Selasa, 21 November 2017

PENDIDIKAN RESPONSIF BUDAYA [Sebuah Refleksi Ringkas]

Djoko Saryono *
pelangisastramalang.org

Sejak dahulu hingga sekarang, para pemikir, pakar, dan awam sudah menyatakan adanya hubungan simbiosis mutualisme antara pendidikan dan kebudayaan. Demikian pula para ahli (ilmu filsafat, ilmu sosial, dan ilmu kemanusiaan) dan peneliti sudah menelaah dan mengaji jalin-kelindan pendidikan dan kebudayaan. Bahkan kemudian berkembang pemikiran di lingkungan filsafat atau filsuf bahwa pendidikan merupakan proses pembudayaan di samping pemerdekaan dan pemanusiaan.

Jika pendidikan ditempatkan dan atau diperlakukan sebagai (proses/kegiatan) pembudayaan, maka sudah seharusnya segala matra pendidikan, mulai pembelajaran [instruction], pemelajaran [learning], dan pengajaran [teaching] sampai dengan pelatihan [training] dapat dipandang sebagai pembudayaan. Di sini [ke]budaya[an] menjadi conditio sine qua non, prasyarat yang harus ada, dalam keseluruhan proses dan jejaring pengajaran, pemelajaran, dan atau pengajaran. Proses pembelajaran, pemelajaran, dan atau pengajaran bukan hanya harus berlandasan [berbasis] kebudayaan, melainkan harus senantiasa dilambari atau dilaruti kebudayaan, bahkan bertujuan kebudayaan. Paling tidak tindak pembelajaran, pemelajaran, dan atau pengajaran harus peka atau responsif budaya.

Sudah barang tentu harus diakui bahwa secara teoretis atau akademis, pemikiran dan gagasan tentang pembelajaran, pemelajaran, dan atau pengajaran berbasis atau responsif budaya sudah dikemukakan atau diuraikan berbagai pihak. Demikian juga sudah diupayakan praksis pembelajaran, pemelajaran, dan atau pengajaran berbasis atau responsif budaya. Pelbagai inovasi dan inisiasi praksis pendidikan responsif budaya telah dikerjakan oleh berbagai pihak di Indonesia. Sekalipun demikian, khusus konteks Indonesia, harus diakui pula bahwa di tengah “pasar raya” teori dan metodologi pembelajaran “yang datang menyerbu gencar” dunia pendidikan Indonesia, sebagian besar di antara sering tergoda untuk memilih dan memakai salah satu atau beberapa teori dan metodologi pembelajaran yang tidak responsif budaya.

Tak heran, kemudian muncul gejala pendidikan abai budaya yang menjadikan peserta didik justru tercerabut dari akar budaya atau mengalamai gegar budaya [culture shock]. Kita juga melihat berbagai kebijakan pendidikan nasional yang tidak responsif budaya, salah satu di antaranya kebijakan kurikulum tidak responsif budaya, misalnya Kurikulum 2013, yang menimbulkan gejala pembelajaran responsif budaya, kendati kini terus diperbaiki dengan memberi ruang lebih luas bagi kebudayaan kita.

Tak heran,lalu timbul seloroh: pendidikan kita berbasis hasil studi banding, kurikulum berbasis latar belakang pendidikan penyusun, atau pembelajaran berbasis bantuan asing. Maksudnya mungkin bahwa kebijakan pendidikan, kurikulum, dan pembelajaran secara nasional sering didasarkan atas adopsi, modifikasi, dan mimesis model pendidikan, kurikulum, dan pembelajaran yang ada di dalam gugusan budaya lain; tidak atau kurang didasarkan atas restorasi dan revitalisasi budaya kita sendiri di samping tidak didasarkan atas invensi dan inovasi budaya kita sendiri.

Berbagai model pendidikan, kurikulum, dan pembelajaran yang berkembang di dalam budaya lain (yang kita jadikan tolok-banding [benchmark] tidak menginspirasi dan mengimajinasi kita untuk mengembangkan model pendidikan, kurikulum, dan pembelajaran responsif budaya kita sendiri. Oleh karena itu, tak heran, rasanya pembelajaran, pemelajaran, dan atau pengajaran yang berkembang di Indonesia terkesan tidak otentik, apalagi orisinal. Dengan perkataan lain, otentisitas atau orisinalitas model-model pembelajaran, pemelajaran, dan atau pengajaran yang berkembang di Indonesia tergolong rendah.

Sebagian besar di antara kita niscaya berkehendak mengembangkan model-model pendidikan responsif budaya kita sendiri yang otentik dan [kalau bisa] orisinal. Namun, harus disadari bahwa kehendak ini memerlukan refleksi dan kontemplasi demikian mendalam selain pemikiran dan pengkajian sungguh-sungguh; dengan kata lain, tidak mudah atau memerlukan usaha serius. Mengapa? Paling tidak ada dua variabel yang harus diperhitungkan, yaitu budaya dan pendidikan.

Pertama, budaya macam apa yang hendak kita jadikan basis model pendidikan atau kita respon dalam model pendidikan? Situasi dan kondisi budaya berbeda-beda: (i) ada budaya yang ‘sehat dan berkembang baik’, ada budaya yang ‘tidak sehat dan berkembang’ dengan baik; (ii) ada budaya yang mengalami ke-tua-renta-an dini [sebagaimana disinggung oleh Toynbee dalam konsep ke-tua-renta-an kebudayaan], ada pula budaya yang meraih keselarasan panjang [sebagaimana disinggung oleh Umar Kayam]; (iii) ada pula budaya yang mengalami kemiskinan [sebagaimana disitir oleh Ignas Kleden dalam konsep kemiskinan kebudayaan], ada pula budaya yang mengalami keberlimpahan; (iv) bahkan ada budaya yang mengalami disorientasi, dislokasi, dan involusi yang berkepanjangan [sebagaimana disinyalir oleh Geerzt dan Kleden], ada pula budaya yang sebaliknya. Sementara itu, ragam dan corak budaya juga berbeda-beda: Indonesia jelas memiliki pluralitas dan superdiversitas budaya yang luar biasa. Secara geokultural, histokultural, religiokultural, dan sosiokultural, Indonesia serupa “kebun budaya yang beraneka warna bagai ratna mutu manikam” karena ada ratusan ragam dan corak budaya. Di sini bisa diajukan pertanyaan: budaya macam apakah yang hendak dijadikan basis atau poros pendidikan atau kita respon dalam model pendidikan?

Kedua, tujuan pokok macam apa yang hendak dicapai oleh pendidikan kita? Pendidikan terutama melalui kurikulum dan pembelajaran bisa dihajatkan untuk (i) melegitimasi dan mereproduksi budaya yang timpang dan tidak adil [sebagaimana pendidikan pada masa kolonial] atau melegitimasi dan mereproduksi budaya yang setara dan adil; (ii) merekonstruksi keadaan sosial budaya atau justru menghancurkan keadaan sosial budaya yang tidak diinginkan; (iii) mentransformasi budaya masyarakat yang dianggap terbelakang atau justru melanggengkan budaya yang mengalami keterbelakangan [seperti disinggung Ogburn], (iv) melanggengkan budaya dominan yang menindas atau mengubah budaya yang menindas [sebagaimana disinggung oleh Freire dalam Pendidikan Kaum Tertindas]; dan (v) menciptakan dan mendistribusikan budaya kemajuan dan berkeadilan atau justru budaya yang menyangga kemiskinan dan ketidakadilan [sebagaimana disinggung oleh Carl Lewis dalam konsep budaya kemiskinan].

Variabel pendidikan dan budaya tersebut harus diperhatikan benar atau diperhitungkan masak-masak bilamana kita beritikad melakukan pengembangan dan penguatan model pembelajaran berbasis budaya atau responsif budaya. Untuk itu, para pengembang model pendidikan responsif budaya perlu bekerja sama dengan para ahli kebudayaan dalam keseluruhan proses pengembangan model pendidikan responsif budaya agar kemajuan kebudayaan Indonesia pada satu sisi dan pada sisi lain tujuan pendidikan nasional dapat dicapai. Sinergi ahli pendidikan dan kebudayaan dalam mengembangkan model pendidikan responsif budaya akan dapat membuahkan hasil yang konstruktif, bukan destruktif bagi pendidikan dan kebudayaan.

Selain itu, penguatan model pendidikan responsif budaya harus didasarkan pada pilihan-pilihan kondisi, ragam, dan corak budaya yang terbuka, berkeadilan, dan tidak diskriminatif bagi para pemangku budaya (yang sekaligus menjadi peserta didik) sehingga mampu memperkokoh dan menumbuhsuburkan keindonesiaan. Di sinilah diperlukan pembekalan budaya bagi para pelaksana penguatan model pendidikan responsif budaya. Dengan demikian, kita boleh berharap akan adanya otentisitas [bahkan orisinalitas] model pendidikan responsif budaya yang cocok dan mustajab meningkatkan mutu pembelajaran, pemelajaran, dan pengajaran di Indonesia.

*) Djoko Saryono adalah Guru Besar Universitas Negeri Malang, Pelanggan Fanatik Kafe Pustaka dan Pembina Pelangi Sastra Malang.
http://www.pelangisastramalang.org/2017/03/14/esai-djoko-saryono-pendidikan-responsif-budaya-sebuah-refleksi-ringkas/

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir