Abimardha Kurniawan*
http://oase.kompas.com/
Tidak sulit menemukan nama Gajah Mada (GM) dalam buku pelajaran sejarah. Muhammad Yamin, sastrawan sekaligus tokoh pergerakan itu, menyebut sang mahapatih sebagai “pahlawan persatuan Nusantara” yang kemudian ditabal sebagai judul buku biografi GM gubahannya (1945). Saking terkenalnya, nama GM pun dipakai sebagai nama jalan, perguruan tinggi, bahkan nama restoran! Juga tak lupa, beberapa tahun lalu, Langit Kresna Hariadi menerbitkan 8 jilid biografi tokoh ini dalam bingkai fiksi. Meski banyak kalangan menganggap GM punya peran penting dalam sejarah bangsa ini, namun sosok GM masih diliputi misteri dan kerap mengundang polemik nan pelik.
Pertengahan tahun 2009, Viddy AD Daery pernah membuat sebuah pernyataan sensaional. Ia menyatakan bahwa GM putra asli Lamongan. Pernyataan ini bukan tanpa dasar. Sebagai orang yang berasal dari daerah Lamongan, juga tentunya sebagai orang yang mahfum betul tentang sosok GM, Viddy mengaitkan beberapa ansair folklor dalam kultur lokal masyarakat Lamongan dengan pribadi GM yang ia pahami. Salah satunya, toponimi sebuah daerah di Lamongan mirip dengan nama GM, yaitu Kecamatan Modo. Sebagai respon, Pemkab Lamongan kemudian membentuk tim pencari fakta untuk menguak kebenarannya. Namun, hingga kini belum terdengar kabar, apakah pencarian itu masih berlanjut atau berbuah hasil…
Untuk menandai bahwa ikhtiar mencari gambaran eksistensi sosok GM belum menemui titik yang pasti, melalui buku ini. Agus Aris Munandar, coba mengungkap tafsiran baru atas biografi sang tokoh melalui telaah arkeologis terhadap Prasasti Gajah Mada dan dua arca perwujudan. Teks-teks sastra sejarah, seperti N?garakr?t?gama, Pararaton, Kidung Sunda, Kidung Sundayana, Babad Gajah Mada, dan Babad Arung Bondhan, dipakai sebagai pembanding untuk menghasilkan interpretasi yang kredibel dalam telaah ini. Sebab, antara prasasti, arca, dan teks sastra sejarah (naskah kuno) memiliki kuantitas informasi yang berbeda-beda.
Tidak semua bagian teks sastra sejarah tersebut dijadikan acuan, hanya yang dianggap punya fakta historis menyangkut sosok GM dan lingkungan sosialnya. Hal ini untuk menghindari bercampurnya peristiwa sejarah dengan peristiwa mitologis yang berlebihan dan irasional. Terlebih, teks-teks yang diacu punya ciri historiografi tradisional yang penarasiannya tiada batas antara fantasi dan kenyataan. Hanya N?garakr?t?gama sebagai perkecualian.
Prasasti Gajah Mada ditemukan di pelataran Candi Singhasari (sekarang di Kecamatan Singosari, Malang) dan kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Prasasti yang berangka tahun 1273 ? (1351 M) ini dikeluarkan GM, yang menyebut diri “rakryan mapatih Mpu Mada”, pada masa pemerintahan ?ri Tribhuwanottunggadewi, raja ke-3 Majapahit. Sebagai sang mahâmatrimukya, GM punya hak untuk mengeluarkan prasastinya sendiri. Mungkin inilah alasan penulis lebih memilih nama Prasasti Gajah Mada dan memakainya secara konsisten dalam buku ini, daripada Prasasti Singhasari yang sudah lazim dikenal.
Dalam prasasti tersebut, tersirat motif yang melatarbelakangi Sumpah Palapa (tan amukti palapa) yang legendaris itu. Disebutkan, GM punya hak untuk memerintahkan pembangunan caitya (bangunan suci) bagi tokoh yang telah meninggal. Karena prasasti ini ditemukan di pelataran Candi Singhasari yang notabenenya tempat pendharmaan Kertanagara, bisa ditengarai GM hendak mempersembahkan caitya kepada raja Singhasari terakhir itu. Dalam kultur Jawa Kuna, lazimnya caitya dipersembahakan oleh kerabat atau keturunan langsung tokoh yang didharmakan. Jadi, tak lain tak bukan, GM adalah keturunan Kertanagara, tepatnya dari jalur selir.
GM juga menjuluki diri Jirnnodhara, artinya ‘pembangun sesuatu yang baru’ atau ‘pemugar sesuatu yang telah runtuh’. Selain berkaitan dengan pembangunan Candi Singhasari, julukan ini membuktikan—GM ingin meneruskan gagasan Dwipantara mandala, yaitu pengembangan pengaruh hingga ke wilayah luar Jawa, yang semasa Kertanaga hidup terlaksana dalam ekspedisi Pamalayu (1197 ? / 1275 M). Setelah sang raja mangkat, gagasan ini meredup dan kehilangan penerus karena Jawa silih berganti mengalami huru-hara. Pembangunan Candi Singhasari jadi semacam “ngalap berkah” yang dilakukan GM kepada leluhurnya sebelum mengajukan Sumpah Palapa. GM sadar tentang konstelasi politik kawasan Asia Tenggara. Ia ingin membendung pengaruh kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara daratan agar jangan sampai masuk ke wilayah Kepulauan Nusantara.
Selain itu yang menarik, dan tak terduga sebelumnya, adalah pengarcaan sosok GM dalam perwujudannya sebagai Bima dengan karakter lingga (phallus) menonjol. Ini bukti adanya unsur Siwaisme dan diduga berasal dari masa akhir Majapahit. Arca ini berasal dari Trenggalek, Jawa Timur. Pada patung tersebut juga terdapat inskripsi dengan karakter tulisan yang mirip dengan Prasasti Gajah Mada. Sayangnya, inskripsi hanya terbaca sebagaian karena kondisinya cukup rusak.
Banyak yang berspekulasi, antara arca perwujudan Bima dan Prasasti Gajah Mada dibuat oleh seorang citralekha (pemahat batu) yang sama. Pendapat ini masih perlu ditinjau ulang, walaupun kemiripan karakter tulisan bisa dikatakan sangat jarang terjadi antara dua inskripsi. Dari segi isi, khususnya dari nama yang disebut, tidak ada hubungan antara keduanya. Mpu Wirata yang mempersembahkan arca ini, tidak pernah ada di Prasasti Gajah Mada, begitu juga sebaliknya.
Berkaitan dengan tokoh Bima, penulis menghubungkannya dengan konsep astadikpalaka (delapan dewa penjaga arah mata angin) yang mengelilingi Siwa. Bima merupakan perwujudan Siwa di arah barat daya. Dalam konsep India Kuna, arah barat daya dipandang sebagai yang terburuk. Pengarcaan itu merupakan bentuk kerinduan masyarakat Majapahit saat itu kepada sosok GM yang tangguh dan dapat memulihkan stabilitas politik yang terus merosot akibat peperangan. Penemuan arca Bima di situs-situs tempat suci, juga menjadi tanda—GM seorang menguasai ilmu keagamaan.
Pada masa sebelum GM lazim diwujudkan sebagai arca Bima, GM diwujudkan sebagai Brajanata, tokoh pendamping Panji, dengan karakter phallus yang juga menonjol menonjol. Ada kesinambungan konsep antara keduanya. Sebab, siklus cerita Panji merupakan penuturan simbolis kehidupan Majapahit di masa Hayam Wuruk. Tak lain tak bukan, tokoh Panji adalah figur simbolis sang raja Rajasanagara (Hayam Wuruk). Selain menjawab polemik seputar siapa sebenarnya tokoh Panji, pendapat ini juga mencuatkan gambaran lain tentang bentuk fisik GM. Jika Brajanata merupakan ikon GM, maka gambaran wajah GM sungguh sangat berbeda dengan yang dipahami selama ini. Gambaran itu muncul dalam cover buku ini.
Banyak tafsiran baru tentang GM dalam buku ini, mulai dari pengertian nama GM secara etimologis-terminologis dan kaitannya dengan Gan?e?a (h. 12), siapa orang tuanya serta perkiraan tempat kelahiran (h. 10, lantas bandingkan dengan pernyatan Viddy di atas), muasal nama kota Bima di Sumbawa yang berkaitan dengan “penebusan dosa” GM pasca perang Bubat (h. 99), hingga senjata apa yang dipegang saat mengucapkan Sumpah Palapa (h. 51). Tak jarang, tafsiran itu membuat tercengang karena belum pernah terdengar dan terduga sebelumnya.
Namun demikian, sebagaimana judul buku ini, sebagian besar substansi biografi mengungkap sepak terjang sang patih di ranah politik. Ini bisa dimaklumi. Sumber-sumber tentang profil GM dan yang bersifat rasional sebagain besar merekam sepak terjang sang tokoh di ranah itu. Agaknya GM lebih dikenal sebagai tokoh publik yang tangguh dan punya kredibilitas tinggi. Mungkin karena itulah, dan karena GM dikenal ketika berkiprah di ranah politik, kehidupan pribadi serta kelahirannya tersamar dan sering diliputi hal-hal fantastis. Dan penulis buku ini ingin menempatkan GM dalam proporsinya sebagai manusia biasa yang tak luput dari khilaf, bukan sebagai superhuman.
Buku ini punya kedudukan penting dalam kajian tentang biografi GM, sejarah Majapahit, dan sejarah Nusantara kuna umumnya. Buku ini bukan simpulan final atas siapa sebenarnya GM. Bagaimanapun, dalam buku ini biografi GM ditampilkan sebagai “realitas tafsir”. Lebih baik menyikapinya secara kritis, daripada menjadikannya serangkaian “mitos” dalam bentuk baru. Mungkin masih banyak data (artefak) yang terserak dan hingga kini belum ditemukan. Penelitian-penelitian selanjutnya masih ditunggu. Penulis buku ini pun mengharap demikian. Sayangnya, peminat bidang semacam ini terbilang langka. (*)
Judul : Gajah Mada: Biografi Politik
Penulis : Agus Aris Munandar
Penerbit : Komunitas Bambu
Cetakan : Pertama, Maret 2010
Tebal : xiv + 162 halaman
Peresensi : Abimardha Kurniawan, penikmat buku, tinggal di Surabaya.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar