Sabtu, 02 Juli 2011

Perempuan-Perempuan Sebelum Kartini

Iwan Gunadi
Lampung Post, 20 April 2011

SEPANJANG April setiap tahun, lebih-lebih 21 April, kita seperti tak bisa membetot R.A. Kartini dari memori kita dan tetap menempatkannya pada aras atau posisi yang sangat khusus sebagai perempuan pahlawan. Kita menghormati dan mengenangnya tak sebagaimana kita menghormati dan mengenang perempuan-perempuan pahlawan yang lain.

Padahal, ada banyak perempuan yang layak dikenang atau sekurangnya dijadikan inspirator, baik melalui gagasannya maupun perjuangan fisiknya.

Misalnya, selama era Kerajaan Mataram Kuno hingga era Kerajaan Majapahit, kita bisa mencatat sejumlah perempuan yang punya posisi penting dalam pengelolaan kerajaan. Selama 1641-1675, dari 73 anggota Majelis Mahkamah Rakyat (parlemen), 16-nya adalah perempuan. Selama abad ke-17 hingga awal abad ke-18, ada empat perempuan sultan (sultanah) dari 31 sultan yang pernah memimpin Kerajaan Aceh Darussalam.

Aceh, boleh jadi, memang kontributor terbesar perempuan-perempuan tangguh dan inspiratif bagi Nusantara sebelum dan semasa Kartini. Aceh telah memberikan contoh bagaimana kesetaraan gender dan kebangkitan perempuan digulirkan.

Berabad-abad sebelum Kartini, Aceh pernah melahirkan sejumlah perempuan pemimpin. Misalnya, Ratu Nihrasyiah Rawangsa Khadiyu memimpin Samudra Pasai selama 1400-1427; Keumalahayati memimpin armada laut Kerajaan Aceh era Sultan Alaiddin Riayatsyah Al Mukammil (1589-1604) dan menjadi perempuan Aceh pertama yang berpangkat laksamana (admiral); Leurah Ganti dan Muda Tjut Meurah Inseuen memimpin Resimen Pengawal Istana (Suke Kawai Istana) dengan pangkat laksamana pada masa kepemimpinan Sultan Riayat Alaudin Sjah V (1604-1607); serta empat sultanah menjadi pemimpin tertinggi Kerajaan Aceh selepas era Sultan Iskandar Muda: Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin (1641-1675), Sri Ratu Nurul Alam Naqiatuddin (1675-1678), Sri Ratu Zaqiatuddin Inayat Syah (1678-1688); dan Sri Ratu Kamalat Syah (1688-1699).

Keumalahayati adalah wanita Aceh pertama yang berpangkat laksamana (admiral), pangkat tertinggi pada armada laut Kerajaan Aceh yang dipimpin Sultan Alaiddin Riayatsyah Al Mukammil (1589-1604). Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin dikenal sebagai sosok yang sangat pintar, pintar menulis puisi dan prosa, serta mampu membuat Kerajaan Aceh sangat maju, terutama di bidang ilmu pengetahuan. Meskipun masa kepemimpinannya hanya tiga tahun, Ratu Nurul Alam Naqiatuddin menyumbang satu hal penting, yakni perubahan Undang-Undang Dasar Kerajaan Aceh dan Adat Meukuta Alam. Kendati kekuasaannya dirongrong para penganut paham wujudiyah yang tak menginginkan kepemimpinan perempuan, Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah mampu membuat utusan Raja Syarif Barakat dari Mekkah kagum melihat kemakmuran Banda Aceh sebagai kota internasional. Rongrongan para penganut paham wujudiyah mencapai klimaks ketika berhasil melengserkan Sri Ratu Kamalat Syah pada 1 Oktober 1699.

Sejak saat itu, era kepemimpinan sultanah berakhir di Kerajaan Aceh. Meskipun demikian, kemudian, perempuan yang memasuki ranah publik tak pernah sirna sama sekali. Ketika setiap istri merasa wajib meneruskan perjuangan suaminya jika sang suami mati berperang, ranah publik Aceh tak pernah benar-benar kosong dari peran perempuan.

Yang paling populer tentulah perjuangan Cut Nyak Dien yang bergerilya di rimba Aceh sepeninggal ayahnya hingga selepas suami keduanya, Teuku Umar, gugur di medan pertempuran. Rekan seperjuangan Cut Nyak Dien, Teungku Fakinah atau Teungku Faki, berjuang melawan penjajah dalam dimensi yang lebih luas: panglima perang, ulama besar, dan tokoh pendidikan. Di Pasai, Cut Nyak Meutia memimpin perang sambil mengasuh dan menyiapkan putranya yang masih berumur sebelas tahun meneruskan perjuangannya melawan Belanda. Cutpo Fatimah, teman seperjuangannya, bersama suaminya, Teungku Dibarat, juga melanjutkan perjuangannya.

Pocut Baren memimpin perang gerilya serta menjadi uleebalang daerah Gome dan memiliki banyak pengikut yang membantunya dalam pertempuran melawan Belanda. Bersama anak-anaknya—Tuanku Muhammad, Tuanku Budiman, dan Tuanku Nurdin— Pocut Meurah Intan atau Pocut Biheu berperang melawan Belanda di hutan belukar hingga tertawan setelah terluka parah pada 1904.

Di Sumatera, selain Aceh, Sumatera Barat menyorongkan sejumlah nama perempuan pejuang yang layak dikenang. Sekurangnya, ada tiga perempuan yang sangat patut dicatat. Satu, Siti Manggopoh dari Agam yang melawan kebijakan ekonomi Belanda melalui pajak uang (belasting). Dia pernah mengalami konflik batin ketika akan menyerbu benteng Belanda: tetap di rumah untuk menyusui anaknya atau ke luar rumah untuk melepaskan rakyat dari kezaliman Belanda. Akhirnya, dia memilih yang terakhir.

Dua, Rohana Koedoes yang mengembangkan pendidikan untuk kaum perempuan dengan mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia pada 1911 dan Rohana School pada 1916 serta menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat mengungsi ke Medan. Tiga, Hajjah Rangkayo Rasuna Said, orator ulung yang sering mengecam secara tajam kekejaman dan ketidakadilan Belanda, aktivis organisasi yang berpandangan luas dan berkemauan keras, serta anggota parlemen dan Dewan Pertimbangan Agung.

Dari Sulawesi, kita mengenal Siti Aisyah We Tenriolle asal Sulawesi Selatan dan Maria Josephine Catherine Maramis dari Sulawesi Utara. Selain dikenal sebagai ahli dalam pemerintahan, Aisyah pernah menyusun sendiri ikhtisar epos terpanjang di dunia, La-Galigo, yang tebalnya lebih dari 7.000 halaman folio. Melalui opini-opininya di surat kabar, Maria Maramis menunjukkan pentingnya peran ibu dalam keluarga, lalu mewujudkan gagasannya dengan mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya pada 8 Juli 1917.

Dari Maluku, Martha Christina Tiahahu sudah mengangkat senjata melawan Belanda sejak berumur 17 tahun pada perang Pattimura pada 1817. Dia juga menyemangati kaum Hawa di daerahnya untuk ikut membantu kaum Adam bertempur melawan Belanda.

Sebagaimana Aceh, Jawa juga menawarkan banyak perempuan yang layak diteladani. Tapi, tidak sebagaimana kebanyakan perempuan Aceh yang terjun langsung ke medan perang, perempuan Jawa lebih banyak berjuang di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Nyai Hajjah Siti Walidah Ahmad Dahlan dari Yogyakarta aktif mendampingi suaminya, K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, mengembangkan organisasi keagamaan tersebut. Dia juga kemudian memimpin Aisyiah, sayap keperempuanan Muhammadiyah, yang didirikan pada 1918. Dewi Sartika merintis pendidikan untuk kaum perempuan dengan membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia Belanda pada 16 Januari 1904.

Dari era kerajaan, masyarakat Jawa juga mengenal Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi yang heroik dan lebih dikenal sebagai Nyi Ageng Serang. Pramodhawardhani, penguasa kelima Kerajaan Medang (Mataram Kuno), menunjukkan pentingnya kerja sama perempuan dan lelaki dengan mengendalikan Kerajaan Medang bersama suaminya, Mpu Manuku (Rakai Pikatan), meski keduanya berbeda agama.

Praktek kepemimpinan bersama juga ditunjukkan Prabu Sri Suhita yang mengendalikan Kerajaan Majapahit selama 1427-1447 bersama suaminya, Parameswara Ratnapangkaja. Kusumawardhani juga turut mendampingi suaminya, Wikramawardhana, dalam memangku pemerintahan Majapahit.

Di bawah kepemimpinan Tribhuwana Wijayatunggadewi yang didampingi suaminya, Kertawardhana dan dibantu Patih Gajah Mada, pada 1334, wilayah Majapahit bertambah luas. Terakhir, kita tentu tak layak melupakan perempuan kharismatis seperti Ratu Sima atau Ratu Simo. Semula, perempuan yang sangat cantik ini merupakan tokoh di belakang layar keberhasilan Kartikeyasinga memimpin Kerajaan Kalingga. Tapi, setelah suaminya tersebut mangkat pada 674, dia maju ke depan menggantikan suaminya. Di bawah kepemimpinan Ratu Sima, Kalingga menjadi kerajaan makmur dan tertib hukum. Tak seorang pun berani melanggar hak dan kewajiban masing-masing karena hukum ditegakkan secara konsisten dan tanpa pandang bulu.

Iwan Gunadi, Peminat sosial budaya
Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2011/04/perempuan-perempuan-sebelum-kartini.html

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir