Taufiq Ismail *
http://www.gatra.com/
HAMID Jabbar, 55 tahun, wafat ketika sedang baca puisi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN), Ciputat, Sabtu malam, 23.00, 29 Mei 2004, di depan mahasiswa, dosen, dan tamu yang memadati aula dalam acara dies natalis perguruan tinggi itu. Dua larik puisi terbarunya itu dibaca dari layar Communicator 9210i, berbunyi: Walaupun Indonesia menangis/ mari kita tetap menyanyi//
Besoknya, Abdurrahman Faiz menulis puisi berjudul “Berpuisi Sampai Mati”, mengenang kejadian itu. Faiz, berumur 8 tahun, murid kelas II baru naik ke kelas III SD. Sebaya cucu Hamid, Faiz (mungkin) penyair termuda di Indonesia, yang sudah menerbitkan buku puisinya, Untuk Bunda dan Dunia (Januari 2004), dan buku keduanya akan terbit pula akhir tahun ini.
// Malam itu/ di atas sebuah panggung/ dengan ratusan penonton di hadapan/
kau bacakan puisi terakhir/ lalu kau tiba-tiba rebah/ sambil tersenyum/
orang ramai/ bertepuk tangan menyoraki/ tapi kau tak bangun lagi/ tak
akan pernah bangun kembali/ Seperti tak ada/ yang memahami jarak dan
aroma ajal/ sedekat engkau//
Malam itu Jamal D. Rahman, Ketua Redaksi Horison, bersama Prof. Franz Magnis
Suseno orasi, Hamid orasi dan baca puisi, Jamal baca puisi, Putu Wijaya baca cerpen, dan Franky Sahilatua menyanyi di UIN. Pada pukul 23.15 Jamal menelepon Ati, istri saya, menangis memberitahu bahwa “Bang Hamid sudah tidak ada.”
Kami berdua segera berangkat ke Ciputat. Pekarangan poliklinik UIN di seberang kampus penuh dengan mahasiswa, suasana malam hening, semuanya tepekur dan diam. Hamid dibaringkan di atas tempat tidur beroda, diselimuti, rahang dibebat dan mata terpicing.
Pada saat tersebut, Hamid sangat paham “jarak dan aroma ajal” itu. Dengan ajal dia sudah tak berjarak lagi dan bagaimana aromanya, sudah penuh dihirupnya. Saya belum. Kami, seperti semua orang di klinik UIN Ciputat, saat itu masih terguncang keras oleh kepergian Hamid yang sangat tiba-tiba. Padahal sebelumnya isyarat sudah sampai, yang tentulah tidak seluruhnya terbaca. Dalam perjalanannya ke Kalimantan Tengah dan Timur, untuk acara dan survei Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya tahun kelima ini, tanda-tanda sebenarnya sudah membayang.
Bercerita tentang perjalanan surveinya ke Kalimantan Timur, 17-28 Mei, ke kota Balikpapan, Tanjung Redeb, Tarakan, Nunukan, Bontang dan Samarinda, ketika menyebut Balikpapan dia selalu kepleset, keliru, tertukar dengan Pontianak. “Balikpapan kan artinya kuburan,” kata Hamid.
Aktor Iman Soleh bercerita, ketika 13-14 April di Palangkaraya, bersama Rendra di sebuah rumah makan di tepi sungai, Hamid sakit, napasnya tersengal-sengal dan dia bilang, “Ini bukan serangan jantung. Ini diabetes. Jangan khawatirkan kesehatanku.” Kemudian katanya, “Cita-citaku, kalau tidak mati di depan Ka’bah di Makkah, ya mati di atas panggung,” sambil ketawa-ketawa. Selanjutnya Hamid bilang: “Ini penting!” Iman Soleh tak paham apa yang dimaksud Hamid penting itu. Allah Yang Maha Pemurah mengabulkan cita-cita penting penyair ini, cepat sekali, cuma 45 hari kemudian.
Sesudah salat subuh, nomor HP Hamid di HP Iman Soleh terhapus. Dalam SMS Iman yang diteruskan kepada saya mengenai misteri nomor telepon raib itu, dia menyebut, “Wah, ada jiwa di balik nomor HP-nya.”
Di kamar hotel Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, 21 April, penyair Cecep Samsul Hari ketika mengobrol berdua, Hamid berulang-ulang membicarakan maut. Sesudah capek bicara dua jam, “Kami turun ke kafe hotel dan bernyanyi dan menari disaksikan penyair Jamal T. Suryanata dan Elki.”
***
Hamid Jabbar periang, ekspresif, lincah bagai bola bekel, tegur-sapanya sejati, mudah bergaul dengan semua orang. Dia tidak suka dan tak pernah saya dengar bergunjing, tidak hobi memperkatakan kejelekan orang lain. Hamid tidak pemarah, dan cepat meminta maaf. Bila mendengar musik, badannya tidak akan tahan diam, senantiasa bergoyang, kedua tangannya naik melambai-lambai seperti hutan tangan kerumunan anak muda dalam konser musik pop dan kepalanya akan bergerak ke kiri dan ke kanan.
Hamid sangat musikal. Entah mana yang lebih dulu: puisinya yang musikal dengan permainan bunyi kata yang khas Hamid, atau memang sejak kecilnya dia sudah senantiasa bersenandung-berdendang dalam bahasa Minang di kampung kelahiran Koto Gadang. Saya rasa yang kedua ini yang jadi mata air bagi puisi Hamid. Dia pembaca puisi papan atas Indonesia, sangat komunikatif dan belakangan sering memakai musik sebagai latar belakang, baik pop maupun jazz.
Sejak 1972, dia sudah mulai menulis puisi di berbagai media, dan hingga wafatnya sudah berjumlah ratusan. Dalam rentang seperempat abad, 143 sajak pilihannya dikumpulkannya dalam Super Hilang, terbitan Balai Pustaka (1998). Dia mengatakan bahwa dia berguru kepada Sutardji Calzoum Bachri di Bandung.
Empat puisi Hamid yang penting dan khas dia adalah “Assalamu’alaikum I”, “Indonesiaku”, “Homo Homini Lupus”, dan “Proklamasi, 2″. Kecuali puisi keempat, semua puisinya “berakar dari pengungkaian total akan (permainan) bunyi,” demikian catatan Cecep Samsul Hari. Rima dalam “Indonesiaku” maksimal digarap Hamid. Tipografi dibuatnya kacau, yang memperkuat “kekacauan dan nasib bangsa Indonesia yang juga berliku-liku”. Dalam “Homo Homini Lupus”, unsur pengulangan bunyi “plakplakplakplak” menyedapkan pendengaran.
Secara politis Hamid pun sensitif, yang tampak jelas dalam “Proklamasi, 2″, yang sempat dicekal di bawah rezim Orde Baru, “Indonesiaku” dan banyak lagi yang lain. “Assalamu’alaikum I” contoh puisinya dengan rasa religiusitas dan kesalehan yang dalam.
Hamid menulis enam buku puisi, biografi dan skenario, dua buku tentang Pertamina dan El Nusa (bersama Taufiq Ismail), dan editor enam antologi Horison Sastra Indonesia dan Horison Esai Indonesia. Keenam antologi ini, sejalan dengan SBSB, sebanyak 36.000 eksemplar telah masuk ke 4.500 perpustakaan SMU dan sekolah sederajat di Indonesia melalui bantuan Yayasan Ford.
Kumpulan puisi terpenting Hamid adalah Super Hilang, yang pada tahun 1998 mendapat dua penghargaan, yaitu buku puisi terbaik dari Yayasan Buku Utama dan dari Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Penyair ini pernah mewakili Indonesia dalam pertemuan/baca puisi di Singapura, Malaysia, Mesir, dan
Bulgaria.
Ketika masih bersekolah, Hamid aktif dalam Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI) Sukabumi dan Bandung. Kemudian dia pernah bekerja sebagai mandor perkebunan di Sukabumi Selatan, kepala gudang Panca Niaga Padang, wartawan di Bandung, Padang, dan Kuala Lumpur, asisten manajer keuangan perusahaan swasta, redaktur penerbitan Balai Pustaka, Sekretaris Dewan Kesenian Jakarta (1993-1996), dan terakhir redaktur senior majalah sastra Horison.
Kemampuannya mengonsep ide dan mengatur pelaksanaan program merupakan kelebihan Hamid dari rata-rata sastrawan rekannya. Sejak 1996, dia salah seorang konseptor dari Enam Gerakan Sastra Horison, yaitu pembuatan sisipan “Kakilangit” di Horison, lampiran khusus sastra yang bisa dipakai langsung di kelas 4.500 SMA seluruh Indonesia. Kedua, pelatihan guru bahasa dan sastra dalam membaca, menulis karangan dan apresiasi sastra (MMAS, yang dilaksanakan di 11 kota Indonesia dan sudah melatih kl 1.800 guru). Ketiga, acara sastrawan berdialog dengan siswa SMA, Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (SBSB). Keempat, sastrawan berdialog dengan mahasiswa, Sastrawan Bicara Mahasiswa Membaca (SBMM), di 12 universitas. Kelima, lomba menulis esai dan cerpen untuk guru bahasa dan sastra (LMKS-LMCP), diikuti kurang lebih 400 guru setiap tahunnya. Keenam, Sanggar Sastra Remaja Indonesia (SSRI) di 11 kota Indonesia. Tiga dari program di atas dibantu Ford, dan dua dari Depdiknas.
Acara favorit Hamid adalah SBSB. Dulu program ini akan diberi nama Sastra Masuk Sekolah. Hamid mengeritik, karena mirip ABRI Masuk Desa. Berubahlah, dan Hamid menciptakan nama Sastrawan Bicara Siswa Bertanya. Begitu disebut, langsung ketahuan bentuknya. SBSB sudah masuk tahun kelima (sejak 2000), menjalani seluruh provinsi (kecuali Aceh, Ambon dan Papua, karena alasan keamanan), dan sekarang sedang berlangsung di Kalimantan.
Sekembali Hamid survei di Kalimantan Timur (17-28 Mei), mendarat di Cengkareng Jumat siang, dia menelepon Ati mau langsung datang sorenya ke Rumah Horison untuk rapat laporan survei, tapi Ati menolak. “Istirahatlah dulu, Mid. Hari Senin 31 Mei saja kita rapat.” Sabtu malam, Hamid beristirahat untuk selama-lamanya. Innalillahi wa inna ilayhi raaji’uun.
Semoga Anis, ibu kedua anaknya Mutia dan Lillah, kedua menantu dan dua cucunya, ikhlas ditinggalkan Hamid. Mudah-mudahan kegiatan Hamid diterima sebagai ibadah oleh Yang Maha Pencipta, dan diampuni kesalahan-kekhilafannya. Amin.
Demikianlah, maka Hamid tak akan hadir di acara penutupan SBSB Kalimantan Sabtu, 11 September 2004, di Balikpapan. Pada waktu itu SBSB telah menjalani 26 provinsi, 133 kota, 205 SMA, dihadiri (sekitar) 92.000 siswa dan guru, didatangi sekitar 90 sastrawan. Kita akan merindukan Hamid. Paling kurang 100 SMA telah didatanginya dan 50.000 siswa dan guru telah mendengarkan langsung pembacaan puisi “Assalamu’alaikum”, lalu “Indonesiaku” dengan melagu bersama, dan “Proklamasi, 2″ yang selalu mendapat tepukan tangan sangat meriah. Siswa akan mengenangnya selalu karena dalam baca puisi dia juga menyanyi dan terkadang berjoget, dalam berdiskusi senantiasa hangat dan edukatif, geraknya lincah bagai bola bekel, karena rambutnya putih pernah dipanggil kakek atau eyang, dan tersebab postur badan serta matanya mirip, disebut Habibie.
Selamat jalan, Mid, selamat beristirahat, tak perlu kau pikirkan lagi Indonesia yang banyak rambu-rambu ini.
*) Taufiq Ismail, Penyair [Seni, GATRA, Edisi 30 Beredar Jumat 4 Juni 2004]
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar