Romi Febriyanto Saputro
http://www.suaramerdeka.com/
TINDAK pornografi di Indonesia makin menyedihkan. Selain hasil riset kantor berita AP yang menempatkan Indonesia sebagai sorga pornografi nomor dua setelah Rusia, pornografi sudah menyatu menjadi perilaku masyarakat. Penelitian yang dilakukan Pusat Studi Hukum Universitas Islam Indonesia menyebutkan sekitar 15 persen dari 202 responden remaja berumur 15 - 25 tahun sudah melakukan hubungan seks, karena terpengaruh oleh tayangan pornografi melalui internet, VCD, TV dan bacaan pornografi. Dari penelitian tersebut juga terungkap 93,5 persen remaja telah menyaksikan VCD porno dengan alasan sekadar ingin tahu 69,6 persen dan alasan lain hanya 18,9 persen.
Fenomena seperti itu tentu saja sangat memprihatinkan kita semua, terlepas dari validitas dan obyektifitas penelitian tersebut. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, pornografi dalam pengertian sekarang adalah penyajian tulisan, patung, gambar, foto, gambar hidup (film) atau rekaman suara yang dapat menimbulkan nafsu birahi dan menyinggung rasa sosial masyarakat. Pornografi semula mengacu pada karya-karya sastra Yunani Kuno yang menggambarkan tingkah laku pelacur. Dalam bahasa Yunani Kuno, porne artinya pelacur dan graphein artinya menulis.
Dalam bahasa Inggris, ada istilah obscenity selain pornographi. Obscenity mengacu kepada segala sesuatu yang tidak senonoh, mesum dan melanggar kesopanan. Tetapi undang-undang menentang obscenity hanya di Amerika Serikat dan Inggris hanya berlaku untuk ketidaksopanan di bidang seksual.
Masyarakat Yunani Kuno yang berpandangan naturalistis tidak menganggap seks atau hubungan seks secara terang-terangan sebagai sesuatu yang mesum. Kaum wanitanya suka memuji patung priapus sebagai dewa kesuburan. Patung itu berupa kepala seorang lelaki yang berjanggut yang diletakkan di atas sebuah alas dan di tengah alas terdapat alat kelamin laki-laki.
Dalam masyarakat Romawi Kuno terdapat lukisan-lukisan di dinding kuil Pompeii yang menggambarkan cara-cara bersenggama. Lukisan-lukisan ini merupakan bukti sejarah tentang pornografi dalam kebudayaan Romawi Kuno.
Pada zaman itu, terkenal Ars Amatoria (Seni Cinta Asmara), karya sastrawan Ovidus, yang terdiri atas tiga jilid dan membahas secara rinci cara-cara merayu, menggoda dan merangsang nafsu seks (Alex E Rachim, 1997)
Pornografi tersebar ke Eropa pada abad pertengahan, dengan selera rendah, berupa teka teki lelucon dan syair pendek berisi sindiran. Yang terkenal adalah cerita Decameron karya Giovanni Boccaccio yang berisi sekitar 100 cerita tak senonoh. Penemuan alat cetak memberi kesempatan bagi penyebaran buku-buku cerita pornografis.
Cerita-cerita itu berisi humor dan hubungan asmara yang ditulis untuk tujuan menghibur atau merangsang birahi pembaca. Kemudian di Eropa muncul karya-karya modern pertama yang tidak mengandung nilai sastra dan bertujuan hanya merangsang birahi. Yang terkenal dari zaman itu di Inggris adalah buku Fanny Hill; or Memoirs of a Woman of Pleasure (1749) oleh John Cleland.
Penyebaran pornografi menjadi sulit dibendung ketika kemudian ditemukan fotografi dan gambar hidup (film). Sejak Perang Dunia II, pornografi dalam bentuk tulisan mendapat saingan besar dari penyajian secara terang-terangan tingkah laku erotis (cabul) dalam bentuk visual.
Selama beberapa dasawarsa belakangan ini tumbuh pula industri porno dengan pesat di sejumlah negara maju dan diperkirakan menghasilkan 7 miliar dolar AS setahun. Yang diproduksi industri juga mencakup berbagai obat dan alat bantu pemuas hubungan seksual.
Telah Membudaya
Menurut Yasraf Amir Piliang (1998), perkembangan masyarakat kapitalisme global abad ke-21 ini ditandai oleh dua logika, yaitu logika pelepasan nafsu (libido) dan logika kecepatan, yang keduanya sangat potensial bagi kebangkrutan sosial.
Kapitalisme global tidak lagi sekadar berkaitan dengan ekspansi kapital, teritorial dan pasar, tetapi kini lebih berkaitan dengan ekspansi arus libido dan perkembangan getaran nafsu. Alquran melukiskan kondisi ini dalam Surat Muhammad (47) ayat 12, “Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka akan seperti makannya binatang-binatang?”
Masyarakat kita tampaknya telah terkontaminasi oleh cara hidup materialisme dan hedonisme, yang memaknai hidup ini dengan tolok ukur materi dan sekadar mencari kesenangan belaka. Dengan mengabaikan moralitas, akhlak sebagai insan beragama dan etika sosial masyarakat.
Suka atau tidak suka haruslah diakui pornografi dan pornoaksi telah menjadi budaya dalam masyarakat kita, sebagaimana virus korupsi, kolusi dan nepotisme. Semenjak Indonesia memasuki era reformasi pornografi tumbuh berkembang.
Begitu kran kebebasan pers dibuka, media-media porno mulai berkembang dan ironisnya memperoleh sambutan yang hangat dari masyarakat. Kalau sebelum era reformasi, masyarakat masih malu-malu dengan sesuatu yang berbau pornografi, maka dalam era reformasi ini masyarakat tampaknya sudah tidak tahu malu lagi.
Layar televisi kita setiap hari selalu dipenuhi oleh tayangan-tayangan yang berbau dan berjiwa porno, baik dalam bentuk hiburan, musik, film, sinetron maupun iklan. Dengan alasan sesuai dengan selera masyarakat.
Goyang ngebor salah seorang penyanyi kita telah menimbulkan inspirasi bagi penyanyi yang lain sehingga lahirlah yang namanya goyang ngecor, goyang patah-patah , goyang kayang dan lain-lain cabang goyang erotis.
Yang lebih memprihatinkan lagi sebagian besar dari acara televisi yang bernuansa erotis itu memiliki rating yang cukup tinggi, yang berarti merupakan indikasi sebagian besar masyarakat kita menyukai tayangan erotisme. Belum lagi dengan dunia periklanan kita yang menggunakan daya tarik erotisme wanita untuk menjual produknya.
Ataupun menggunakan kata-kata yang mengandung imajinasi dan nada bicara yang erotis. Maka tidaklah mengherankan jika iklan sepeda motor dan mi instan pun menggunakan pesona wanita seksi. Seolah takut ketinggalan dunia olah raga kitapun juga dilanda oleh budaya erotisme, misalnya olahraga tinju selalu diselingi oleh lenggak lenggok wanita cantik berpakaian seksi.
Dalam Alquran secara tegas Allah SWT melarang segala perilaku yang dapat mendekati zina termasuk pornografi, pornoaksi, prostitusi dan segala bentuk variannya.
Allah berfirman dalam Surat Al Isra (17) , ayat 32, “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” Dari firman ini jelas sekali Allah melarang hamba-hambaNya dari perbuatan zina, mendekatinya, dan berinteraksi dengan hal-hal yang dapat menimbulkan atau menyeret kepada perzinaan.
Pesan moral dalam Alquran tampaknya sudah banyak diabaikan oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar (mengaku) beragama Islam. Dengan berbagai dalih seperti kebebasan berekspresi, seni dan relatifitas difinisi pornografi, mereka larut dalam perbuatan yang jika disadarinya sesungguhnya mende-kati zina.
Yang lebih mengherankan lagi ketika ada RUU Anti Pornografi, banyak kalangan yang menganggapnya sebagai sesuatu yang kontroversial. Menurut sejumlah kalangan institusi negara tidaklah perlu terlalu jauh mengurusi pornografi yang masih belum jelas batasannya, lalu kalau begitu apa fungsi didirikannya Republik Indonesia ini ? Jika institusi negara tidak lagi dapat mendidik dan mengatur masyarakatnya, maka yang timbul hanyalah masyarakat yang terdegradasi moral dan akhlaknya yang pada akhirnya akan menimbulkan kebangkrutan sosial.(33)
-Romi Febriyanto Saputro, pustakawan Kantor Perpustakaan Kabupaten Sragen
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar