Jumat, 21 Oktober 2011

Kantong Budaya di Titik Nadir

Suwardi Endraswara *
Kedaulatan Rakyat, 27 April 2011

Tiang penyangga budaya adalah kantong-kantong, sanggar, yayasan budaya, sastra dan seni. Tiga tahun terakhir ini, mereka itu rapuh, nyaris diam (mlempem), stagnan dan hampir menyentuh titik nadir, entah apa penyebabnya. Bahkan satu dua kelompok penyangga budaya, ada yang tidak jelas rimba dan persembunyiannya.

Sebut saja, maaf, Sanggar Seni Sastra Kulonprogo (Sangsisaku) yang pernah diskusi hangat dari door to door, village to village, sekarang seperti kehilangan jejak. Organisasi ini, seperti diakhiri dengan workshop sastra di puncak pegunungan Menoreh.

Jika PS Bayu, penyangga ketoprak Sleman Yogya, sedikit goyah karena sang maestronya telah tiada, dan juga mas Basuki Supriyatman (KR, 3 April 2011) harus meninggalkan kita selamanya, tentu masih wajar. Toh, di dalamnya masih ada pemegang estafet seni, seperti Bung Rabies, Mas Wond, dan Mas Tono, seharusnya tidak akan tenggelam. Apalagi Mas Tono bersama saya dan UNY, di bulan Mei ini akan menggelar Festival Dalang Cilik dan Dolanan Anak, tentu akan lebih hebat kalau diikuti Festival Ketoprak Cilik, tentu penyangga seni dan budaya Yogya tidak akan lenyap.

Tampaknya, memang harus disadari, ketika penyangga budaya itu kehilangan ‘saka guru’, entah meninggal dunia, sakit kronis, pergi tanpa kesan, dan atau mbalela, kantong-kantong budaya itu seperti kehilangan kompas. Begitu pula ketoprak Sapta Mandala Kodam VII Diponegoro, sepeninggal Rama Ndung (Handung Kus Sudyarsono), kini tidak lagi ada gaungnya. Padahal, di dalamnya masih ada mas (Ki Widayat), Bondan Nusantara, dan belakangan muncul mas Nano Asmorodono, mengapa mereka itu harus gulung tikar, bubrah-bubrah panggung, dan gulung geber?

Saya paham mas Widayat masih terdengar riak-riaknya di RRI Nusantara II, yang khas dengan sentuhan ketoprak tradisi (lawas). Mas Bondan Nusantara sesekali merekrut pejabat dan melansir ketoprak sayembara di TVRI Yogyakarta, semi modern, dan Mas Nano Asmorodono mengajak wartawan dan artis bermain ketoprak di Taman Budaya Yogyakarta. Namun demikian, mereka itu, mengapa habis pentas selesai (tamat)? Maksudnya, tanpa ada bangunan ruang apresiasi di media massa, tanpa oto-kritik dan atau membuka ruang-ruang dialog demi masa depan.

Tampaknya, masalah geliat seni budaya memang rumit (ting kruwil, meminjam istilah mbah Gito PS Bayu), ketika saya ke sana sudah disambut dengan ungkapan khas: Seka ngendi Suuuu. Ungkapan ini, memang manis, terasa enak, lezat di jagad seniman Yogya.

Lebih dari itu, saya semakin tidak habis pikir, ketika penyangga budaya di Yogyakarta ini jelas-jelas dana disuntik oleh pemerintah, mengapa tetap mandul? Sebut saja Masyarakat Tradisi Bantul (MTB), jelas sekali zaman saya (masih) di tubuh organisasi itu, Pemkab mem-back up dana jutaan rupiah, tetapi sekarang tidak ada dongengnya lagi. Tertidur?

Padahal, di dalamnya jelas ada Mas Ong Hary Wahyu, Umi Kulsum, Kasidi HP, Dick Suhadi, Agus Radial, Sigit Sugito dan lain-lain, yang notabene jelas orang berbobot, mengapa organisasi itu hilang tanpa kata. Sejak Mas Janis Lingga Barana, Indra Tranggono, Agus Leylor meminggirkan (dipinggirkan) diri, organisasi yang membayang-bayangi Dewan Kebudayaan Bantul (DKB), yang dipelopori mas Sumaryono ñ keduanya juga semakin tidak jelas, mungkin mendekati chaos of culture.

Penyangga Roboh

Sungguh merana. Menurut hemat saya, ada tiga hal yang menyebabkan penyangga kantong budaya itu roboh. Pertama, kita itu gemar eforia membuat organisasi budaya, sebagai kendaraan mencari keuntungan sesaat, hingga tanpa plafon yang jelas. Maka, organisasi yang terbentuk pun sekadar hangat-hangat tai ayam (sepasar bubar), tidak dijaga, kalau sudah memuluskan jalan orang tertentu menduduki jabatan. Kedua, organisasi itu ditinggalkan para dinamisator, hingga sulit bangkit, mati tidak hidup tanpa kehendak. Ketiga, organisasi yang sengaja dirongrong dari dalam, ada intrik-intrik intern (rebutan upa), hingga ada mosi saling tidak percaya, dan ngenes.

Kalau sudah demikian, lonceng kematian dan sirene gempa budaya semakin dekat, apakah akan dibiarkan? Sementara, Yogya terkenal gudang seniman dan budayawan, apakah tidak malu? Para pionir budaya telah banyak yang dipanggil Sang Kodrat, Mas Daryadi, Ki Wasistodiningrat, Linus Suryadi AG, Suwariyun, Ki Hadi Sugito, SH Mintardja dan lain-lain sekadar menyebut, sayangnya pemikiran ke arah regenerasi sepertinya kosong.

Kalau begitu, bagaimana menyelamatkan kegersangan seni dan budaya Yogya yang semakin paceklik (di titik nadir) ini? Tampaknya, Dinas Kebudayaan, Fakultas Ilmu Budaya UGM, FBS UNY, ISI, Taman Budaya, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Sono Budoyo, Balai Bahasa, memiliki tanggung jawab ke arah itu. Kalau saya renungkan, para penyelamat kantong budaya, di Yogya ini cenderung ke arah pribadi-pribadi (yang bertahan).

Yayasan Bebana yang dikemudikan E Suharjendra, bergerak di bidang pembawa acara, masih eksis. Rumah seni yang diorganisir Mbak Yani Sapto Hudoyo, ketika saya diundang bicara di sana jelas masih survive. Yayasan Gula Klapa yang diprakarsai Ki Purwadi, dalam hal penerbitan buku dan diskusi budaya masih ada gemanya. Yayasan Gambir Sawit, yang dimotori Ki Rejomulyo, dalam bidang karawitan masih jalan, biarpun nguler kambang (lamban). Mereka, umumnya menyelamatkan diri dengan modal dedikasi.

Maaf, tanpa perjuangan dan gerilyawan, kantong budaya itu akan tercekik. Bayangkan, Himpunan Sarjana Kesusasteraan Indonesia (HISKI) Komda DIY yang dipimpin mas Jabrohim, Badan Koordinasi Kesenian Indonesia (BKKI) oleh Mas Totok Sudarwoto, Masyarakat Poetika Indonesia, Komunitas Sega Gurih oleh Wage Daksinaga, Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta pimpinan Mas Yohanes Satyoko, sebenarnya cukup bergengsi, namun tetap kembang kempis. Titik nadir sudah di pelupuk mata. Apalagi, saya dengar akan segera muncul Yayasan Sastra Yogya, jangan-jangan kita sekadar seperti ayam, bias bertelur, tidak mampu menetaskan. Sungguh memalukan dan memilukan. Keterlaluan!

*) Suwardi Endraswara adalah Doktor Mistik, Pengajar Sanggar Sastra FBS Universitas Negeri Yogyakarta.
Dijumput dari: http://publiksastra.net/2011/05/20/kantong-budaya-di-titik-nadir/

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir