15 Okto 2008, Jurnal Nasional
Sjifa Amori
KITAB puisi Binhad Nurrohmat, Kuda Ranjang (2004) dan Bau Betina (2007), marak diberitakan dan dipolemikkan di media massa. Penyair muda ini punya argumen logis dan menarik untuk menjelaskan karyanya yang berakar dari konsepsi trilogi tubuh. Setelah berdiskusi mengenai karya-karya penyair Afrizal Malna beberapa waktu lalu, Binhad juga memberikan waktunya untuk berbagi tentang dirinya kepada Jurnal Nasional. Berikut kutipan obrolan dengannya.
1.Eksplorasi tubuh dalam bersastra Anda awali pada pencarian akan akar kultural?
Latar kultur saya adalah Jawa. Tapi, (saya) lahir dan besar di Sumatera. Di lingkungan santri yang sangat tradisional. Setelah SMA, saya ke Yogya dan mulai bergaul dengan sastrawan. Sastrawan yang terkenal adalah penyair seperti Sapardi Djoko Damono dan Goenawan Mohamad. Jadi, saya menulis seperti itu, namun tak juga merasa sesuai dengan hati saya. Tahun 2000 saya ke Jakarta. Wah, saya seperti menemukan wilayah yang sangat berbeda dengan Yogya, berbeda dengan kampung saya. Saya merasa sendirian. Lalu saya mempertanyakan kenapa ada sastrawan seperti Rendra, Sapardi, dan Goenawan yang bisa bersyair sampai sekarang. Ternyata karena mereka punya akar kulturnya, yaitu Jawa. Sedangkan saya yang juga orang Jawa nggak mengerti budaya Jawa.
Saya berontak dan mencoba mencari rumusan kebudayaan. Kalau konsep kebudayaan saya seperti mereka, saya pasti kalah. Akhirnya saya menemukan satu pengertian. Bahwa kebudyaan bagi saya adalah keintiman. Ketika Goenawan mau bermetafor, dia pakai wayang atau hikayat Jawa yang berasal dari alam bawah sadarnya. Itu karena dia dengan kultur Jawa. Nah, saya yang hidup berpindah-pindah dan tak punya kampung halaman ini memikirkan apa yang selalu saya bawa dalam hidup. Ternyata tubuh saya. Saya mandi, makan, tidur, dengan membawa tubuh saya. Kultur saya tubuh. Di situ saya menemukan kosmologi penciptaan. My body is my culture, kira-kira begitu. Tubuhku adalah kebudayaanku. Bahkan tubuhku adalah semesta.
2. Akhirnya konsepsi ini bisa diterima sampai-sampai diterjemahkan dosen asing?
Saya mulai bisa berpijak, Dimulai dari Kuda Ranjang yang terbit tahun 2004 sampai karya saya yang terakhir. Tubuh, dalam karya saya adalah dalam pengertian biologis, sosiologis, teologis. Dalam pengertian teologis, misalnya, saya melihat kita tidak bisa seorang hamba kalau tidak punya tubuh. Dengan tubuh kita bisa beribadah dan menolong orang. Dengan itu saya menemukan kosmos. Tubuh itu semesta.
Setelah buku ini terbit, secara tak sengaja saya berkenalan dengan Marshall Clark dari Deakin University, Australia. Dan ternyata dia baru beli buku saya dan merasa buku itu berbeda. Setengah tahun kemudian dia menelepon dan mau menjadikan karya saya untuk bahan simposium internasional di UI. Kuda Ranjang dijadikan sebagai studi kasus yang kemudian ia terjemahkan dan diterbitkan.
3. Alasan yang membuat dia tertarik mempelajari karya Anda?
Pertama, menurut pengakuan dia, karena ada isu maskulinitas di mana saya sebagai laki-laki berbicara laki-laki, tak seperti biasanya yang hanya membicarakan perempuan. Kedua, dia tertarik dengan latar belakang kesantrian saya yang tradisional tapi menulis puisi yang liberal. Ketiga, dia bilang saya membawa suatu kecenderungan lain. Awalnya saya agak pusing karena setelah diterjemahkan malah kayak buku biologi. Tapi, saya percaya karena bahasa Indonesia dia bagus. Dan saya kira, saya ingin buku saya dibaca oleh orang dengan kultur berbeda.
4. Awalnya sempat dikritik juga?
Ya pasti. Saya bisa menemukan konsepsi saya karena sudah mempelajari puisi Indonesia dari awal sampai akhir. Puisi Indonesia itu biasanya yang digarap adalah tema alam, Tuhan. Ternyata konsepsi saya belum digarap orang. Saya mengira-ngira, apa jadinya kalau ini dilemparkan? Ternyata ada yang menolak secara estetis dan moral.
5. Sulitkah memperjuangkan eksistensi, berhubung Anda mengusung sastra yang cenderung berbeda dari segi estetik dan moral?
Sudah risiko, saya harus kerja keras mengintroduksi itu. Makanya kalau diskusi saya selalu datang karena saya memberi tawaran. Saya masuk kampus dan pesantren. Awalnya mereka kaget membaca puisi saya, tapi ketika saya bacakan konsepnya, mereka mengerti. Bahwa dunia sehari-hari yang tidak bermakna bisa menjadi sangat estetis. Bagi saya tugas seorang penyair adalah memberikan cara pandang pada orang lain supaya bisa memperkaya realitas.
7. Realitas yang Anda "tangkap" sekarang?
Pertama adalah tubuh secara trilogi. Sekarang saya tertarik tubuh kekuasaan. Ternyata tubuh tidak berdaya menghadapi kekuasaan. Tapi, metodenya agak lain untuk memahami ini. Karena saya punya tubuh, tapi saya tidak punya kekuasaan. Jadi menonton kekuasaan dari luar. Tubuh kekuasaan ini kemudian akan membentuk tubuh-tubuh individu. Tubuh dipolitisasi. Ini yang saya ungkapkan dalam buku saya Demonstran Sexy. Tubuh secara kolektif. Saya sedang menatap tubuh di luar saya. Saya belum pernah memublikasikan puisi dalam Demonstran Sexy. Ini memang agak lain. Puisi politik sekarang cenderung menonjok keluar. Ngomongin kekuasaan negara dan sebagainya. Saya mencoba ngomongin keluar sekaligus mengkritik seniman. Saya bayangkan kesenimanan seperti negara itu sendiri, yang juga punya kelemahan. Makanya, di situ ada bab Kampanye Penyair yaitu kritik tentang kesenimanan dan ada bab di mana saya ngomongin tentang kondisi sosial politik.
8. Kalau sebuah negara punya banyak kelemahan, apakah senimannya juga begitu?
Saya kira, apa yang terjadi dalam kekuasaan itu cerminan masyarakatnya. Karena orang-orang yang ada di kekuasaan itu bersumber dari masyarakat. Dan itu juga berarti bahwa ada cara berpikir politis dalam kesenian, baik yang sifatnya hierarki, relasional, bahkan transaksi.
6. Bagaimana kalau Anda lalu dibilang penyair yang tercerabut dari akar kebudayaan?
Nggak masalah. Saya punya konsep tersendiri tentang kebudayaan. Bahwa kebudayaan itu harus intim. Saya nggak bisa intim dengan musik karena selalu berganti. Berbeda dengan wayang yang masih bertahan hingga kini. Kebudayaan sekarang itu kan serba pendek usianya. Sedangkan tubuh saya itu nggak akan hilang selama saya masih ada di sini. Saya menjadikan itu sebagai akar kultur saya yang personal. Sangat individual. Mungkin orang akan bilang saya tercerabut dari akar kebudayaan kolektif.
9. Anda termasuk penyair yang "gaul" ya?
Ya, ada memang pekerjaan saya yang sifatnya di balik layar. Saya aktif dalam kegiatan-kegiatan sebagai pembicara, pengedit. Saya juga punya forum, Sastra Kecapi. Yaitu diskusi setiap 2 bulan. Itulah aktivitas saya di luar menulis. Karena seniman harus punya disiplin sebagai seniman dan disiplin artistik. Dan harus mengolah batinnya sehingga tidak hanyut oleh kecenderungan awam karena dia tahu itu bukan yang sesungguhnya.
Jadi, saya masuk dalam kenyataan kemudian membawanya ke "kamar" kepenyairan saya. Saya mengangkat aura kenyataan dengan menyentuh "dia". Saya ngomong tentang tubuh, saya harus tahu tubuh secara keilmuan, filosofis, dan secara empirik. Tugas penyair adalah memahami kenyataan untuk mengenal sebagaimana awam kemudian menghayati lebih tinggi lagi hingga sampai ke intinya. Penyair seperti itulah yang akan dikenang zaman.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar