Siti Sa’adah
http://www.sastra-indonesia.com/
Bapak tidak pernah mengancang-ancangkan jika kita mencuri maka dia akan memotong tangan kita, apalagi untuk tanganmu yang indah mulus seperti gagang cangkul itu. Jikapun pernah, aku tidak akan mencuri kak. Bukan karena takut bendo ayah yang selalu dia bawa untuk menebang rumpun bambu untuk dianyam, bukan pula karena takut tanganku di potong polisi, toh tidak ada hukum potong tangan bagi pencuri di negara ini, namun karena aku takut kepada yang menciptakan tangan ini, aku takut benar. Sabda nabi bahwa dia akan memotong tangan putri tercintanya Fatimah jika mencuri, terus menggenang dalam ingatanku. Pernah terbersit untuk memiliki barang orang lain yang kusukai, tapi langsung terbayang olehku pemiliknya kecewa dan jelas aku mendzoliminya.
Aku tak berani merampas hak orang lain meski itu hal kecil seperti yang sering kau lakukan padaku sejak kecil. Mengambil lauk dipiringku saat ku tinggal mengambil minum, mengurangi jatah uang sakuku yang dipasrahkan ibu dan bapak kepadamu, sampai kau pisahkan aku dengan lelaki yang akan melamarku! Kau adalah tuan putri di keluarga, memarahimu sama saja menggores hatiku sendiri, karena bapak akan segera menikam kekesalanku dengan bentakannya, sedang untuk lelakiku, bapak percaya dustamu bahwa dia suka mempermainkan wanita! Begitulah, lama-lama kelakuanmu kubiarkan saja. Kesalahan yang berulang akan menjadi lumrah.
Kemursalanmu saat ini tidak hanya kepadaku sebenarnya, tetapi kepada ibu, bapak, bahkan suamimu yang kau tilap bersama lelaki lain dan sekarang berujung seperti ini!
”Dia hanya mempedulikan perutku. Batinku ini kesepian. Apalagi setiap mendengar cerita teman-temanku tentang kebiasaan pelayar memeluk wanita lain di rantau. Aku tak tahu apa yang dilakukan suamiku di pulau sana, Dik!”. Bantahmu waktu itu setelah aku tidak tahan untuk menegurmu. Begitu tahu kau tidak lagi pulang ke rumah gedong yang dibangun suamimu, tepat di samping rumah mertuamu.
Perasaan malu menjelma linggis yang menghujam keluarga di rumah, aku, ibu, ayah, mungkin juga dua adik kita yang masih ingusan.
“Pamitnya pulang kesini, si kecil kok di tinggal sampai seminggu?!” begitu adu mertuamu yang tandang ke rumah hendak menjemputmu. “Maaf ya Bu, Pak, dia sering pergi sehari sampai dua hari, katanya merawat njenengan berdua yang sedang sakit, tiap kali saya akan ikut selalu di larang, biar saya menjaga si kecil saja”. Lagi-lagi mertuamu menuturkan cerita yang tidak pernah terlintas di benakku. Kebohonganmu kepada suami dan mertuamu terkuak.
“Pacarmu itu kerja dimana?” tanyaku beberapa hari sebelum putusan talak melayang atas paksaan orang tua suamimu. Putus sudah aliran uang yang melimpah dari suamimu.
“Pabrik gula”.
“O”. Pasti pejabat pabrik pikirku. Aku tahu dari dulu seleramu sejak remaja, selalu berhasil menggaet lelaki kaya tanpa berkeringat, cukup dengan senyum dan rajuk manjamu. Aku tahu itu, begitu juga bapak sehingga beliau begitu bersemangat dan optimis menjodohkanmu dengan pelayar kaya, yang setiap pulang kerja seperti membawa harta karun dari laut. Kau akan hidup bahagia, begitu pertimbangan bapak untuk masa depan putri kesayangannya.
Hanya dua tahun, tubuhmu seperti gatal ditinggal suami berbulan-bulan, dia hanya beberapa hari di rumah menumpahkan oleh-oleh dan uang, setelah itu pergi lagi, membawa rindu yang belum sempat kikis untuk bersua denganmu. Ah, aku tahu benar dari sikap suamimu yang kalem itu, dia begitu menyayangimu. Tapi kau menindihnya dengan penghianatan.
“kau seperti itu karena kau belum menikah! Belum pernah ketagihan sentuhan lelaki! Guling di ranjangmu itu tidak bisa mendekapmu!” makianmu membungkam mulutku untuk terus mengingatkan.
“Dan satu lagi, kau tidak bisa membedakan kokoh peluk kekasihku dengan suamiku yang banci itu hahaha…”
Kebiasaan buruk yang kau semai sejak kecil sekarang memuncak sampai disini.
Begitu kokoh pendirianmu untuk menuruti cinta yang berawal dari penghianatan. Mungkin ada sensasi tersendiri yang kau rasakan saat bercinta dengan selingkuhan. Seperti di guyur hujan, rahimmu yang berbulan-bulan kerontang menanti suami.
Memang kekasihmu itu gagah. Pasti kau puas setiap bermain dengannya. Tidak peduli di atas amben reot dirumahnya. Inilah yang baru aku tahu, rupanya tubuh kekar kekasihmu itu bukan karena rutin gym seperti orang kantoran yang kaya, tetapi karena sejak kecil di latih menjadi kuli batu sampai menjadi buruh pabrik gula. Ah, bukankah dia tidak bekerja tiap bulan. Dia hanya pekerja borongan setiap giling tebu di mulai. Dan kecintaanmu itu membutakan. Kau seperti setitik cat yang menempel di dinding tidak mau dibersihkan, dan akhirnya kau rela memenuhi tembok dengan cat. Tentu saja kecemerlangan dan kecantikanmu itu dimanfaatkannya.
Lelaki itu berbulan-bulan ongkang-ongkang di gubuknya bersama ibunya yang renta, yang sudah tidak tahu apa-apa, tentu denganmu yang baru pulang setiap malam dalam keadaan lelah setelah seharian bekerja di toko emas di kota, namun katamu suatu kali “lelahku buyar begitu bergulung dengannya…”
Cih! Aku muak. Aku ingin memuntahkan isi perutku, aku ingin memuntahkan pula semua kesadaran bahwa kau adalah kakakku. Kakak seorang guru muda. Aku malu memiliki saudara sepertimu. Di sekolah selalu ada gerenengan tentangmu di belakangku, di toko, dibalai desa, di pasar… apalagi hari ini, begitu penjual Koran mengecer dagangannya masuk desa.
“Kasus Fatimah! Fatimah tertangkap basah. Fatimah basah!” promosi tukang Koran seperti mengolok-olok.
Aku langsung teringat kakakku satu-satunya. Kamu. Tadi pagi rumah sepi, dua adik kita ikut ibu ke pasar. Sedang bapak menebang bambu di kampung sebelah. Kau rutin mengutil perhiasan di toko emas tempatmu bekerja, itu bukan barang murah, jutaan rupiah! Setelah berkali-kali selamat, sekarang jalan mursalmu buntu di jeruji besi.
“Karena saya kepepet. Perhiasan itu saya jual untuk membiayai ibu saya yang sakit-sakitan” wartawan menulis pengakuanmu. Kabar runyam tentang rumah tanggamu juga ditulisnya.
Apa yang bisa menutupi mukaku di depan teman-teman guru, murid dan tetangga? Menguar kisah yang memedihkan dari omongan orang-orang tentang masa lalu orang tua kita. Namun aku hanya diam.
“Keluarga pintar, tapi mursal”. Maki bu Atim pemilik toko sayuran.
“adiknya yang kecil kemarin ketangkap mengutil sandal di pasar, padahal di kelas jadi juara” . sahut seseorang di sebelahnya. Sebenarnya aku ingin membenarkan bahwa adikku tidak salah, dia tidak bermaksud akan mengambil, dia sudah lama menginginkan sandal, dan ingin menunjukkan sandal itu kepada ibu yang sedang berjualan, tapi memang cara adikku yang salah..
“Mbok ya inget Yu, bapak ibunya juga pinter”.
“Iya ya, mengapa bu Nunung berhenti mengajar, padahal dulu hidupnya makmur, sekarang malah jadi penjual klanting”. Ku dengar nama ibuku di sebut-sebut.
“Oalah… suaminya kan ketahuan korupsi di tempatnya mondok dulu, jadi pemborong pembangunan pondok. Waktu itu dia juga sedang mbangun rumah gedong. Rumah belum selesai sudah ketahuan belangnya”.
“O, begitu, jangan-jangan bu Nunung dulu juga korupsi uang muridnya”.
“Mungkin saja”.
“Eh, bukan! Mungkin bu Nunung dulu selingkuh dengan sesama guru. Lha sekarang Fatimah seperti itu”.
“Kalau begitu perpaduan dosa kedua orang tuanya.” Ha..ha..ha.. tawa berderai dari toko bu Atim, aku mendengar jelas, karena tepat di samping rumah.
“Sekarang bagaimana dengan adiknya yang mengajar itu?”
***
Fatimah, bapak tidak pernah mengancam memotong tangan anak-anaknya jika mencuri. Dan sabda Nabi pun tidak kau hiraukan. Juga perasaan orang yang kau rampas haknya, suamimu, majikanmu, bapak, ibu dan aku. Kecermelangan semua anggota keluarga kita memang sudah tekenal, sejak bapak ibu menikah, saat mereka berdua bersekolah, sampai ibu di angkat menjadi guru. Bapak menjadi santri pemborong dan melahirkan empat benih putra-putrinya yang tumbuh sampai seperti ini. Semuanya cerdas. Cemerlang. Tapi mengapa semakin hari kecermelangan ini terus mengeruh?
***
Biarlah ku kubur kenangan tentangmu kak. Meski sudah bebas dari penjara kau tetap seperti dulu, pulang ke rumah kekasihmu tanpa pernikahan, sedang bapak begitu terpukul, dia menyadari kekeliruannya karena telah memanjakanmu. Dan aku ingin menggusur kisah perih masa lalu keluarga kita dengan lelakiku yang sempat pergi, dia kembali untukku. Memang terasa berat membangun istana dari puing-puing kehancuran, tapi tetap ada kemungkinan. Ada lelakiku yang siap membimbing. Bagaimana denganmu kak?
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar