Ahmad Zaini*
http://sastra-indonesia.com/
Seekor sapi dijagal di halaman masjid. Puluhan orang bahu-membahu agar sapi yang berbadan gemuk dan liar ini dapat dijinakkan. Ada yang membuat kolongan tambang untuk menjebak kaki sapi. Ada juga yang menarik tambang yang mencocok hidung sapi. Jika salah satu kaki sapi masuk ke dalam kolong tambang maka mereka pun serentak menyeretnya sampai sapi terjatuh dan benar-benar terlentang persis di lubang pemotongan.
Haji Sulaiman menghunus pedang akan memenggal leher sapi. Pedang yang baru saja diasah ia keluarkan dari sarungnya. Tak lama kemudian Haji Sulaiman mendekat ke leher sapi sambil berkomat-kamit membaca doa dan takbir. Sedangkan warga lain yang bergerombol di sekeliling tempat penyembelihan bersama-sama mengumandangkan takbir mengiringi pemotongan sapi. Suara mereka mendayu-dayu berdoa dan memohon kepada Allah agar pengorbanan berupa pemotongan sapi diterimaNya.
Kilatan cahaya pedang Haji Sulaiman sangat mengerikan. Kilaunya menandakan bahwa pedang itu sangat tajam. Sekali gerak leher sapi yang dibeli Haji Sulaiman tiga hari yang lalu benar-benar sobek, putus otot-otot pengapitnya serta tenggorokannya hingga memuncratkan darah segar.
Kucuran darah mengalir deras memenuhi kubangan yang dibuat oleh warga.
”Hore…!” teriak anak-anak yang ikut menyaksikan penyembelihan binatang kurban.
”Hai, anak-anak cepat menyingkir! Jangan mengganggu pembolengan sapi ini!” perintah Kusnaji yang saat itu sebagai panitia kurban.
Warga yang ingin membantu pembolengan sapi mulai berdatangan. Di pinggang mereka terselip bilahan pisau yang tajam. Tangan-tangan berotot itu satu per satu memotong bagian-bagian sapi. Ada yang memenggal kepala sapi, kakinya dan lain-lain.
Setelah rampung, mereka membungkus daging sapi. Dan bungkusan-bungkusan tersebut akan dibagikan kepada warga yang membutuhkan. Haji Sulaiman pemilik dan penyembelih sapi tersebut langsung memotong sampil sapi sebelah kanan. Ia langsung memanggul sampil itu ke pundaknya. Ia langsung pergi sambil membawa sampil ke rumahnya.
Belum sampai Haji Sulaiman sampai di rumah, panitia menyusul lalu menghentikan langkah kaki Haji Sulaiman. Pak Haji kaget dan dalam hatinya bertanya-tanya mengapa panitia kurban ini menghentikan langkahnya.
“Maaf Pak Haji, saya mendapat tugas dari ketua panitia untuk mengambil sampil yang Pak Haji bawa,” kata panitia tersebut.
“Kenapa?” Tanya Haji Sulaiman sambil menatap tajam ke panitia yang berbadan kurus tersebut.
”Begini Pak Haji. Sapi ini adalah binatang kurban Pak Haji. Maka orang yang telah mengorbankan binatangnya itu sudah tidak berhak lagi menerima daging atau yang bagian sapi lainnya,” kata pantia menirukan nasihat dari Kyai Jamal.
”Tidak bisa. Ini sapi saya. Saya yang membeli dan saya juga yang menyembelih. Tidak saya bawa pulang seluruhya sudah sangat beruntung panitia. Terserah saya dan jangan halangi saya membawa sampil ini,” sanggahnya.
Melihat sikap dari Haji Sulaiman yang keras kepala itu, panitia tersebut akhirnya juga kembali ke halaman masjid untuk mengurusi pembagian daging kurban.
Sementara itu Haji Sulaiman di rumahnya mulai disibukkan dengan sampil yang dibawa dari masjid. Ia mulai berpikir sampil tersebut akan dimasak apa.
“Sate? Gule? rendang?” Tanya Haji Sulaiman ragu dalam hatinya.
“Ah, masa bodoh! Buat sate saja!” katanya dalam hati.
Irisan daging yang akan dibuat sate sudah siap. Satu persatu daging tersebut ditusuk dengan penusuk dari bambu. Haji Sulaiman sangat bersemangat membuat sate sapi. Ia pun memasak sendiri tanpa dibantu oleh istrinya.
Jari-jemari Haji Sulaiman menari-nari menusuki irisan daging sate satu per satu. Ia sambil membuat perapian yang akan digunakan membakar daging itu.
Ia pun tak sadar bahwa daging sapi yang dimakan itu bukan haknya. Daging sapi yang sudah dikorbankan berarti sudah menjadi hak para warga. Terutama fakir miskin.
Perapian yang terbuat dari arang telah membara. Kepulan asap dengan aroma khas sate menyebar kemana-mana. Puluhan bahkan ratusan hidung tetangga Haji Sulaiman juga menikmati aroma khsa pembakaran sate. Sedangkan Haji Sulaiman tak henti-henti mengipasi bara yang terkadang meredup akan mati.
Tapi karena semangatnya ia tak merasa capek. Pada akhirnya lima tusuk sate diangkat dari perapian karena sudah matang.
”Hemmmm! Maknyussss!” katanya sambil menciumi bakaran daging sapi ini ke hidungnya.
Puluhan tusuk daging sapi masih terpanggang di atas bara. Tangan Haji Sulaiman terus menerus mengipasi bara agar tidak padam sambil membolak-balik daging supaya tidak hangus. Peluh yang membasahi keningnya tak dihiraukan. Satu, dua kali peluhnya menetes di atas bara.
“Huh!”
Setelah selesai membakar puluhan tusuk daging dibawa ke dalam rumah. Lalu diletakkan di piring yang sudah diberi sambal sate yang terbuat dari kecap dan bawang merah. Mata Haji Sulaiman menatap puluhan sate dari daging sampil sapi. Air liurnya hampir saja menetes di atas piring karena tak kuat menahan nafsu makan.
Ketika istrinya datang dengan membawa sebakul nasi, Haji Sulaiman segera duduk dan siap-siap menyantap masakan sate sampil. Ia mendengus bagai singa kelaparan yang memakan mangsanya. Satu tusuk, dua tusuk sate tertelan ke dalam perut. Tangan kanan dan kirinya bergantian meraih sate yang diletakkan di atas piring bercampur dengan sambal. Eh, mungkin karena bersemangat ia tak hati-hati. Seiiris daging menyangkut di tenggorokan.
“Bu, tolong! Tolong, Bu!” teriaknya minta tolong.
“Pukuli punggungku biar daging ini melompat keluar! Cepat, Bu!”
Sekali pukul seiiris daging sate yang tersedak di tenggorokan tak mau keluar.
”Lebih keras lagi, Bu!”
Dengan serta merta istri Haji Sulaiman memukulnya dengan keras.
”Aduh, Bu! Jangan keras-keras!”
”Katanya suruh lebih keras?” tanya istrinya kesal.
Lama semakin lama daging itu belum juga keluar. Tenggorokannya terasa sakit dan napasnya mulai sesak.
”Tolong..!!!” teriak istrinya yang tak tega melihat kondisi suaminya dengan mata terbelalak.
”Tolooooong!!” teriaknya lagi karena teriakan pertama tidak didengar oleh para tetangga.
Akhirnya tetangga dekatnya mendengar teriakan istri Haji Sulaiman. Mereka kaget saat mendapati Haji Sulaiman kejang-kejang dengan mata terbelalak di samping meja makan. Tangannya bergerak-gerak ke arah warga seakan ingin minta tolong kepada mereka yang datang.
Para tetangganya saling berbisik membicarakan Haji Sulaiman. Mereka ada yang menyumpah serapah karena Haji Sulaiman telah memakan daging kurban miliknya.
”Makanya..!!” kata warga.
”Husss!” tegur warga lainnya.
”Sekarang kita bawa saja ke puskesmas atau ke dokter terdekat” usul ketua RT-nya.
”Betul, pak! Segera kita angkat lalu diantarkan ke puskesmas.
Tubuh Haji Sulaiman yang tambun digotong empat orang. Mereka mengeluh karena bobot Haji Sulaiman ini lebih dari sekuintal.
Sesampai di puskesmas, Haji Sulaiman menjadi tontonan pasien. Mereka bertanya kepada warga yang mengantar Haji Sulaiman tentang penyebab dari peristiwa yang dilaminya.
”Tersedak sate daging sampil, Pak,” jawabnya kepada pasien yang tanya itu.
”O, alah kleleken daging ta?” kata calon pasien sambil tesenyum geli.
Setelah ditangani dokter puskesma hampir dua jam, akhirnya daging yang macet ditenggorokan Haji Sulaiman keluar. Ia lambat laun dapat bernapas dengan tenang karena tidak ada yang menghambat saluran pernapasan.
”Makanya Pak kalau sapi itu sudah dikorbankan jangan minta jatah lagi. Maafkan sikap dan perilaku Bapak, ya, Mas!” kata istri Haji Sulaiman kepada Kusnaji, ketua panitia kurban.
”Ya, Bu. Saya sangat menyesal telah mengambil daging sampil binatang kurbanku,” katanya memelas.
Ia lantas berjanji akan membelikan sapi sebagai pengganti dari sapi yang telah dikorbankan dan ia menganggap bahwa akibat dari sikap dan perilakunya pengorbanan sapinya tidak sempurna. Maka keesokan harinya ketika Haji Sulaiman sudah di rumah, ia memerintahkan pantia untuk membelikannya lagi dan dipotong lalu dibagi-bagikan kepada warga yang membutuhkan.
Wanar, 15 November 2010
*) Ahmad Zaini, Penulis beralamat di Wanar Pucuk Lamongan, beberapa puisi dan cerpennya pernah dimuat di Radar Bojonegoro, Majalah MPA (Depag Jatim), Antologi Puisi Bersama seperti Bulan Merayap (Dewan Kesenian Lamongan,2004), Lanskap Telunjuk (DKL, 2004), Khianat Waktu, Antologi Penyair Jawa Timur (DKL, 2006), Absurditas Rindu (Sastra Nesia Lamongan, 2006), Kidung Rumeksa Praja (Dewan Kesenian Jawa Timur, 2010). Pembina SMA Raudlatul Muta’allimin Babat, Lamongan.
Dijumput dari: http://ahmadzaini7576.blogspot.com/2011/01/daging-sampil.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 25 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar