Rabu, 08 September 2010

BUKAN FATIMAH PUTRI NABI

Siti Sa’adah
http://www.sastra-indonesia.com/

Bapak tidak pernah mengancang-ancangkan jika kita mencuri maka dia akan memotong tangan kita, apalagi untuk tanganmu yang indah mulus seperti gagang cangkul itu. Jikapun pernah, aku tidak akan mencuri kak. Bukan karena takut bendo ayah yang selalu dia bawa untuk menebang rumpun bambu untuk dianyam, bukan pula karena takut tanganku di potong polisi, toh tidak ada hukum potong tangan bagi pencuri di negara ini, namun karena aku takut kepada yang menciptakan tangan ini, aku takut benar. Sabda nabi bahwa dia akan memotong tangan putri tercintanya Fatimah jika mencuri, terus menggenang dalam ingatanku. Pernah terbersit untuk memiliki barang orang lain yang kusukai, tapi langsung terbayang olehku pemiliknya kecewa dan jelas aku mendzoliminya.

Aku tak berani merampas hak orang lain meski itu hal kecil seperti yang sering kau lakukan padaku sejak kecil. Mengambil lauk dipiringku saat ku tinggal mengambil minum, mengurangi jatah uang sakuku yang dipasrahkan ibu dan bapak kepadamu, sampai kau pisahkan aku dengan lelaki yang akan melamarku! Kau adalah tuan putri di keluarga, memarahimu sama saja menggores hatiku sendiri, karena bapak akan segera menikam kekesalanku dengan bentakannya, sedang untuk lelakiku, bapak percaya dustamu bahwa dia suka mempermainkan wanita! Begitulah, lama-lama kelakuanmu kubiarkan saja. Kesalahan yang berulang akan menjadi lumrah.

Kemursalanmu saat ini tidak hanya kepadaku sebenarnya, tetapi kepada ibu, bapak, bahkan suamimu yang kau tilap bersama lelaki lain dan sekarang berujung seperti ini!

”Dia hanya mempedulikan perutku. Batinku ini kesepian. Apalagi setiap mendengar cerita teman-temanku tentang kebiasaan pelayar memeluk wanita lain di rantau. Aku tak tahu apa yang dilakukan suamiku di pulau sana, Dik!”. Bantahmu waktu itu setelah aku tidak tahan untuk menegurmu. Begitu tahu kau tidak lagi pulang ke rumah gedong yang dibangun suamimu, tepat di samping rumah mertuamu.

Perasaan malu menjelma linggis yang menghujam keluarga di rumah, aku, ibu, ayah, mungkin juga dua adik kita yang masih ingusan.

“Pamitnya pulang kesini, si kecil kok di tinggal sampai seminggu?!” begitu adu mertuamu yang tandang ke rumah hendak menjemputmu. “Maaf ya Bu, Pak, dia sering pergi sehari sampai dua hari, katanya merawat njenengan berdua yang sedang sakit, tiap kali saya akan ikut selalu di larang, biar saya menjaga si kecil saja”. Lagi-lagi mertuamu menuturkan cerita yang tidak pernah terlintas di benakku. Kebohonganmu kepada suami dan mertuamu terkuak.

“Pacarmu itu kerja dimana?” tanyaku beberapa hari sebelum putusan talak melayang atas paksaan orang tua suamimu. Putus sudah aliran uang yang melimpah dari suamimu.

“Pabrik gula”.

“O”. Pasti pejabat pabrik pikirku. Aku tahu dari dulu seleramu sejak remaja, selalu berhasil menggaet lelaki kaya tanpa berkeringat, cukup dengan senyum dan rajuk manjamu. Aku tahu itu, begitu juga bapak sehingga beliau begitu bersemangat dan optimis menjodohkanmu dengan pelayar kaya, yang setiap pulang kerja seperti membawa harta karun dari laut. Kau akan hidup bahagia, begitu pertimbangan bapak untuk masa depan putri kesayangannya.

Hanya dua tahun, tubuhmu seperti gatal ditinggal suami berbulan-bulan, dia hanya beberapa hari di rumah menumpahkan oleh-oleh dan uang, setelah itu pergi lagi, membawa rindu yang belum sempat kikis untuk bersua denganmu. Ah, aku tahu benar dari sikap suamimu yang kalem itu, dia begitu menyayangimu. Tapi kau menindihnya dengan penghianatan.

“kau seperti itu karena kau belum menikah! Belum pernah ketagihan sentuhan lelaki! Guling di ranjangmu itu tidak bisa mendekapmu!” makianmu membungkam mulutku untuk terus mengingatkan.

“Dan satu lagi, kau tidak bisa membedakan kokoh peluk kekasihku dengan suamiku yang banci itu hahaha…”

Kebiasaan buruk yang kau semai sejak kecil sekarang memuncak sampai disini.

Begitu kokoh pendirianmu untuk menuruti cinta yang berawal dari penghianatan. Mungkin ada sensasi tersendiri yang kau rasakan saat bercinta dengan selingkuhan. Seperti di guyur hujan, rahimmu yang berbulan-bulan kerontang menanti suami.

Memang kekasihmu itu gagah. Pasti kau puas setiap bermain dengannya. Tidak peduli di atas amben reot dirumahnya. Inilah yang baru aku tahu, rupanya tubuh kekar kekasihmu itu bukan karena rutin gym seperti orang kantoran yang kaya, tetapi karena sejak kecil di latih menjadi kuli batu sampai menjadi buruh pabrik gula. Ah, bukankah dia tidak bekerja tiap bulan. Dia hanya pekerja borongan setiap giling tebu di mulai. Dan kecintaanmu itu membutakan. Kau seperti setitik cat yang menempel di dinding tidak mau dibersihkan, dan akhirnya kau rela memenuhi tembok dengan cat. Tentu saja kecemerlangan dan kecantikanmu itu dimanfaatkannya.

Lelaki itu berbulan-bulan ongkang-ongkang di gubuknya bersama ibunya yang renta, yang sudah tidak tahu apa-apa, tentu denganmu yang baru pulang setiap malam dalam keadaan lelah setelah seharian bekerja di toko emas di kota, namun katamu suatu kali “lelahku buyar begitu bergulung dengannya…”

Cih! Aku muak. Aku ingin memuntahkan isi perutku, aku ingin memuntahkan pula semua kesadaran bahwa kau adalah kakakku. Kakak seorang guru muda. Aku malu memiliki saudara sepertimu. Di sekolah selalu ada gerenengan tentangmu di belakangku, di toko, dibalai desa, di pasar… apalagi hari ini, begitu penjual Koran mengecer dagangannya masuk desa.

“Kasus Fatimah! Fatimah tertangkap basah. Fatimah basah!” promosi tukang Koran seperti mengolok-olok.

Aku langsung teringat kakakku satu-satunya. Kamu. Tadi pagi rumah sepi, dua adik kita ikut ibu ke pasar. Sedang bapak menebang bambu di kampung sebelah. Kau rutin mengutil perhiasan di toko emas tempatmu bekerja, itu bukan barang murah, jutaan rupiah! Setelah berkali-kali selamat, sekarang jalan mursalmu buntu di jeruji besi.

“Karena saya kepepet. Perhiasan itu saya jual untuk membiayai ibu saya yang sakit-sakitan” wartawan menulis pengakuanmu. Kabar runyam tentang rumah tanggamu juga ditulisnya.

Apa yang bisa menutupi mukaku di depan teman-teman guru, murid dan tetangga? Menguar kisah yang memedihkan dari omongan orang-orang tentang masa lalu orang tua kita. Namun aku hanya diam.

“Keluarga pintar, tapi mursal”. Maki bu Atim pemilik toko sayuran.

“adiknya yang kecil kemarin ketangkap mengutil sandal di pasar, padahal di kelas jadi juara” . sahut seseorang di sebelahnya. Sebenarnya aku ingin membenarkan bahwa adikku tidak salah, dia tidak bermaksud akan mengambil, dia sudah lama menginginkan sandal, dan ingin menunjukkan sandal itu kepada ibu yang sedang berjualan, tapi memang cara adikku yang salah..

“Mbok ya inget Yu, bapak ibunya juga pinter”.

“Iya ya, mengapa bu Nunung berhenti mengajar, padahal dulu hidupnya makmur, sekarang malah jadi penjual klanting”. Ku dengar nama ibuku di sebut-sebut.

“Oalah… suaminya kan ketahuan korupsi di tempatnya mondok dulu, jadi pemborong pembangunan pondok. Waktu itu dia juga sedang mbangun rumah gedong. Rumah belum selesai sudah ketahuan belangnya”.

“O, begitu, jangan-jangan bu Nunung dulu juga korupsi uang muridnya”.

“Mungkin saja”.

“Eh, bukan! Mungkin bu Nunung dulu selingkuh dengan sesama guru. Lha sekarang Fatimah seperti itu”.

“Kalau begitu perpaduan dosa kedua orang tuanya.” Ha..ha..ha.. tawa berderai dari toko bu Atim, aku mendengar jelas, karena tepat di samping rumah.
“Sekarang bagaimana dengan adiknya yang mengajar itu?”
***

Fatimah, bapak tidak pernah mengancam memotong tangan anak-anaknya jika mencuri. Dan sabda Nabi pun tidak kau hiraukan. Juga perasaan orang yang kau rampas haknya, suamimu, majikanmu, bapak, ibu dan aku. Kecermelangan semua anggota keluarga kita memang sudah tekenal, sejak bapak ibu menikah, saat mereka berdua bersekolah, sampai ibu di angkat menjadi guru. Bapak menjadi santri pemborong dan melahirkan empat benih putra-putrinya yang tumbuh sampai seperti ini. Semuanya cerdas. Cemerlang. Tapi mengapa semakin hari kecermelangan ini terus mengeruh?
***

Biarlah ku kubur kenangan tentangmu kak. Meski sudah bebas dari penjara kau tetap seperti dulu, pulang ke rumah kekasihmu tanpa pernikahan, sedang bapak begitu terpukul, dia menyadari kekeliruannya karena telah memanjakanmu. Dan aku ingin menggusur kisah perih masa lalu keluarga kita dengan lelakiku yang sempat pergi, dia kembali untukku. Memang terasa berat membangun istana dari puing-puing kehancuran, tapi tetap ada kemungkinan. Ada lelakiku yang siap membimbing. Bagaimana denganmu kak?

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir