Senin, 22 November 2010

Komunitas Sastra Kampus dan Mereka yang Melawan

Anton Kurnia
http://www.sinarharapan.co.id/

Perkembangan sastra kita tidak bisa dilepaskan dari peran berbagai komunitas sastra dan kantung-kantung budaya yang bertebaran di berbagai kota, terutama yang berbasis di kampus-kampus perguruan tinggi. Sebagian dari para pegiat komunitas sastra kampus ini muncul dan menonjol menjadi sosok yang diperhitungkan dalam sejarah sastra kita dengan karya-karyanya, melepaskan diri dari kolektivitas komunitasnya. Sebagian yang lain terserap oleh kerumunan komunitasnya dan akhirnya menghilang dari peredaran karena berbagai sebab.

Di Bandung, misalnya, tercatat sejumlah kampus memiliki komunitas sastra yang cukup aktif berproses dan bergiat. Di ITB, di masa lalu, terdapat GAS (Gabungan Apresiasi Sastra) yang melahirkan nama-nama seperti Juniarso Ridwan, Kurnia Effendi atau Nirwan Dewanto. GAS kini telah bubar dan sebagai gantinya muncul Lingkar Sastra ITB yang usianya masih seumur jagung. Di UPI (dulu IKIP Bandung) terdapat ASAS (Arena Studi dan Apresiasi Sastra) yang terus aktif hingga kini dan pernah melahirkan sejumlah nama cukup terkemuka dalam peta sastra kita, antara lain Beni R. Budiman dan Nenden Lilis Aisyah. Di Unpad ada GSSTF (Gabungan Seni, Sastra, Teater dan Film) yang hingga kini terus eksis. Begitu pula di sejumlah kampus lainnya.

Tentu saja, ada pula sejumlah individu yang kemudian muncul dalam peta sastra kita berproses secara soliter, tidak tumbuh dalam komunitas-komunitas sastra kampus tersebut. Belakangan ini, beberapa nama penulis muda yang menonjol dengan karya-karyanya justru bukan berasal dari komunitas sastra kampus. Sebut misalnya Dewi Sartika (UPI, penulis novel Dadaisme) yang memenangi sayembara penulisan novel Dewan Kesenian Jakarta 2003 atau Nukila Amal (STP, penulis novel Cala Ibi), Dinar Rahayu (ITB, penulis novel Ode untuk Leopold von Sacher-Masoch) dan Dewi Lestari (Unpar, penulis novel Supernova).

Fenomena ini tentu saja memicu sejumlah pertanyaan menarik. Sejauh manakah peran komunitas sastra kampus dalam persemaian bakat dan proses kreatif para penulis muda kita? Apakah pengaruh komunitas sastra kampus dalam karya para alumninya?

Yang Menindas, Yang Melawan

Sejarah mencatat sering kali karya sastra—sajak, cerpen, novel—dan para penciptanya berhadapan dengan kepentingan penguasa. Sastrawan yang baik adalah saksi zaman dan masyarakatnya. Ketika kebenaran orang banyak ditindas oleh penguasa, tampillah ia sebagai “penyambung lidah” rakyat lewat karya-karyanya. Di berbagai belahan bumi tercatat sekian banyak peristiwa di mana para sastrawan yang menyuarakan hati nuraninya mesti berhadapan vis a vis dengan penguasa.

Di Mesir, pengarang dan aktivis gerakan feminis Nawal el Saadawi yang beberapa novelnya telah diterjemahkan di sini—antara lain Perempuan di Titik Nol, Catatan dari Penjara Perempuan dan Matinya Seorang Mantan Menteri—dipenjarakan oleh rezim Anwar Sadat pada 1981 atas tuduhan melakukan “kejahatan politik”. Toh, itu tak membuat langkahnya surut. Penjara tak mencegahnya untuk terus berkarya dan menyuarakan keyakinannya.

Sementara itu, di berbagai penjuru dunia lainnya begitu banyak para penulis yang harus menghadapi tekanan penguasa (entah itu mereka yang memiliki kekuasaan politik, agama ataupun moral) karena tulisan-tulisannya. Sebut misalnya Taslima Nasrin, perempuan asal Banglades penulis novel kontroversial berjudul Lajja yang menelanjangi penindasan kolektif kaum Muslim terhadap minoritas Hindu di negerinya, atau Salman Rushdie, Naguib Mahfouz dan Milan Kundera. Mereka hidup dalam ancaman bahaya, buku-buku mereka diberangus dan kerja-kerja kreatif mereka dihambat.

Di negeri kita, kasus-kasus semacam itu juga terjadi. Hingga saat ini, pelarangan warisan Orde Baru terhadap karya-karya sastrawan pembangkang Pramoedya Ananta Toer belum juga dicabut. Ia sendiri pernah dipenjarakan selama empat belas tahun tanpa pengadilan dan diasingkan ke sebuah pulau terpencil oleh penguasa. Utuy Tatang Sontani, sastrawan terkemuka kita di masa lalu, terpaksa harus mati kesepian di Rusia. Ia tak bisa pulang ke Tanah Air akibat dicekal oleh rezim Orde Baru dan maut keburu menjemputnya sebelum zaman berubah.

Melawan dengan Pena, Melawan dengan Imajinasi

Aroma perlawanan terhadap kekuasaan yang menindas juga tercium kental dalam novel Asep Pram (nama pena Asep Subari)—seorang pegiat komunitas sastra kampus dari UPI—berjudul Yang Melawan (2004, 688 halaman). Melalui perjalanan hidup tokoh protagonis Ramadhan Revolusi alias Ahmad Rambo yang berliku, novel ini gencar menelanjangi segala borok penguasa negeri ini: kekerasan negara terhadap rakyat, pembantaian massal yang coba dihapus dari ingatan, kemiskinan struktural, kejahatan politik, militerisme, korupsi, hipokrisi dan berbagai pelanggaran hak asasi manusia sepanjang sejarah negeri ini.

Kendati terkadang terasa terlalu verbal dan kurang licin, novel ini justru menarik karena kelugasannya dalam menceritakan realitas empirik. Kita bisa membandingkan novel ini dengan novel-novel Pramoedya Ananta Toer yang tampaknya dalam banyak hal mengilhami Asep, terbukti dari nama pena yang dipilihnya. Seperti Pram, Asep tampaknya juga sadar akan makna referensi dan sejarah. Dalam novel ini bertebaran berbagai data peristiwa, kronik dan judul sejumlah buku dan nama tokoh yang dicupliknya sebagai pendukung cerita.

“Perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan ingatan melawan lupa,” tulis Milan Kundera, penulis eksil Ceko, dalam sebuah novelnya. Novel ini pun mencoba melawan pelupaan sejumlah peristiwa kelam dalam sejarah negeri ini, di antaranya pembantaian massal oleh tentara dan warga sipil terhadap ratusan ribu orang yang dicurigai komunis di berbagai daerah di Indonesia pada 1965-1966 menyusul apa yang disebut-sebut sebagai peristiwa G30S/PKI.

Sekadar catatan, tak banyak karya sastra kita yang menyinggung soal ini secara terbuka, padahal peristiwa itu merupakan salah satu pembantaian sistematis terbesar sepanjang sejarah selain pembunuhan orang-orang Yahudi oleh Nazi pada Perang Dunia Kedua. Ratusan ribu korban yang tewas selama beberapa bulan dalam peristiwa itu jauh lebih banyak dari korban pembantaian serupa di Argentina selama tujuh tahun. Saat junta militer berkuasa di Argentina pada 1976-1983, terjadi serangkaian penculikan, penyiksaan dan pembunuhan terhadap para aktivis pro-demokrasi di negeri itu dengan dalih melakukan aksi antiteror. Menurut laporan Comisión Nacional para la Desaparicion de Personas—Komisi Nasional untuk Orang Hilang (1983-1984) pimpinan novelis Ernesto Sábato, sekitar 30.000 orang hilang tak jelas nasibnya. Pada 1995, dua orang tentara bersaksi atas pembunuhan sistematis yang pernah mereka lakukan di masa lalu. Hingga kini, atas nama rekonsiliasi, banyak di antara para pelaku kejahatan kemanusiaan itu masih bebas berkeliaran.

Demikianlah, seperti judulnya, pada dasarnya Yang Melawan merupakan sebuah manifesto perlawanan terhadap segala bentuk penindasan, senada dengan pekik pernyataan Ramadahan Revolusi dan para kameradnya dalam kisah ini, “Kita adalah orang-orang yang melawan. Kepalkan lengan kirimu, lalu angkat setinggi-tingginya hingga langit yang pongah itu rubuh!” (halaman 345).

Seperti halnya protagonis dalam Yang Melawan, melalui novel perdananya ini Asep meneguhkan pilihannya untuk melawan dengan pena, melawan dengan menggunakan imajinasinya. Mungkin ini berkaitan dengan latar belakangnya sebagai seorang penulis yang berproses dalam komunitas sastra kampus. Para mahasiswa bagaimanapun tetap memiliki fungsi sebagai agent of social change. Dalam sejarah negeri kita hal itu tak bisa dimungkiri, di mana sejumlah pergantian kekuasaan tiran ditandai dengan peran gerakan mahasiswa.

*) Penulis adalah cerpenis dan esais, penulis buku Dunia Tanpa Ingatan: Sastra, Kuasa, Pustaka (2004) dan kumpulan cerpen Insomnia (2004).

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir