(Apresiasi Atas Buku Kopi Hujan Pagi Karya Penulis Sekolah Menulis Paragraf)
Junaidi
Riau Pos, 11 Maret 2012
KEHADIRAN buku Kopi Hujan Pagi (KHP) memberi napas baru bagi perkembangan kesusastraan di Riau. Sastrawan Riau itu eksis. Mereka terus berkarya baik di media massa maupun buku sastra yang sengaja diterbitkan. Yang paling utama dari buku ini adalah terlihatnya proses pewarisan kreativitas kepengarangan di Riau dari generasi senior ke generasi yang lebih muda. Buku KHP membuktikan sastrawan muda Riau itu aktif, kreatif dan produktif. Mereka mampu menghasilkan karya dan tampaknya mereka percaya bahwa ‘’hidup bila berkarya’’. Apa artinya hidup bagi seorang sastrawan bila tak menghasilkan karya.
KHP merupakan kumpulan puisi dan cerpen yang ditulis penulis muda yang tergabung dalam komunitas Sekolah Menulis Paragraf (SMP). Terdapat sepuluh penulis puisi: Afriyanti, Agus Yoni PW, Azizah Masdar, Cahaya Buah Hati, Chamex, Guri Ridola, Jeni Fitriasha, Refila Yusra, Srikartini Widya Ningsih dan Zurnila Emhar ch. Sedang penulis cerpen terdapat tujuh orang: Cikie Wahab, Febby Fortinella Rusmoyo, Guri Ridola, Jeni Fitriasha, Nurhusni Kamil, Srikartini Widya Ningsih dan Wari Rahmawati. Buku ini diterbitkan Seligi Press, Januari 2012 dan yang jadi editornya Marhalim Zaini. Buku ini dilahirkan oleh sastrawan muda Riau berkat bimbingan para guru di SMP: Marhalim Zaini, Olyrinson, Budy Utamy dan Hary B Kori’un. Mereka adalah para guru sastra di Riau yang secara ikhlas membagikan ilmu dan pengalaman mereka pada sastrawan lainnya.
Judul buku KHP menarik untuk diinterpretasikan. Ada satu frasa ‘’Kopi Hujan Pagi.’’ Frasa ini terdiri tiga kata: kopi, hujan, dan pagi. Bila dilihat hubungan antara satu kata dengan kata lainnya tampak kurang berkaitan. Ada tiga kata tersusun dalam satu frasa tapi maknanya tidak dengan mudah kita tafsirkan. Kopi dapat ditafsirkan sebagai ketekunan dalam menjalankan kreatifitas penulisan sebab ada kebiasan para penulis untuk mendukung kegiatan penulisan didukung oleh kopi sebagai suplemen agar tak mengantuk sehingga bisa terus menulis. Hujan dapat dimaknai dengan banyaknya gagasan yang dimiliki oleh para penulis yang tergabung dalam buku KHP. Sedang pagi bisa dimaknai spirit untuk melakukan kegiatan penulisan yang dilakukan oleh penulis untuk menghasilkan karya sastra. Spirit ‘’pagi’’ sering diartikan sebagai semangat yang lebih kuat daripada siang atau malam. Dengan demikian, judul buku ini mewakili ketekunan, banyaknya ide dan kuatnya spirit berkreativitas yang dimiliki para penulis yang tergabung dalam KHP.
KHP pantas diberi apresiasi didasarkan beberapa alasan: Pertama, semua penulis yang terdapat dalam buku ini termasuk penulis muda Riau. Mereka lahir sekitar tahun 80-an. Mereka anak-anak muda kreatif, inspiratif dan dedikatif dalam memajukan kreatifitas sastra di Riau. Realitas menunjukkan, tak banyak anak-anak muda Riau yang memiliki kepedulian terhadap sastra. Tapi mereka dengan energi sastra terus bangkit dan berkarya. Tampaknya tak ada keluh kesah yang mengiba-iba dalam komunitas ini. Mereka terus berkarya. Bagi mereka ‘’ada karena karya’’.
Kedua, ditengah anggapan bahwa penerbitan buku sastra menjadi kurang hidup di Riau, KHP bisa muncul dengan kekuatan mereka sendiri. Buku ini mereka terbitkan sendiri dan dengan modal mereka sendiri. Pasar buku sastra di Riau belum begitu marak sehingga tak banyak penerbit komersial yang tertarik menerbitkan buku sastra. Kalau mau menerbitkan buku sastra pengarang harus punya modal sendiri. Kalau ditunggu penyandang dana, apalagi dari pemerintah entah kapan. Bila ada buku sastra yang terbit di Riau, itu adalah proyek idealis atau proyek ‘’thank you’’ untuk memberi kontribusi pada perkembangan sastra Riau. Padahal penerbitan buku sastra di Riau sangat penting sebab ia merekam kreatifitas sastra Riau dan dari rekaman sastra Riau itu dapat dilihat pula semangat zaman yang berkembang di Riau pada suatu masa.
Ketiga, KHP menjadi media yang sangat efektif untuk menguatkan diri para penulis bahwa karya mereka memang layak dibukukan. Ada peningkatan kepercayaan diri bagi penulis muda untuk terus menulis setelah karya mereka diterbitkan dalam bentuk buku. Dalam pengantar KHP disampaikan bahwa buku ini ‘’sebagai ijazah, sebuah tanda bahwa mereka telah berhasil menamatkan belajar di Sekolah Menulis Paragraf.’’ Saya pikir tak ada kata tamat dalam menulis. Eloknya, menulis merupakan proses yang terus berlangsung dan tak ada kata tamat. Tamat dalam menulis berarti meninggalkan dunia penulisan dan masuk ke alam kematian. Saya yakin para penulis yang tergabung dalam KHP takkan berhenti menulis setelah terbitnya buku ini, tapi justru mereka akan makin membuktikan kepada dunia bahwa bisa berkarya.
Keempat, adanya anggapan bahwa para penulis yang tergabung dalam SMP dapat perlakukan khusus dalam satu media, jangan terlalu dipedulikan. Lupakanlah pandangan-pandangan sinis yang merusak semangat kreativitas. Teruslah berkarya tanpa harus merendahkan karya orang lain. Jangan buangkan energi untuk berdebat tentang aliran dan urusan suka tak suka terhadap kelompok lain. Lebih baik mencurahkan energi untuk menghasilkan karya sastra yang bermutu daripada menggerutu tak menentu. Bersaing untuk menghasilkan karya jauh lebih penting daripada menaruh pikiran negatif terhadap orang atau kelompok lain. Karya sastra berkaitan erat dengan perasaan, daya kreasi dan pandangan yang bersifat subjektif. Dunia sastra adalah dunia subjektif yang menghasilkan keragaman pandangan, pendapat, respon dan interprestasi. Dengan demikian, ketika memasuki dunia sastra kita harus siap menerima perbedaan tanpa harus menyalahkan orang lain.
Komunikasi dalam Sastra
Saya tak mampu berkomentar atau menanggapi setiap karya dalam buku ini. Saya tak terbiasa mengulas satu karya sastra secara dangkal. Keragaman tema dan karya dalam KHP ini juga menyulitkan saya memberi fokus analisis. Dalam tulisan ini saya hanya ingin mengingatkan para penulis sastra untuk merenungkan pentingnya perspektif komunikasi dalam dunia kepengarangan. Setelah membaca KHP, saya melihat ada beberapa karya yang terlalu bersifat personal dan terlihat penulisnya terlalu asyik dengan dunia imajinasinya sendiri sehingga mereka agak melupakan pesan komunikasi yang ingin disampaikan melalui karya sastra. Larut dengan imajinasi sendiri adalah hal yang sangat wajar dalam kreativitas kepengarangan. Namun alangkah eloknya imajinasi dan perasaan yang diekspresikan dapat dinikmati secara lebih mudah bagi orang lain. Bukankah Anda menerbitkan karya untuk dinikmati orang lain?
Ada banyak alasan mengapa sastrawan menulis karya sastra. Mulai dari alasan yang sangat personal (seperti iseng, mengisi waktu luang, hobi, curhat dan ekspresi jiwa,) sampai alasan yang lebih bersifat fungsional untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu pada orang lain. Dalam perspektif personal, karya sastra cenderung dijadikan alat untuk pemenuhan kepuasan pribadi pengarang. Yang paling penting pengarang menuangkan ekspresi, gagasan, ide, perasaan atau jiwa mereka ke dalam karya sastra. Bagi pengarang yang menganut paham seperti ini tak peduli ada orang membaca atau tidak karyanya. Mereka juga tak peduli orang mengerti atau tidak karya mereka. Karya sastra yang bersifat personal cenderung menggunakan pilihan kata, tanda dan metafora yang sangat individual dan bahkan liar sehingga orang lain kesulitan memahaminya. Tentunya pengarangnya sendiri yang paling memahaminya. Tema-tema yang diangkat biasanya seputar kehidupan pengarang atau respon pengarang terhadap fenomena alam dan sosial.
Sedang karya sastra yang bersifat fungsional memiliki peran komunikatif dalam masyarakat. Artinya, karya sastra menjadi media komunikasi untuk menyampaikan pesan (message) dari pengarang sebagai penyampai pesan (addresser) dan pembaca sebagai penerima pesan (addressee). Sebenarnya model pendekatan sastra yang dicetuskan Abrams (1976) merupakan model dasar dalam memandang sastra dari perspektif komunikasi, yakni expressive (pengarang), pragmatic (pembaca), mimetic (masyarakat) dan objective (karya sastra). Model komunikasi sastra dapat dijelaskan dengan meminjam enam faktor bahasa yang disampaikan Jakobson (Ratna, 2009), yakni: addresser, addressee, context, message, contact dan code dan enam fungsi bahasa pula, yakni: emotive, connotative, referential, poetic, phatic dan metalingual.
Bagi saya, peran komunikasi karya sastra sangat penting meski sangat kompleks sebab karya sastra tak lagi menggunakan bahasa sederhana tapi bahasa konotatif, metafora dan tanda-tanda yang rumit dalam pemaknaannya. Menariknya, kerumitan dalam sastra itu justru menjadikan karya sastra itu lebih menjadi cari khas karya sastra dan kerumitan itu pula yang memprovokasi pembaca untuk lebih melakukan pembacaan secara mendalam terhadap karya sastra. Memahami karya sastra tak semudah memahami komunikasi sehari-hari. Terlalu banyak faktor yang akan mempengaruhi pemaknaan dalam proses komunikasi dunia sastra.
Meski komunikasi sastra sangat kompleks, pengarang sebagai penyampai pesan sebaiknya mengupayakan penyampaian pesan secara lebih mudah dengan tak terlalu banyak menggunakan metafora-metafora yang terlalu personal apalagi terlalu liar. Beri ruang secara lebih mudah pada pembaca untuk memahami karya secara lebih mudah. Permudah pesan yang disampaikan dengan tetap menggunakan perangkat-perangkat kesusastraan yang lazim. Selain itu, tinggalkanlah pesan yang lebih bernilai dan memberi sumbangan terhadap nilai-nilai kemanusian. Perasaan personal yang diunggapkan pengarang melalui karyanya tak lagi milik pengarang tapi sudah jadi milik pembaca. Karena pembaca ingin merasakan perasaan pengarang berdasar pengalaman pembaca, karya sastra perlu dirancang untuk bisa dinikmati orang lain.
Permainan kata yang elok dalam karya sastra sebaiknya diperkuat dengan aspek pemaknaan. Setiap kata dalam karya sastra memiliki kekuatan dan kekuatan kata itu perlu dirancang untuk menghasilkan keutuhan makna. Memang proses pemaknaan karya sastra dilakukan oleh pembaca tapi pembaca akan memahaminya sesuai struktur bahasa dan sastra yang disampaikan pengarang melalui karyanya. Di sinilah perlunya kesadaran komunikasi dalam aktivitas kepengarangan.
Kondisi lokal yang terdapat di lingkungan pengarang merupakan energi yang sangat menarik untuk dikomunikasikan oleh pengarang pada orang lain. Karya sastra itu dilahirkan tidak dalam ruang kosong. Karya sastra dikreasikan dalam masyarakat yang memiliki nilai, kebudayaan, semangat zaman, trend dan suasana-suasana khas. Karena itu, karya sastra bisa dijadikan media untuk berbagi pengalaman, gagasan, perasaan dan nilai-nilai antara manusia yang ada di dunia ini. Kita merindukan karya sastra yang mengangkat kearifan lokal yang bisa menginspirasi kehidupan manusia secara universal. Sastra tidak hanya untuk sastra. Sastra adalah untuk umat manusia.***
Dr Junaidi, Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Lancang Kuning (Unilak) dan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Riau.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2012/03/menyadari-fungsi-komunikasi-karya.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar