Sabtu, 25 Oktober 2008

Jakarta vs Daerah dalam Sastra

Dwi Fitria
http://jurnalnasional.com/

Mengabaikan warna daerah, sebagian pengarang kehilangan (akar) pegangan.

Dalam karya-karyanya, sastrawan Taufik Ikram Jamil kerap mengangkat masalah-masalah lokal yang terjadi di daerah kelahirannya, Riau.Salah satu yang kerap ia angkat adalah kondisi masyarakat miskin yang hingga hari ini jumlahnya tak bisa dibilang sedikit.

Padahal Riau kaya akan kandungan minyak bumi, juga sumber daya alam lain semisal kelapa sawit yang juga menjadi hasil utama salah satu tanah terkaya di pulau Sumatera itu. Otonomi daerah yang diberlakukan sebenarnya memberikan peluang kepada pemerintah daerah untuk memakmurkan Riau sejalan dengan potensi alam melimpah yang dikandungnya.

Sayangnya, berbagai potensi ditambah kesempatan untuk mengembangkan diri ini tidak membuat kemiskinan menjadi fenomena yang makin jarang di tanah Riau. Data mencatat kemiskinan di wilayah kaya potensi tersebut masih mencapai angka di atas 20 persen. Padahal otonomi daerah yang menerbitkan harapan telah diberlakukan di Riau sejak 2001 lalu.

"Sekilas jika dilihat, memang saya seolah menyuarakan protes terhadap Jakarta. Namun sesungguhnya apa yang saya angkat dalam novel-novel saya adalah semata usaha untuk menyuarakan ketidakadilan yang saya lihat sehari-hari di tanah kelahiran saya," ujar Taufik dalam sebuah wawancara dengan Jurnal Nasional pada Jumat (24/10) lalu.

Dalam membuat karya-karyanya yang kental bernuasa sosial-budaya Taufik memang mengakrabkan diri dengan masyarakat Riau, terutama masyarakat Melayu yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Taufik sendiri tidak melihat pertentangan antara Jakarta dan Riau seperti yang selama ini dianggap jadi pertentangan pusat dengan daerah. Menurutnya yang sebenarnya terjadi adalah, seniman cenderung melihat Jakarta sebagai sebuah tempat, di mana fasilitas dan kesempatan terbuka amat lebar sehingga memberikan peluang amat luas bagi para sastrawan untuk mengekspolorasi diri dengan lebih maksimal.

Kesamaan tema
Pun dalam hal tema, ia merasakan bahwa tema-tema yang dicetuskan para sastrawan yang tinggal di Jakarta banyak memiliki persamaan juga dengan tema-tema yang dicetuskan oleh para sastrawan yang tinggal di daerah. "Sastra tak bisa lepas dari kondisi masyarakat yang menjadi pendukungnya. Saya merasakan, bahwa apa yang tercetus dalam novel-novel adalah nilai-nilai yang sesungguhnya amat universal."

Proses modernisasi yang terjadi di Jakarta juga terjadi di daerah. "Jakarta memang modern, tetapi bukan berarti hal ini tak terjadi di daerah. Bahkan mungkin lebih dahsyat," ujar sastrawan yang dilahirkan pada 19 September 1963 di Teluk Belitung, Bengkalis, Riau tersebut.

Jika kemudian nilai-nilai Barat yang marak berkembang dalam novel-novel karya para novelis yang disebut-sebut sebagai para novelis Sastra Wangi, yang mengeksplorasi nilai-nilai yang bisa dianggap modern dalam tanda kutip karena menyoal seksualitas dengan cara yang amat gamblang, semisal Ayu Utami atau Djenar Maesa Ayu, Taufik melihatnya sebagai sesuatu yang sifatnya sementara saja. " Itu cuma semacam euforia saja, tidak lebih dan tak kurang, tidak menggambarkan kondisi sastra Indonesia dalam waktu yang lebih panjang."

Taufik sendiri lebih melihat pertentangan antara pusat dan daerah itu lebih kepada perjuangan untuk tetap bertahan mengeksplorasi apa yang memang merupakan kekayaan daerah masing-masing. "Semisal para sastrawan Bugis yang tak lagi membahas soal kepulauan," kata Taufik. "Yang ada hanya gaya-gayaan. Dan eksplorasi yang sifatnya pragmatis saja, sesuai dengan sifat manusia Indonesia sebetulnya," ujar Taufik.

Ini sebenarnya menggambarkan kondisi sastra nasional yang saat ini menurutnya sudah kehilangan akarnya. "Sudah kehilangan pegangan dan pijakannya pada tradisi, dan saya melihat kondisi ini nyaris di tiap daerah," ujar sastrawan yang memenangkan banyak penghargaan untuk karyanya Sandiwara Hangtuah.

Di Indonesia jenis sastra lokal yang mengangkat kekayaan masing-masing daerah, yang menjadi tempat itu berasal dimasukkan ke dalam kategori sastra subkultur. Sayangnya dalam ranah sastra Indonesia, jenis sastra yang satu ini kurang berkembang dengan baik.

Ini lebih karena tak di semua daerah sastra subkultur memiliki eksponen yang piawai mengolah kekayaan budaya daerahnya ke dalam bentuk sastra. Selain itu, bentuknya yang khas membuat jenis sastra ini agak sulit bersaing dengan ragam sastra lain yang lebih mengikuti mainstream.

Ronggeng Dukuh Paruk
Setelah di tahun 1950-an Ajip Rosidi tidak begitu berhasil membuat sebuah gerakan untuk mengangkat warna kedaerahan dalam sastra Indonesia, di tahun 1980-an muncul kecenderungan mengangkat warna daerah dalam sastra Indonesia.

Menurut Gunoto Saparie dalam tulisannya Wacana: Nuansa Lokal dalam Sastra Indonesia, novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi AG menjadi pemicu kebangkitan warna lokal ini.

Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan tentang kehidupan Srinthil, seorang ronggeng yang tersohor namun harus berakhir tragis akibat peristiwa 65. Latar sebuah desa miskin di pulau Jawa, menjadi bagian terkuat dari novel ini.

Di kalangan para penulis generasi baru, Gus tf Sakai membuat karya-karyanya dengan budaya Minangkabau yang ketat, semisal lewat novelnya Tambo. Zawawi Imron mengangkat warna Madura yang kental dalam puisi-puisinya, sebagaimana Acep Zamzam Noor menjadikan desa Cipasung dan daerah Tasikmalaya sebagai sumber inspirasi yang tak kunjung kering dalam sajak-sajaknya.

Sementara penyair Raudal Tanjung Banua kerap menampilkan pembacaan puisi dengan membawakannya mirip dengan gaya berdendang para pemusik minang. Di era sebelumnya Sutardji Calzoum Bachri berhasill mengolah mantra menjadi teknik pembacaan puisi yang membawa angin segar sekaligus membuat kejutan tersendiri dalam khasanah sastra Indonesia.

Meski kerap mengangkat tema-tema yang berhubungan dengan permasalah sosial yang terjadi di daerahnya di dalam karya, Taufik Ikram Jamil sendiri menolak jika karya-karyanya kemudian dikategorikan dalam genre sastra yang satu ini.

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir