Abdullah Khusairi
Jawa Pos,19 Okto 2008
Selangkah lagi cita-citaku untuk melanjutkan kuliah S-2 tercapai. Beasiswa dari Laiden itu jawaban pasti dari gelora di dada selama ini. Semua seperti sudah di depan mata. Tak lagi aku perlu berangan-angan dari waktu ke waktu seperti Pungguk yang terus merindukan bulan.
''Mak, aku dapat beasiswa kuliah S-2 dan mungkin juga S-3 di Belanda.'' Aku kirim pesan pendek ke handphone adikku, Rai, di Sawahlunto. Aku yakin akan disampaikannya kepada emak.
''Selamat. Semoga sukses selalu,'' begitu balasan pesan pendek itu datang. Ya, aku bahagia mendengar jawabannya. Walau sebenarnya aku ingin jawaban yang lebih; boleh atau tidak aku pergi kuliah di negeri kincir angin itu. Ah, biasanya Rai sedang tak di rumah.
***
Jika saja ayah masih hidup, pastilah ia amat bangga mendengar berita kesuksesan ini. Dan, tentu akan mengizinkan dengan senang hati. Karena ayah sadar betul tentang pentingnya pendidikan untuk anak-anaknya. Ia pernah menyatakan, biarlah ayah dan ibu bekerja keras, yang penting kami anak-anaknya selalu belajar dengan rajin. Tapi, ayah tak ada lagi, telah pergi ke kampung orang mati. Hidup di sana bersama dengan yang lain. Sebuah perkampungan yang sepi.
Dan, aku juga ingin jawaban; emak begitu mengizinkan dan akan selalu mendoakan untuk kesuksesanku. Tapi emak, mungkinkah ia mengizinkan?
***
Kepastian aku akan berangkat dua bulan lagi datang dari Pak Yulizal Yunus, dekan Fakultas Ilmu Budaya tempat aku mengajar.
''Saudari Fiani, kau harapan dari fakultas ini untuk antropologi dan politik.'' Begitu komentar Pak Yuyu, demikian kami se-fakultas memanggilnya. Setelah memberikan ucapan selamat dan menandatangani seluruh rekomendasi, Pak Yuyu juga mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu untukku. Aku menolak, tetapi ia memaksa agar aku menerimanya. Apa boleh buat, aku harus menerimanya dengan malu-malu mengucapkan terima kasih. Lalu aku berlalu dari ruangannya.
Sebenarnya, beasiswa dari perguruan tinggi dari negeri Belanda itu cukup banyak. Hanya saja, selain persaingan yang ketat, memang kemampuan berbahasa asing dan wawasan keilmuan haruslah melebihi di atas rata-rata.
Aku memang termasuk perempuan yang berambisi untuk mendapatkan beasiswa. Selain rajin membuka situs internet khusus mencari informasi beasiswa, aku juga punya kenalan di beberapa institusi di Belanda. Seperti Bang Suryadi, yang rajin mengirim kabar lewat email kepadaku. Dia staf pengajar di mana aku nanti akan melanjutkan kuliah. Dia sudah belasan tahun tinggal di sana.
''Pokoknya jangan kuatir untuk hidup di sini. Semuanya menarik untuk dipelajari dan dicermati.'' Begitu salah satu tulisan Bang Suryadi kepadaku. Ia juga mengucapkan selamat atas keberhasilanku menjadi mahasiswa di Universitas Leiden.
Rasa cawan di tepi bibir. Aku tak tahan lagi ingin segera berangkat. Tetapi masih terlalu lama. Satu bulan lagi. Dan, setidaknya aku harus pulang untuk pamit kepada keluarga dan kaum kerabat di kampung halaman. Sebuah kampung kecil di lintasan Sumatera, bernama Silungkang. Sebuah kampung yang pada masa pergerakan melawan Belanda menjadi pusat peperangan. Sebelum ada pergerakan kemerdekaan, pada dekade 1880, kampungku itu adalah pusat pemerintahan Belanda. Begitulah yang aku tahu tentang kampung halamanku. Dan, kakek dari kakekku menurut cerita, punya peran penting dalam pemerintahan Belanda. Walau akhirnya membelot dan menjadi pemasok karaben (jenis senjata api) pada waktu itu. Sayangnya, tak ada arsip tertulis tentang ini. Kata orang, arsip terlengkap di dunia itu ada di museum Belanda, aku berminat untuk mencarinya nanti.
Waktu aku kecil pernah melihat benda itu dipegang oleh paman, setelah itu raib entah ke mana. Karena rumah tua kaum kami roboh dan didirikan rumah baru di atasnya. Rumah itu, adalah rumah pamanku.
***
Aku berniat untuk pulang, minta izin berangkat ke negeri impian para sejarawan itu. Setidaknya, aku harus berada di rumah, dua atau tiga hari di rumah. Tetapi, susahnya, jadwal menjelang berangkat amat padat. Dua minggu lagi akan masuk jadwal ujian semester untuk mahasiswa yang aku ajarkan. Tentu aku harus menyiapkan materi ujian, lalu memeriksa hasil ujian dan memberi nilai kepada mereka.
Sedangkan pada masa libur tenang aku harus ke Bukittinggi, jadi pembicara seminar Sejarah Boekittinggi Masa Belanda yang digelar sebuah universitas swasta di sana. Sementara itu, persiapan paspor dan segala macam surat-menyurat, mulai dari rektor, departemen dan kedutaan belum semua selesai. Sungguh, kini aku dihadapkan setumpuk tugas penting.
Soal tugas yang setumpuk itu, aku tidak pernah mengeluh. Sebab, aku justru kadang-kadang bingung kalau hanya melakukan pekerjaan rutin. Hanya saja, menyelip jadwal untuk pulang kampung memang selalu susah. Apalagi ia jarang menjadi prioritas. Aku memang malas pulang kalau tidak penting sekali. Bukan apa-apa, di kampungku, aku tak lagi punya teman sebaya. Kalau pulang, paling-paling bertemu ibu lalu bercerita panjang lebar. Itupun kalau dihitung hanya membutuhkan beberapa jam saja. Tak heran, bila aku pulang ke Silungkang, aku sering suntuk sendiri. Lebih-lebih Rafi sudah jarang di rumah. Ia sudah punya usaha yang makin maju. Pulang ke rumah kalau waktu makan tiba saja. Itupun kalau ibu memasak masakan kesukaannya. Oleh karenanya, bagiku, pulang hanyalah sesuatu yang tak penting pada hari-hari biasa. Kecuali kalau Lebaran atau libur panjang.
***
Waktu terus bergerak. Hari keberangkatan itu rasanya amat dekat. Sebagian tugas dan surat-menyurat sudah beres. Kini, aku banyak menyiapkan wawasan tentang Kebelandaan. Selain membaca bahan-bahan yang sudah lama aku kumpulkan, aku juga mencari informasi terbaru yang sedang dibicarakan di Belanda. Mulai dari Ruud Gullit hingga Kluiver dan Ronaldo. Ya, bintang lapangan hijau itu menyita perhatianku.
Kadang-kadang aku ini lucu, sepak bola Belanda juga jadi perhatian. Tapi, aku pikir ini tidak salah, toh kini begitu banyak perempuan gila bola ketika olehraga satu ini masuk ranah industri dan selebritas. Lihat saja, para bintang lapangan hijau itu juga banyak digandrungi perempuan. Tak salah memang, mereka juga layak jadi bintang di luar lapangan. Poster di kamarku pun seorang bintang Christian ''Bobo'' Vieri.
Agaknya, aku benar-benar telah jatuh hati dengan negeri itu. Apakah itu ada sangkut-paut dengan kampung halamanku yang pernah menjadi tempat hidup orang-orang Belanda yang bertugas di sana? Atau apa ada hubungan dengan batu bara di Sawahlunto, yang ditemui oleh orang Belanda paro abad ke-19 itu? Ah, aku makin jauh saja berkhayal sejak menerima kepastian lulus tes beasiswa itu. Semua hal tentang Belanda dalam kepalaku rasanya belum cukup mampu untuk menyambut kehadiranku di sana nanti.
Aku tak mau terjadi hal-hal yang memalukan. Aku benar-benar takut itu terjadi. Aku pernah membaca bagaimana pengalaman pertama orang-orang Indonesia ketika belajar di negeri seribu museum itu. Mulai dari tata transportasi sampai berbelanja. Mulai dari pengetahuan soal musim sampai persiapan yang harus dipenuhi untuk menghadapinya. Semua aku pelajari dengan seksama. Tak ada kata-kata untuk menyerah untuk itu. Itulah cara dan tekadku sejak kecil.
''Kenapa orang Belanda itu maju dan cerdas? Karena tekun belajar. Kenapa mereka sampai menemukan batu bara di Sawahlunto? Karena mereka orang-orang pintar,'' begitu nasehat ayah yang masih terngiang.
Begitulah cara ayah mengajar aku dulu. Ayah amat keras kalau soal pendidikan. Ia orang yang sadar akan kemajuan karena pendidikan. Diam-diam aku bersyukur punya ayah yang keras mengajar aku dulu. Walau dulu terasa pahit, ternyata sekarang manis rasanya. Coba saja kalau ayah tidak begitu, mungkin aku tak bisa menjadi staf pengajar seperti sekarang. Pastilah aku hanya menjadi ibu rumah tangga yang tua sebelum waktunya.
Ayah terus mendorong semangat belajarku. Sehingga aku selalu juara di kelas. Mendapat hadiah di akhir menerima raport. Sayang, ayah terlalu cepat pergi karena sakit yang dideritanya. Kalau saja ayah masih ada, aku sudah jadi staf pengajar, tentu aku mampu membawanya ke rumah sakit yang lebih canggih. Inilah sesal yang kadang-kadang melintas di benakku. Sesal yang tak berguna lagi. Basi.
***
Benar. Aku tak dapat pulang ke Silungkang. Selain hanya terpatri pada niat, aku memang tak sedikit pun membuat usaha agar bisa meluangkan waktu untuk bisa pulang hanya sebentar saja. Kini aku telah di ruang tunggu, menunggu keberangkatan. Transit di Changi Internasional Airport Singapura dan langsung ke Belanda. Aku senang membaca berulang-ulang sebuah nama Fiani Nuraini, Ms, tertera di tiket pesawat. Nama yang indah pemberian ayah.
''Kata emak, kakak anak perempuan. Umur kakak sudah berkepala tiga. Emak ingin kakak menikah dulu.''
Aku lemas seketika setelah membaca pesan pendek dari Rai. Bersamaan dengan itu, panggilan dari operator penerbangan agar penumpang menaiki pesawat telah terdengar.
Aku, ruang tunggu, langit biru, dan orang-orang yang berlalu, seperti memaksaku untuk tetap termangu. Diam di antara dua pilihan pahit. Ke mana harus berguru ketika terhenti di simpang ragu? Deru mesin pesawat terasa menghantam dadaku. Tenggorokanku kering, pandanganku nanar. (*)
-------------------
Minangkabau Internasitonl Airport, Juni 2007
*) Kado buat Andinda Dyan Nurdin Sumenep di Surabaya
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 19 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar