Sihar Ramses Simatupang
http://terpelanting.wordpress.com/
Karya sastra memegang sebuah tanggung jawab yang begitu besar. Akademi Swedia—yang setia menganugrahi penulis dari berbagai belahan bumi dengan penghargaan Nobel—mengatakan pengarang melalui teks harus senantiasa memberikan peradaban dalam sebuah komunitas masyarakat. Hal ini kemudian menjadi pemahfuman betapa nilai ekstrinsik berperan penting dalam dimensi teks sastra.
Teks berpretensi untuk mengangkut nilai-nilai visioner dari sebuah ikatan trans-individual—meminjam George Lucas, tak hanya dalam seruan, kampanye dan jargon politik, tetapi juga keinginan alam bawah sadar individu sebagai pertahanan alami menghadapi kekuasaan (dalam bentuk apa pun).
Seorang sastrawan—dalam berbagai genre—dalam sejarahnya seringkali merupakan bagian dari keniscayaan individu dan keniscayaan sosial. Sebagai ilustrasi, wafatnya penyair Chile, Pablo Neruda, menimbulkan reaksi duka mendalam bagi masyarakatnya. Duka bukan hanya untuk tubuh yang diusung, tetapi juga untuk perjalanan teks karyanya yang tertanam sebagai kesadaran baru di kalangan masyarakat.
Kendati demikian, simbol sosial verbal masih harus direproduksi dalam dunia imajiner pengarang. Dengan begitu, teks hadir mengkristal dan menjadi seperangkat kelihaian intrinsik, berupa bangunan bahasa, dialog tokoh, konflik antar personal.
Gabriella Garcia Marquez mengabadikan napas realisme magis sejarah biografi seorang oposisi dan idola rakyat, Simon Bolivar. Kisah hidup pemimpin gerakan perlawanan kolonialisme Spanyol menjadi teks “El General En Su Laberitno” (Sang Jenderal dalam Labirinnya). Heroisme karya sastra —juga sastrawannya— memegang tanggung jawab yang besar, lahirnya sebuah wahyu (dalam artian profan, pendobrak misi sosial, semacam wangsit). Napas pergerakan tak hanya pada sejarah, tetapi juga pada catatan sebuah bangsa: takdir, kegagalan dan cita-cita. Marquez berhasil membawa amanat sebuah bangsa.
Novel “Mat” (Ibunda) karya Maxim Gorki, mengisahkan perjuangan nasib buruh lewat sekelumit kisah keluarga, kesinisan terhadap figur bapak Michael Vlassov, si ibu Pelagia Nilovna yang arif dan perjuangan si anak, Pavel Vlassov.
Maxim (bisa juga ditulis Maksim) Gorki lewat biografinya yang sarkastik itu menyulam tema biografi individu dan masyarakatnya secara lihai sehingga kemarahan bisa disembunyikan. Bahkan mengakhiri kisah dengan tertangkapnya anak dan ibu, kertas-kertas pamflet berjatuhan. Perjuangan seolah selesai di dalam teks. Namun, Gorki tahu bahwa perjuangan ini belum selesai di luar teks, imajinasi pembaca seusai membaca pun berkembang dan beranak pinak.
Dari khazanah sastra Indonesia, tetralogi karya Pramoedya Ananta Toer yang ditulis di Pulau Buru: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca adalah contoh yang menarik. Di tengah keluarga Nyai Ontosoroh, seorang terpelajar bernama Minke menikahi putri dari seorang istri Sinyo Belanda yang arif (melampaui kecerdasan nyai pada masa itu). Tiga kali Minke membangun rumah tangga karena istri-istrinya wafat. Namun, titik persoalan utama konflik individual itu adalah sejauh mana aktivitas kebangsaan Minke tak hanya menjadi sebuah replika, melainkan berkembang sebagai kesadaran kelompok, kesadaran berbangsa atas sebuah perubahan.
Simbol Belanda yang mewakili penjajahan abstrak di masa kini, marjinalitas pribumi dan kebangkitan intelektual juga masih dapat dilakukan hingga sekarang. Apakah semua simbol pada masa itu, dapat menjadi obat yang menyembuhkan sakit sosial Indonesia sekarang, membangun kesegaran individual buat para pembaca? Sejarah dan masyarakat yang berhak menjawab. Nilai khas itu yang (mungkin) dianggap tidak ada—atau belum ditangkap—oleh Akademi Swedia yang terhormat.
Strategi Intrinsik
Tuntutan nilai universal yang mempengaruhi secara signifikan sebuah komunitas masyarakat pada masa lalu dan kini, juga meyakinkan betapa pentingnya sebuah karya sastra bagi dinamika peradaban masyarakat tertentu.
Di luar karya-karya di atas, untuk mengejar kegemilangan nilai ekstrinsik, nyatanya beberapa karya sastra mengalami kegenitan visioner, menjelma menjadi pamflet politik dan perlahan “gagal” dalam potensinya sebagai karya sastra.
Teks yang genit, hanya berpretensi sebagai fotokopi atas satu sejarah peradaban saja, “buku ideologi fiktif” yang tak laku, dan hanya bertahan beberapa hari di kepala sebuah generasi, robek dan berdebu sebagai buku tak aktual dan menyepikan dirinya di lemari perpustakaan tua sebuah kota.
Menggubah visi besar sebuah negeri, visi perjuangan, kehancuran sekaligus cita-cita mereka ke dalam dialog yang “padat dan bersahaja”, ibarat kotak Pandora cantik dan mungil yang menyimpan ledakan dahsyat di otak pembacanya. Bahkan, ketika buku itu diletakkan berbulan-bulan, bertahun-tahun, berabad-abad kemudian. Sebuah wahyu profan itu telah tertanam di otak si pembaca, dan kelak akan hadir dalam perilaku abstrak, atau pun konkret untuk mengubah “dunia”.
Obat semua kegenitan visioner itu, tak pelak, adalah strategi penceritaan lewat rekonstruksi perangkat intrinsik yang cermat. Penulis tak hanya diharapkan mampu berbicara lewat medium bahasa realis, surealis, beranalogi, hiperbola atau pun metafora, atau sekadar mampu membuat gaya bercerita aku-an, dia-an atau memisahkan dirinya dari dialog, konflik dan karakter para tokoh. Bahkan, selain menjaga stilisasi bahasa, intensitas terhadap bangunan karakter, dialog, setting dan alur, persoalan interaksi dan sejarah sosial masyarakatnya amatlah berpengaruh terhadap teks yang bersangkutan.
Misteri besar dalam sastra adalah, sejauhmana interaksi penulis dengan latar geografis karya yang bersangkutan mempengaruhi wilayah bahasa, imajinasi, kultur dan latar para tokoh di dalam teks? Seperti karya Maxim Gorki yang berkisah tentang dunia anak-beranak di tengah cerobong asap pabrik dan kaum buruh, John Steinbeck yang berkisah tentang ladang jagung kering di musim panas kerontang, Peter Carey tentang bumi Australia yang penuh tegangan antara “mantan” orang Eropa, di antara penghuni asli Aboriginnya.
Bagaimana pula dengan tokoh urban kota Surabaya “Ny. Talis” yang bercorak “Orang-orang Bloomington” Budi Dharma, atau lokalisasi di tengah kotanya Suparto Brata? “jakarta”nya Isabel Blumenkol milik Pamusuk Eneste? Sony Karsono dengan urban makro-polis pada cerpen-cerpennya di tahun 1990-an.
Atau, keluar dari fokus pembicaraan tentang novel, sekelumit saja di dalam dunia puisi, bagaimanakah peran sejarah kota terhadap tanda, arus imaji dan kosmologi teks para penyairnya? Apakah puisi pun demikian halnya, antara teks, pengarang dan sejarah masyarakatnya. Baik surealisme dan realisme, adalah pilihan dari perangkat tanda yang menyelubungi karya penulis urban, namun tetap memiliki paradoks dan paralelisme untuk kota besar yang dia diami, dengan latar belakang dirinya sebagai seniman yang mempunyai banyak identitas geografi dan kultural. Teks puisi juga memotret sejarah masyarakat yang begitu cepat berjalan, serupa langkah para musafir kota, serupa detak jarum panjang di bundaran jam tugu kota…
Harapannya, si pembaca tak akan bisa berpikir bahwa ini “hanyalah” sebuah buku yang menjalin bahasa, merangkai kata, paragraf lewat halaman kertas belaka. Atau sebuah buku, yang cuma mencatat sejarah basi masa lampau di tengah percepatan sejarah masa kini yang terus berkembang dan rajin mengubah “wajah”. Tapi teks sastra “besar”; yang telah menjelma sebagai dunia yang terus memperbarui dirinya; terus ikut bergerak, memberikan nafas dan semangat buat zaman ke depan, ke tiap ruang, dimana generasi baru dapat membaca peta kehidupan manusia dari kosmo teks yang dinikmatinya.
*) Dengan rekontruksi pada beberapa bagiannya, esai ini juga pernah dimuat di Harian Umum Sore Sinar Harapan.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar