Kamis, 23 Juni 2011

Mencintai Maritim Lewat Sastra

Nurani Soyomukti
http://www.suarakarya-online.com/

tak seorangpun menulis laut
tapi ada penulis laut
dengan sekali sintuh
segalanya jadi gemuruh

kapan memantul kecemasan
dari rahang-rahang batu karang
ketika lenyap jeritan
takdirpun tidak telanjang

Puisi berjudul “Laut” karya Zamawi Imron di atas ditulis pada tahun 1977. Penyair asal Madura ini seakan mengingatkan pada kita bahwa “tak seorangpun menulis laut”, artinya bahwa laut dan potensinya masih jarang ditulis oleh para sastrawan kita. Laut memiliki pesona yang tidak pernah lekang dari manusia yang, sayangnya, masih belum dapat dimanfaaatkan untuk membangun negeri ini, untuk membangun kemanusiaan bangsa.

Menggali potensi laut sebagai bahan mentah estetika puisi, cerpen, atau novel masih belum banyak dilakukan. Seakan seiring dengan ketidakmampuan pemerintah untuk mengolah sumberdaya maritim kita. Kebanyakan sastrawan kita masih terpesona oleh nuansa kehidupan urban dalam menginspirasikan karya-karyanya. Kehidupan perkotaan yang hedonis dengan suka-dukanya yang estetis dan seksualis seakan mendominasi wajah kesusastraan negeri ini. Para sastrawan lupa bahwa bagian terluas dari wilayah kita adalah laut.

Sebagai negara kepulauan terbesar, Indonesia memiliki sekitar 17.500 pulau, tetapi hanya sekitar 5.700 saja yang bernama. Luas perairan kita sekitar 3,1 juta kilometer persegi. Terdiri atas 2,8 juta kilometer persegi perairan Nusantara dan 0,3 juta kilometer persegi laut teritorial, serta 2,7 juta kilometer persegi perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE). Panjang garis pantainya 80.791 kilometer atau 43.670 mil. Wilayah laut tersebut menyimpan kekayaan alam yang melimpah.

Ketidakmampuan dalam memanfaatkan alam telah membuat bangsa ini terbelakang. Mereka yang masih banyak tinggal di daerah pinggiran, di daerah pantai yang dekat dengan tempat meruahnya kekayaan tersebut, justru mengalami kehidupan yang paling parah, miskin, dan tertinggal. Hal ini disebabkan oleh minimnya teknologi dan ilmu pengetahuan untuk membantu mengolah potensi alam tersebut.

Keterbelakangan budaya dan pola pikir juga menyebabkan mereka tidak dapat memanfaatkan alamnya secara maksimal. Bahkan cara berpikir dan menjalani kehidupan juga mewarnai pola hidup yang tidak demokratis, bahkan terjadi ketidakadilan dan penindasan yang dilanggengkan oleh budayanya yang feudal.

Pramoedya Ananta Toer barangkali dalam bukunya Gadis Pantai, menceritakan gambaran feudalisme daerah pinggiran tersebut. Ketimpangan gender hendak diangkat dalam karya tersebut. Digambarkan bahwa di daerah pantai perempuan tidak lebih menjadi media pelatihan pria menuju kesejatiannya untuk menikahi perempuan lainnya yang lebih berderajat atau bangsawan, akan tetapi tetap dijadikan perhiasan dalam sangkar emas, tetap menjadi alat untuk memproduksi keturunan, tidak lebih dari itu.

Meskipun tragis, melalui karya ini Pram menampilkan perempuan yang memberontak. Tokoh Srintil adalah gadis yang melawan kesewenangan-wenangan terhadap dirinya justru dengan kesadaran untuk melakoni hidup sebagai seorang ronggeng yang dianggapnya adalah pilihan untuk memberontak.

Kisah kehidupan maritim nusantara secara komprehensif dan apik juga diangkat Pram dalam roman sejarah yang panjang dengan judul “Arus Balik” (1995). Plot cerita roman ini adalah sekitar paruh waktu abad ke-16, tepatnya masa-masa kejatuhan kerajaan Nusantara Majapahit. Dalam karya ini Pram mencoba merasionalisasi data-data sejarah Jawa yang dikenal lebih sebagai setumpuk mitos (misalnya Pararaton dan Negarakertagama). Arus Balik secara sederhana menggambarkan situasi arus laut. Pada kejayaan Majapahit, arus kekuasaan datang dari selatan menuju utara, yakni bagaimana Majapahit menguasai kedaulatan negara-negara sampai utara.

Pada kejatuhan Majapahit arus itu berubah dari utara ke selatan, atau dengan kata lain arus telah berbalik. Majapahit yang disibukkan oleh masalah “daratan” (perang saudara), mulai kehilangan kontrol atas lautnya yang luas itu, sehingga memungkinkan terjadinya arus balik. Inilah awal dari kejatuhan Nusantara dan masuknya kolonialisme Eropa melalui utara.

Arus Balik bisa menjadi jawaban mengapa Indonesia masih juga tak bisa melepaskan diri dari cengkeraman kolonialis-imperialis dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya, meski telah bertahun-tahun menganggap dirinya telah merdeka.

Kenyataannya arus laut memang masih bergerak dari utara ke selatan, yang artinya belum juga berubah sejak kejatuhan Majapahit. Ini menandakan bahwa apa yang dilakukan Indonesia tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan Majapahit saat kejatuhannya: Angkatan Darat lebih kuat dari Angkatan Laut.

Dalam wawancara dengan Kompas, Pram antara lain mengatakan: “Zaman Belanda yang berkuasa di pertahanan AD. Ketika diserbu AL Inggris tahun 1812, hanya dua hari, angkat tangan. Tahun 1942 diserbu AL Jepang, dua hari Belanda angkat tangan. Padahal AD Belanda itu menghasilkan banyak jenderal, seperti sekarang. Ini bukti historis, lho, sebab pertahanan laut Belanda tak punya.”

Nusantara yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas laut, memang sudah sepantasnyalah mendapatkan perlindungan atas lautnya. Laut Indonesia adalah sumber kekayaan yang melimpah. Darinya kesejahteraan rakyat sangat ditopang. Laut pula yang melindungi rakyat dari ancaman negara asing.

Jika laut telah diduduki bangsa asing (misalnya pencurian-pencurian sumberdaya laut oleh kapal-kapal asing), itu sudah merupakan penjajahan terhadap kedaulatan Indonesia sebagai negara, dan berarti ancaman terhadap rakyat di dalamnya.

Pram nampaknya ingin memberikan suatu penyadaran akan hal itu, dan hal itu dilakukan melalui sebuah roman Arus Balik yang ditulis dengan fakta dan data-data sejarah yang meyakinkan. Arus Balik menunjukkan kekuatan sejarah dalam arus penyadaran rakyat yang seolah-olah, karena tak mengenal sejarah, juga tidak mengenal dirinya sendiri.

Pram dan Zamawi Imron barangkali adalah dua sastrawan yang menginginkan kita untuk segera mencintai maritim melalui karya sastra. Maritim adalah predikat bagi negara kita.

Sejak masa lampau, Nusantara diwarnai dengan berbagai pergumulan kehidupan laut. Dalam catatan sejarah terdapat bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa kita menguasai lautan Nusantara.

Dan dengan warisan itulah seharusnya negeri ini bangkit sebagai negara yang maju secara ekonomi, mandiri, berbudaya, dan memenuhi kebutuhan masyarakatnya akan kesejahteraan.***

Catatan Redaksi:
Nurani Soyomukti, esais dan penyair tinggal di Jawa Timur; pendiri Yayasan KOTEKA (Komunitas TEMAN KATAKATA), sebuah kelompok pemberdayaan masyarakat literer. Kini berdomisili di Merapi G-14A Jember, Jawa Timur, Telepon 081 559 947 664

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir