Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 08 September 2019
DAN TAUFIQ PUN MEMBADUT
Fatah Yasin Noor
Nah! Akhirnya terbit juga. Buku ini lumayan tebal, 400 halaman lebih. Adalah kumpulan tulisan mutakhir Taufiq Wr. Hidayat yang semuanya pernah dimuat di akun facebooknya. Tentu saja setelah melalui proses editing yang ketat. Tak semua yang diunggah di Facebook ada di buku ini. Sebagian pernah dimuat media cetak. Buku adalah jalan terakhir manusia di dunia mengoptimalkan amalan untuk bekal hidup di akherat.
Dan sesuatu tentang Gus Dur, dalam buku ini, soalah pintu masuk untuk pelbagai hal. Boleh jadi ini mimpi yang akhirnya jadi kenyataan, betapa tulisan dengan beragam “masalah” menjadi dokumentasi sejarah kekinian yang, menurut saya, sangat penting. Setidaknya buku ini benar-benar tengah membuktikan, bahwa cerita tak harus mengangkat tokoh secara hitam-putih. Dan bicara soal agama, misalnya, tak harus dengan cara dan bentuk yang sok agamis yang “nggilani” (menjijikkan). Taufiq membicarakan soal ini dengan santai, tapi mendalam. Tak ada kesan ingin mendesakkan kebenaran “yang paling” di situ. Ia sadar betul, bukan wakil Tuhan di bumi yang mendapat sepuluh perintah Tuhan yang harus disampaikan.
Berbekal pengetahuan agama selama mondok di bawah asuhan langsung Kiai As’ad, entah bagaimana caranya Taufiq fasih bahasa Qur'an, mengenal Nahwu-Shorof (kaidah bahasa Arab) dengan baik dan benar. Untuk hal ini, ada semacam keajaiban, selarik bakat alam yang dengan cepat menangkap makna bahasa ayat-ayat Al-Qur'an. Ini saya terangkan untuk sedikit memberi gambaran secara komprehensif tulisan Taufiq berproses. Artinya, proses kreatif yang tertuang adalah sangat dipengaruhi lingkungan dan bacaannya. Kebetulan ia menyukai bacaan sastra. Karya Afrizal Makna, Hamsad Rangkuti, Rendra, dan yang lain hapal di luar kepala. Dus pemikiran Gus Dur dengan pelbagai anekdotnya itu. Islam Nusantara, yang diusung oleh---istilah Gus Dur---kiai kampung, secara eksplisit menolak Islam yang ke Arab-araban. Tradisi NU yang menerjemahkan Islam melalui kitab kuning adalah syarat untuk lulus menjadi santri yang mumpuni. Nah cerita Taufiq di buku ini tak lain dan tak bukan, dituntun oleh pemahaman ini, terutama pemikiran keislaman inklusif Gus Dur lewat bahasanya yang sederhana tapi tidak kehilangan kaidah-kaidah ilmu berabad-abad dalam khzanah pemikiran Islam. Islam yang lebih menekankan pada esensi iman tinimbang performan tetek bengek syariat dalam beribadah. Dalilnya jelas saat Taufiq menanggapi perbedaan. Demokrasi ala Gus Dur yang sering membela yang minoritas kadang sering berbenturan dengan kaum Nahdliyyin sendiri, tapi Gus Dus tetap bisa dimaafkan. Marahnya para kiai yang mencuat di media seolah menggemparkan, mengarah ke perpecahan, padahal tidak!
Jadi, Anda akan “kecele” (salah duga) jika mencoba mencari pesan dalam buku kumpulan tulisan “Dan Badut Pun Pasti Berlalu” ini. Pesannya apa? Tulisan yang baik tak lepas dari kalimat-kalimat yang baik, mengalir puitis. Tulisan Taufiq cenderung kocak, lincah, dan renyah. Banyak cerita keseharian yang bikin ngakak sekaligus sebuah ironi tentang kemiskinan. Kadang saking geramnya, banyak penguasa ngomong kemiskinan, Taufiq memelesetkannya dengan “kumiskinan”.
Di zaman sekarang ini, mencari pemimpin yang amanah, ikhlas, dan merakyat sungguh sulit, kecuali Gus Dur! Soal kehidupan orang-orang kalah, tapi punya daya hidup yang luar biasa. Penuh kritik sosial yang diceritakan tanpa kehilangan rasa humornya. Potret orang kecil yang sering luput dari perhatian khalayak ramai. Sebagai santri, sudah seyogianya patuh dan “sendiko dawuh” kepada kiai. Tak terkecuali Taufiq yang sempat mondok di pesantren kuno. Ini kumpulan tulisan yang beragam, ditulis dengan konsep yang matang. Semuanya mencakup masalah kemanusiaan. Dikemas dengan gaya Taufiq dalam bentuk kisah. Boleh disebut cerpen, tapi dengan sejumlah catatan. Boleh juga disebut kumpulan esai, tapi esai yang menjelaskan satu pesan yang mengandung cerita. Semuanya ditulis secara spontan, tak ada pesan sponsor! Letupan pikiran dan perasaan di sini dan sekarang. Buku ini bukan sejenis buku yang direncanakan untuk kepentingan tertentu. Sangat orisinal khas Taufiq Wr. yang sederhana. Syukur Alhamdulillah terbit!
Hakekatnya buku ini fokus pada kepenulisan yang berbau-bau nyastra. Sebuah tulisan yang diungkai dari keyakinan, bahwa teks itu dahsyat. Sebuah kalimat pembuka yang menempuh jalan bahasa sampai mencapai satu keutuhan. Mereka yang terbiasa bergelut dengan teks dengan segala kaedahnya. Merekam segala kejadian dan kadang dimetaforakan. Semacam simbol untuk menandai suatu keadaan tertentu, termasuk ramalan di masa yang akan datang. Seperti ramalan Nastradamus atau, dari bangsa kita sendiri, Joyoboyo. Beginilah Taufiq menyajikan cerita-cerita ringan yang begitu cair, mengalir seperti tanpa konsep. Tapi kita tak perlu berdebat masalah konsep. Sebab pandangan Taufiq soal kehidupan ini, kita simak langsung dari sejumlah tulisannya, orisinil, dan mencakup. Terutama pandangannya soal keagamaan yang mendalam, meski Taufiq tak memposisikan diri sebagai ahli agama. Ini sudah luar biasa kalau mau diukur dari kesetiaannya yang terus menulis tanpa sponsor.
Setidaknya buku ini telah menemukan jalannya setelah sekian lama tersimpan di manuskrip dan media maya. Kenyataannya buku lebih abadi, tak tergantikan di dunia cyber. Mungkin persoalan ini bisa menjadi pembahasan lain. Inilah bentuk tulisan lepas, semisal Kiai (iki ae), “ini saja”, yang syarat pesan kebenaran Islam secara universal. Ketika Taufiq bicara keindonesiaan, piagam Madinah di zaman Rasulullah SAW tak tercantum harus menjadi khilafah, atau negara Islam. Oleh sebab itu bisa dipahami kenapa Kiai Wahid Hasyim, ayahanda Gus Dur, salah satu anggota Badan Persiapan Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mencoret kalimat “menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”. Beruntung kita punya Tuhan Yang Maha Esa, istilah lain dari Allah. Istilah ini sepakat dan diterima semua golongan kelompok waktu itu. Tentu saja, ini sebuah pemikiran yang brilian, sebuah pandangan kontekstual yang melihat kenyataan bangsa yang beranekaragam. Dasar negara yang diambil dari kesepakatan bersama, disahkan bersama dalam sebuah lembaga resmi. Kita bisa membaca lagi sejarah lahirnya Pancasila.
Taufiq kadang, hanya sekadar menulis sekaligus tidak sekedar menulis. Apa-apa yang dinyatakannya, untungnya, dikemas dalam narasi teks yang ringan. Dan (kemudian) “badut pun pasti berlalu” adalah gambaran secara satir tentang nasib manusia. Badut-badut politik, para pecundang yang akhirnya ditertawakan dunia. Paham keesaan Allah itu seringkali tak mendasari perilaku manusia yang hanya sebatas jargon, enak dikhotbahkan. Namun, antara kata dan perbuatan bertolak belakang. Terus saja korupsi. Sindiran secara satir para badut itu kadang dimetaforakan dengan mengambil cerita wayang. Hubungan yang erat antara watak tokoh pewayangan dengan watak badut, para politisi busuk. Tinggal comot saja. Sebab di dunia pewayangan, watak dan karakter tokohnya sangat banyak dan sudah pakem. Kamu itu Sengkuni, kata Kiai Sutara, suatu saat. Syahdan, ketika aku baru pindah dari Wongsorejo ke Kanalan, Banyuwangi, ketertarikanku pada tulis-menulis telah diasapi oleh buku sastra para sastrawan terkemuka tanah air, aku Taufiq.
Banyuwangi, Juli 2017.
DAN BADUT PUN PASTI BERLALU
Sejumlah tulisan Taufiq Wr. Hidayat
2x24 cm; xv+400 halaman
Katalog Dalam Terbitan
ISBN: 978-602-60663-2-9
Penerbit: Pusat Studi Budaya Banyuwangi bekerjasama dengan Jaringan Gusdurian Banyuwangi, dan Lareka.
http://sastra-indonesia.com/2019/09/dan-taufiq-pun-membadut/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar