ide pembuatan Jalan Raya Pos di benak Daendels, serta 39 kota yang berada di sepanjang Jalan Raya Pos lengkap dengan dampak sosial yang terjadi karena pembangunan jalan.
Sumber Inggris melaporkan seluruh korban yang tewas akibat pembangunan Jalan raya Pos sebanyak 12.000 orang. Itu yang tercatat, diyakini jumlah korban lebih dari itu. Tak pernah ada komisi resmi yang menyelidiki. "Sastra itu meski tidak menggambarkan realita sesusungguhnya, namun dapat disebut sebagai dokumen sejarah sekunder," kata Budi.
Budi mengatakan, kekuatan sebuah karya sastra mempengaruhi bisa atau tidaknya ia diperlakukan sebagai sebuah sejarah. "Semakin kuat dan semakin bagus unsur imajinasi pengarang dalam sebuah karya, maka ia akan semakin diperlakukan sebagai sebuah fakta sejarah," ujar penulis kumpulan cerpen Orang-Orang Blomingtoon.
Untuk novel berlatar sejarah Budi mencungkan dua jempol buat karya-karya Pramoedya. Menurutnya, hingga saat ini belum ada pengarang yang mampu membangun imajinasi seperti Pramoedya meniupkan ruh pada sosok Minke yang notebene merupakan prototipe dari Tirtoadisoerjo.
Dalam novelnya Pramoedya membangun sebuah panggung fiksi yang hidup dan memikat. Singkatnya, Pramoedya mampu menggelitik benak pembaca untuk mempertanyakan kembali narasi sejarah yang ada selama ini. "Pramoedya menggambarkan dengan sempurna kebangkitan yang terjadi pada tahun 1920-an," kata mantan rektor IKIP Surabaya.
Sementara pada novel-novel lain, Budi merasa penulisnya kurang mendalami semangat kepahlawanannya. Padahal, ketika seorang penulis mengangkat tema kepahlawanan dalam karya sastra ia harus menyerap semangat jaman serta semangat juang pada masa itu. ""Jika kurang mendalami maka pahlawan yang diangkat akan tampak berupa latar belakang ketimbang tokoh yang menonjol," ujar ayah tiga orang anak ini.
Novel-novel berlatar sejarah tak hanya bermanfaat pembaca awam, namun juga untuk para peneliti. Misalnya saja, Benedict Anderson yang menggunakan novel No Moli Tangere-nya Jose Rizal untuk menggambarkan situasi dan semangat zaman pada periode kemunculan nasionalisme di Filipina. Novel tersebut menjadi latar belakang karya monumentalnya, Immagined Communities.
Dalam studi sejarah Indonesia, Rudolf Mrazek banyak menampilkan fragmen-fragmen novel Student Hidjo-nya Mas Marco Kartodikromo untuk membangun argumentasi ihwal perubahan yang dipicu oleh merebaknya penggunaan teknologi modern.
Mrazek akhirnya berhasil melahirkan Engginers of Happyland, satu-satunya karya yang meneropong perubahan yang sedang berlangsung di Hindia Belanda dengan membedah penggunaan teknologi modern dan peran para insinyur dan teknisi.
Remy menyayangkan minimnya minat pengarang untuk menulis novel berlatar belakang sejarah. Menurut dia, hal itu disebabkan masih minimnya minat pembaca pada novel genre ini.
Belum lagi keterbatasan bahasa para pengarang muda, padahal litelatur sejarah rata-rata berbahasa Belanda. "Tapi saya melihat ada harapan regenerasi pengarang novel sejarah, saya melihat pengarang muda ES Ito punya kemampuan itu," ujar pria berambut putih ini.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar