Senin, 22 November 2010

KARYA-KARYA BESAR SASTRA ”WAHYU PROFAN” DALAM SEJARAH MANUSIA *)

Sihar Ramses Simatupang
http://terpelanting.wordpress.com/

Karya sastra memegang sebuah tanggung jawab yang begitu besar. Akademi Swedia—yang setia menganugrahi penulis dari berbagai belahan bumi dengan penghargaan Nobel—mengatakan pengarang melalui teks harus senantiasa memberikan peradaban dalam sebuah komunitas masyarakat. Hal ini kemudian menjadi pemahfuman betapa nilai ekstrinsik berperan penting dalam dimensi teks sastra.

Teks berpretensi untuk mengangkut nilai-nilai visioner dari sebuah ikatan trans-individual—meminjam George Lucas, tak hanya dalam seruan, kampanye dan jargon politik, tetapi juga keinginan alam bawah sadar individu sebagai pertahanan alami menghadapi kekuasaan (dalam bentuk apa pun).

Seorang sastrawan—dalam berbagai genre—dalam sejarahnya seringkali merupakan bagian dari keniscayaan individu dan keniscayaan sosial. Sebagai ilustrasi, wafatnya penyair Chile, Pablo Neruda, menimbulkan reaksi duka mendalam bagi masyarakatnya. Duka bukan hanya untuk tubuh yang diusung, tetapi juga untuk perjalanan teks karyanya yang tertanam sebagai kesadaran baru di kalangan masyarakat.

Kendati demikian, simbol sosial verbal masih harus direproduksi dalam dunia imajiner pengarang. Dengan begitu, teks hadir mengkristal dan menjadi seperangkat kelihaian intrinsik, berupa bangunan bahasa, dialog tokoh, konflik antar personal.

Gabriella Garcia Marquez mengabadikan napas realisme magis sejarah biografi seorang oposisi dan idola rakyat, Simon Bolivar. Kisah hidup pemimpin gerakan perlawanan kolonialisme Spanyol menjadi teks “El General En Su Laberitno” (Sang Jenderal dalam Labirinnya). Heroisme karya sastra —juga sastrawannya— memegang tanggung jawab yang besar, lahirnya sebuah wahyu (dalam artian profan, pendobrak misi sosial, semacam wangsit). Napas pergerakan tak hanya pada sejarah, tetapi juga pada catatan sebuah bangsa: takdir, kegagalan dan cita-cita. Marquez berhasil membawa amanat sebuah bangsa.

Novel “Mat” (Ibunda) karya Maxim Gorki, mengisahkan perjuangan nasib buruh lewat sekelumit kisah keluarga, kesinisan terhadap figur bapak Michael Vlassov, si ibu Pelagia Nilovna yang arif dan perjuangan si anak, Pavel Vlassov.

Maxim (bisa juga ditulis Maksim) Gorki lewat biografinya yang sarkastik itu menyulam tema biografi individu dan masyarakatnya secara lihai sehingga kemarahan bisa disembunyikan. Bahkan mengakhiri kisah dengan tertangkapnya anak dan ibu, kertas-kertas pamflet berjatuhan. Perjuangan seolah selesai di dalam teks. Namun, Gorki tahu bahwa perjuangan ini belum selesai di luar teks, imajinasi pembaca seusai membaca pun berkembang dan beranak pinak.

Dari khazanah sastra Indonesia, tetralogi karya Pramoedya Ananta Toer yang ditulis di Pulau Buru: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca adalah contoh yang menarik. Di tengah keluarga Nyai Ontosoroh, seorang terpelajar bernama Minke menikahi putri dari seorang istri Sinyo Belanda yang arif (melampaui kecerdasan nyai pada masa itu). Tiga kali Minke membangun rumah tangga karena istri-istrinya wafat. Namun, titik persoalan utama konflik individual itu adalah sejauh mana aktivitas kebangsaan Minke tak hanya menjadi sebuah replika, melainkan berkembang sebagai kesadaran kelompok, kesadaran berbangsa atas sebuah perubahan.

Simbol Belanda yang mewakili penjajahan abstrak di masa kini, marjinalitas pribumi dan kebangkitan intelektual juga masih dapat dilakukan hingga sekarang. Apakah semua simbol pada masa itu, dapat menjadi obat yang menyembuhkan sakit sosial Indonesia sekarang, membangun kesegaran individual buat para pembaca? Sejarah dan masyarakat yang berhak menjawab. Nilai khas itu yang (mungkin) dianggap tidak ada—atau belum ditangkap—oleh Akademi Swedia yang terhormat.

Strategi Intrinsik

Tuntutan nilai universal yang mempengaruhi secara signifikan sebuah komunitas masyarakat pada masa lalu dan kini, juga meyakinkan betapa pentingnya sebuah karya sastra bagi dinamika peradaban masyarakat tertentu.

Di luar karya-karya di atas, untuk mengejar kegemilangan nilai ekstrinsik, nyatanya beberapa karya sastra mengalami kegenitan visioner, menjelma menjadi pamflet politik dan perlahan “gagal” dalam potensinya sebagai karya sastra.

Teks yang genit, hanya berpretensi sebagai fotokopi atas satu sejarah peradaban saja, “buku ideologi fiktif” yang tak laku, dan hanya bertahan beberapa hari di kepala sebuah generasi, robek dan berdebu sebagai buku tak aktual dan menyepikan dirinya di lemari perpustakaan tua sebuah kota.

Menggubah visi besar sebuah negeri, visi perjuangan, kehancuran sekaligus cita-cita mereka ke dalam dialog yang “padat dan bersahaja”, ibarat kotak Pandora cantik dan mungil yang menyimpan ledakan dahsyat di otak pembacanya. Bahkan, ketika buku itu diletakkan berbulan-bulan, bertahun-tahun, berabad-abad kemudian. Sebuah wahyu profan itu telah tertanam di otak si pembaca, dan kelak akan hadir dalam perilaku abstrak, atau pun konkret untuk mengubah “dunia”.

Obat semua kegenitan visioner itu, tak pelak, adalah strategi penceritaan lewat rekonstruksi perangkat intrinsik yang cermat. Penulis tak hanya diharapkan mampu berbicara lewat medium bahasa realis, surealis, beranalogi, hiperbola atau pun metafora, atau sekadar mampu membuat gaya bercerita aku-an, dia-an atau memisahkan dirinya dari dialog, konflik dan karakter para tokoh. Bahkan, selain menjaga stilisasi bahasa, intensitas terhadap bangunan karakter, dialog, setting dan alur, persoalan interaksi dan sejarah sosial masyarakatnya amatlah berpengaruh terhadap teks yang bersangkutan.

Misteri besar dalam sastra adalah, sejauhmana interaksi penulis dengan latar geografis karya yang bersangkutan mempengaruhi wilayah bahasa, imajinasi, kultur dan latar para tokoh di dalam teks? Seperti karya Maxim Gorki yang berkisah tentang dunia anak-beranak di tengah cerobong asap pabrik dan kaum buruh, John Steinbeck yang berkisah tentang ladang jagung kering di musim panas kerontang, Peter Carey tentang bumi Australia yang penuh tegangan antara “mantan” orang Eropa, di antara penghuni asli Aboriginnya.

Bagaimana pula dengan tokoh urban kota Surabaya “Ny. Talis” yang bercorak “Orang-orang Bloomington” Budi Dharma, atau lokalisasi di tengah kotanya Suparto Brata? “jakarta”nya Isabel Blumenkol milik Pamusuk Eneste? Sony Karsono dengan urban makro-polis pada cerpen-cerpennya di tahun 1990-an.

Atau, keluar dari fokus pembicaraan tentang novel, sekelumit saja di dalam dunia puisi, bagaimanakah peran sejarah kota terhadap tanda, arus imaji dan kosmologi teks para penyairnya? Apakah puisi pun demikian halnya, antara teks, pengarang dan sejarah masyarakatnya. Baik surealisme dan realisme, adalah pilihan dari perangkat tanda yang menyelubungi karya penulis urban, namun tetap memiliki paradoks dan paralelisme untuk kota besar yang dia diami, dengan latar belakang dirinya sebagai seniman yang mempunyai banyak identitas geografi dan kultural. Teks puisi juga memotret sejarah masyarakat yang begitu cepat berjalan, serupa langkah para musafir kota, serupa detak jarum panjang di bundaran jam tugu kota…

Harapannya, si pembaca tak akan bisa berpikir bahwa ini “hanyalah” sebuah buku yang menjalin bahasa, merangkai kata, paragraf lewat halaman kertas belaka. Atau sebuah buku, yang cuma mencatat sejarah basi masa lampau di tengah percepatan sejarah masa kini yang terus berkembang dan rajin mengubah “wajah”. Tapi teks sastra “besar”; yang telah menjelma sebagai dunia yang terus memperbarui dirinya; terus ikut bergerak, memberikan nafas dan semangat buat zaman ke depan, ke tiap ruang, dimana generasi baru dapat membaca peta kehidupan manusia dari kosmo teks yang dinikmatinya.

*) Dengan rekontruksi pada beberapa bagiannya, esai ini juga pernah dimuat di Harian Umum Sore Sinar Harapan.

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir