Khalil Zuhdy Lawna
http://riaupos.co
Kata "populasi" yang artinya "penghuni suatu tempat" menyiratkan pengertian bahwa penghuni tersebut bermukim dan berkembang. Begitulah halnya dengan aksara yang dipakai oleh masyarakat kita sekarang yakni aksara Latin. Jauh sebelum aksara Latin menjadi sarana informasi aksara Arab Melayu mendominasi dalam masyarakat. Tulisan ini disebut juga tulisan Jawi di mana huruf Arab diadopsi, lalu bahasa yang yang digunakan adalah bahasa Melayu dengan penambahan tanda huruf untuk bunyi yang tidak terdapat pada vokal Arab seperti nga, nya, ga, pa dan ca.
Dalam catatan sejarah, semua kerajaan dan institusi-institusi di Riau menggunakan tulisan Arab Melayu. Kita bisa menoleh ke belakang pada masa Melayu di Penyengat jaya-jayanya, atau Kerajaan Siak Sri Indrapura, tulisan Arab Melayu sangat akrab dan apa pun yang ditulis menggunakan tulisan ini baik untuk surat-menyurat, dokumen, pamflet-pamflet, batu nisan dan lain sebagainya. Hal ini baru menyangkut kebutuhan primer, sangat ekslusif untuk kebutuhan sekunder, jarang ditemukan sebagai properti interior namun sebagai tulisan sampul buku cukup untuk memberi tanda zaman di mana kaligrafi Arab Melayu memiliki keindahan dan pencitraan luar biasa.
Populasi Aksara Arab Melayu dan Eksplorasi Seni
Seni menulis halus Arab yang populer dengan khat atau kaligrafi sudah dikenal semenjak kedatangan Islam di Indonesia. Bukti kaligrafi paling tua terdapat pada nisan-nisan kuno. Sedangkan bukti yang lebih mutakhir diperoleh dari sumber-sumber media seperti kitab, mushaf Alquran tua atau naskah perjanjian (Qoulul-Haq). Aksara Arab pada angkatan ini digunakan pula untuk naskah-naskah berbahasa Melayu atau Indonesia yang disebut Pegon, huruf Jawi atau huruf Melayu.
Seiring perkembangan budaya penjelajahan kreativitas tulis-menulis juga berkembang. Beriringan pula dengan berkembangnya seni, corak seni, jenis seni, aliran dan tujuan terciptanya karya seni, karena seni senantiasa mengangkat realitas ke dalam dunia kenyataan baru. Kenyataan itu telah masuk ke dalam pikiran, imajinasi, maupun intuisi.
Bagaimana aksara bisa berada pada alam nyata tentunya melalui kreativitas, tidak menutup kemungkinan pula bahwa kaligrafi Arab dapat dijadikan sebagai lambang sakral, karena setiap gubahan memiliki unsur filosofis. Seniman muslim telah merancang kaligrafi, sebut saja tokohnya Ibnu Muqlah dan Ibnu Albawwab. Mereka melatarbelakangi kesempurnaan enam tulisan besar yang disebut Al-Qolam Assittah dengan wahyu Alquran dan Hadits, menurut mereka tanpa dua mata air itu tidak akan ada seni Islam. Suatu karya seni dapat dikategorikan sebagai seni bukan semata-mata diciptakan seorang muslim namun berlandaskan wahyu.
Menempati kedudukannya sebagai alat ungkap dan dekorasi, kaligrafi berfungsi menjadi ekspresi kesenian. Akan tetapi mengingat keberadaannya sebagai aksara yang memiliki makna secara lugas maka di antara keseluruhan manifestasi seni rupa, kaligrafi masih perlu mendapatkan tempat lebih khusus sebagaimana jelasnya suatu lukisan, patung atau relief nonkaligrafis berbicara meskipun masih sekadar membatasi pada ungkapan abstrak dan keindahan semata.
Karya seni lahir dari jiwa seorang seniman, melalui pengolahan media yaitu mengerjaan bahan, alat, dan teknik tertentu. Tak disangsikan karya seni sering kali menampilkan hal-hal yang khas dan unik dari suatu pribadi. Tapi jiwa seorang seniman, dari mana karya lahir, tumbuh, dan memperoleh bentuknya adalah seumpama acuan yang padanya telah bekerja kekuatan-kekuatan sejarah.
Ubaidillah Ibnu Abbas menyebutkan, kaligrafi adalah suara tangan, duta akal, penasehat pikiran, senjata pengetahuan, penjinak saudara dalam pertikaian, suara yang menyimpan rahasia dan khazanah berbagai masalah kehidupan. Dia ibarat ruh di dalam tubuh.
Kaligrafi dan Pameran
Sebelum Pameran Kaligrafi yang mengambil tema "Populasi Aksara" dibuka pada 21 Desember 2016, sempena malam Anugerah Sagang di Gedung Graha Pena Riau, sebaiknya kita menapaki sedikit ingatan ke belakang, akan begitu pentingnya tumpuan dan lompatan untuk hari ini.
Suatu masa yang menarik adalah munculnya seniman seni rupa dalam masyarakat yang memulai melirik karya kaligrafi lalu menciptakan karya kaligrafi pula. Masa ini disebut masa pendobrakan kesadaran, yang membuat masyarakat, khususnya kalangan muda, memberikan perhatian lebih beringas terhadap kaligrafi. Mereka berangkat menuju publik di antaranya AD Pirous, Amri Yahya, dan Amang Rahman. Kemudian dilanjutkan oleh angkatan di bawahnya yaitu Syaiful Adnan, Hatta Hambali, Abay D Subarna dll. Beberapa orang di antara mereka berangkat dari rumusan kaligrafi standar terutama jenis Farisi. Mereka hadir dengan mempopulerkan apa yang kemudian diistilahkan dengan lukisan kaligrafi atau kaligrafi lukis untuk membedakan dengan kaligrafi murni.
Dari pandangan dunia seni yang luas keberadaan mereka dianggap positif, namun dipandang sinis oleh sebagian penulis kaligrafi karena dianggap memperkosa kewajaran kaligrafi baku. Di sini terdapat dua kutub pandangan kaligrafi di mana akhirnya menyatu padu dalam kancah musabaqoh. MTQ cabang kaligrafi yang berjalan puluhan tahun mengedepankan kategori tulisan naskhi atau tulisan formal untuk naskah, berkembang menjadi beberapa jenis kaligrafi selanjutnya namun masih dalam wilayah formal dan standar.
Pada cabang lainnya adalah karya yang mengandalkan zukhruf, yakni ornamen yang fungsinya sama dengan kaligrafi secara visual, kaligrafi yang dibubuhkan tetap formal dan baku. Begitu juga pada cabang dekorasi yang misi utamanya adalah ruang interior, sampai di sini masih tetap kaligrafi standar dan konvensional.
Ada yang lebih menarik pada perkembangan akhir-akhir ini yakni cabang kaligrafi kontemporer. Dalam cabang ini wacana seni rupa dengan objek kaligrafi dapat merespon antusias ekspresi yang menggelora dalam diri seniman kaligrafi, karena sebagian mereka pernah bertanya: kalau lukisan kaligrafi tidak memiliki publik maka menetap jadi seniman bebas itu lebih baik.
Riau pelan-pelan telah membangun dunia kaligrafi, paling tidak mengembang hidupkan seni yang sudah ada. Baik berupa tulisan maupun dekor interior. Jika kita ternganga oleh keindahan kaligrafi masjid yang hampir ada pada masjid di Riau, terutama di Pekanbaru, itu berarti telah berhasil menarik perhatian kita terhadap kaligrafi dan zukhruf-nya. Beberapa pengembang seni ini masih eksis, sebut saja Ahmad Syafruddin, Muktamar, Yudi Oktabari, termasuk saya sendiri. Semuanya berkat jasa kaligrafer dan penulis kaligrafi yakni D Sirajuddin AR. Dia tak henti-hentinya mengayomi perupa kaligrafi baik di Pesantren Lemka (Lembaga Kaligrafi) Sukabumi mau pun institusi Lemka yang diasuhnya di Jakarta.
Berbeda dengan kaligrafi interior, pameran lukisan kaligrafi jarang kita dengar dan lihat langsung. Dunia pameran adalan dunia pengungkapan, ekspresi, ide-ide, dan mengurai pernak-pernik. Pameran lukisan tidak selalu mengedepankan hiasan sebagai pajangan. Ada seni sebagai hiasan namun ada yang lain yang lebih penting yakni perwujudan eksplorasi alam spiritual manusia sebagai penanda budaya dan penanda zaman. Maka, oleh sebab itu berkarya harus dilakukan, pameran mesti dilaksanakan.
Riau pernah melestarikan kaligrafi Melayu yang ditempatkan pada pamflet dan nama-nama instansi hingga nama jalan, eksis sampai hari ini, yang merupakan ide para seniman dan budayawan Riau. Setidaknya aksi nyata dari gagasan itu telah memberi kesan spontan bahwa kita berada di daerah Melayu yang dulunya pemakai aksara Melayu. Dengan kesan kemelayuan itu kuat kemungkinan khazanah lebih terbangun oleh citra positif, meskipun jarang terlihat tapi tak betul-betul hilang, mengisyaratkan tak hilangnya Melayu di bumi, dan alhamdulillah di sekolah-sekolah pun tulisan Arab Melayu diajarkan sebagai mata pelajaran muatan lokal.***
*) Khalil Zuhdy Lawna, praktisi seni rupa (kaligrafi, lukis interior, dan eksterior). Alumni ISI Yogyakarta Jurusan Seni Lukis, Fakultas Seni Rupa dan Desain.
http://riaupos.co/3190-spesial-populasi-aksara,-pameran-kaligrafi,-dan-tulisan-arab-melayu.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar