(Catatan Pementasan di Desa Maibit, Kecamatan Rengel-Tuban pada 23 Januari 2012)
Sabrank Suparno *
http://sastra-indonesia.com/
Ketika para aktor Negri Sungsang ikut berdiskusi seusai pementasan di desa Jono, personel KSI yang lain membongkar properti. Setelah dirasa perlengkapan terselesaikan, seluruh awak KSI berpamitan kepada tuan rumah. Secara tekhnis tidak ada perbedaan dengan kedatangan di Jono, begitu sampai di Balai Desa Maibit, Kecamatan Rengel-Tuban jam 24.30 malam, beberapa awak rombongan membantu setting panggung dan lighting. Persis ketika di Jono, dengan harapan esok harinya waktu hanya untuk istirahat total, kecuali jalan-jalan dan atau tugas lain yang terjadwal.
1. Penyuluhan Pertanian
Agenda pementasan di Maibit berbeda dengan di Jono, di mana selain jam pementasan, KSI juga memberi pelayanan sebatas kemampuan yang dipunyai beberapa personel. Sehingga bekerjasama dengan panitia setempat termasuk menyepakati pengadaan workshop musikalisasi puisi serta penyuluhan pertanian.
Tepat jam 09.00, mBah Catur mengisi acara penyuluhan pertanian kepada sekitar 25 perwakilan petani desa Maibit. Dalam paparannya, Catur mengulas hasil-hasil riset yang telah dibuktikan di area sawahnya. Yakni terkhusus mempraktekkan pembuatan insektisida dan pupuk alami.
Menurut Catur, kondisi kesuburan tanah di Indonesia cukup memprihatinkan. Itu tersebab pengaruh pupuk kimia sejak masa Orde Baru yang perlahan berpengaruh buruk pada tingkat kesuburan tanah. Indikasi penurunan kesuburan, tanah menjadi kelang. Penanggulangan yang efektif dengan cara mengolah bahan alamiah seperti bentol gedebok pisang, kotoran ternak baik tai atau air kencing, daun trembesi dll. Sedangkan untuk insektisida buatan bisa memfungsikan: daun mimbo, daun srikoyo, tembakau, gadung, kunir, cabe besar dan kecil serta akar tuba. Hingga titik jam 11.00, Catur mempraktekkan peramuan insektisida alami di hadapan petani.
Secara umum Catur menyontohkan peminum pemula yang satu sloki saja sudah teler. Namun karena terlalu sering, tubuh peminum menjadi kebal, sehingga meminum habis 5 botol pun tidak akan mampan. Begitu juga kondisi tanah dan hama di Indonesia, dengan insektisida yang cc kimianya kian meningkat, hama tetap kebal dan merusak tanaman. Penyebab utamanya adalah sistem kapitalisme pertanian yang sekedar memayukan produk pupuk, obat dan benih tanpa berfikir efek samping kelangsungan tanah. Sehingga jika sistem tersebut tidak segera dirombak akan mewariskan kondisi tanah mati pada anak cucu kelak. Ditambah lagi terputusnya ekosistem sawah karena ular dan burung elang pemangsa tikus banyak ditangkap. Juga tidak digunakannya perhitungan pranoto mongso yang menajamkan kapan waktu yang tepat menanam, sehingga pertumbuhan padi misalnya tidak berbarengan dengan musim hidup si wereng. Pada kondisi tanah berkesuburan normal seperti yang ada di Jawa Barat, padi mampu menghasilkan 14 ton / ha.
2. Workshop Musikalisasi Puisi
Menginjak jam 15.10, Ragil Sugriwul (penyair Malang) dan Lek Mujib atau yang di kalangan seniman akrab dipanggil Kaji Bobi memandu workshop musikalisasi puisi. Di hadapan peserta workshop yang rata-rata siswa SMA, MA. MTS dan beberapa sanggar teater sekitar kecamatan Rengel serta karangtaruna desa Maibit, Ragil dan Lek Mujib memaparkan pertanyaan mendasar mengenai musikalisasi puisi dari segi apa sesungguhnya, bagaimana, dan mengapa. Pertanyaan tersebut penting agar memfokus pada persoalan yang diinginkan peserta workshop. Ibaratnya sebelum jauh berdebat mengenai jempol kaki, harus dipilah dulu jempol kaki yang mana dimaksut. Jangan sampai, kadung terjadi perdebatan ngalor-ngidul, ternyata yang dimaksud adalah jempol kaki kanan, tuwas engkel-engkelan. Hihihi.
Karena tidak ada tanggapan yang signifikan dari peserta, akhirnaya Lek Mujib menggeser peserta workshop untuk merapat ke perangkat gamelan di pendopo balai desa. Lek Mujib dan Ragil menyontohkan cara mengaransemen puisi dengan bunyi gamelan. Bahwa puisi dan musik yang meskipun kedengarannya berbeda bentuk namun satu tujuan. Bukan seperti suami-istri yang terbalik, kelihatannya bersama tetapi menjalani hidup berseberangan.
Puisi ’Do’a’ yang ditulis Sosiawan Leak dalam antologi Umpatan misalnya, jika dimusikalisasipuisikan harus ada tekanan tinggi-rendahnya aransemen menginjak bait-bait tertentu. Begitulah puisi Do’a diaransmen selama workshop hingga tuntas.
3. Mandi ke Sendang Maibit
Sebutan Maibit adalah nama danyang desa setempat yang dikenal dengan sebutan mBok Lanjar. Yakni julukan wanita Jawa yang sudah menikah dan belum sempat melakukan MP (Malam Pertama), kemudian sang suami meninggal dunia. Lalu wanita tersebut tidak menikah lagi hingga akhir hayat. Wanita Lanjar di desa setempat dulu bernama mBok Maibit. Hihihi, jadi ingat sub bab novel Albert Camus.
Menjelang pukul 17.00, seluruh rombongan Nergi Sungsang mengunjungi Sendang Maibit yang berjarak sekitar 500 meter dari balai desa. Sengaja berkunjung mapak surup sebab kebanyakan anggota berencana mandi, berdeburan merasakan genangan air bening dari sumber sumur abadi yang berlobang sekitar 20 meter dari sendang. Satu kubangan kolam dipergunakan khusus bagi warga laki-laki desa setempat, sedang satu kubangan lagi dibangun mBelik berpagar dinding tembok setinggi satu meter-an khusus untuk mandi kaum wanita. Ada sekitar 5 pohon raksasa di tepian danau / sendang, Saya yang tidak ikut mandi, memilih duduk santai di akar pohon sambil menulis puisi.
Sendang Maibit
di cerung pohon raksasa
kekar tinggi menjulang
dan entah sampai kapan?
lekuk akar menggurat sejarah
mencakar tepian sendang
sepertinya mBok Lanjar berdiri
tangan doanya mencakar langit
“ini bukanlah tinggalan nenek moyang
melainkan hak anak cucu
berteduh di bawah rindang”
(Sendang Maibit, Rengel Tuban, 23 Januari 2012)
Di sendang itulah tempat nyadran warga sekitar, seperti pada malam Rabu Wekasan kemarin (Hari Rabu di akhir bulan Sapar: Jawa) warga Maibit membikin tumpeng dan kenduri bersama di sendang tersebut. Uniknya, tumpeng dibuat berdasarkan posisi rumah menghadap. Rumah yang menghadap ke timur, harus membawa tumpeng yang berbeda jenis dengan rumah yang menghadap ke utara, selatan dan barat.
Sendang Maibit mengingatkan Saya pada Telaga Kintamani di Kabupaten Bangli-Bali. Atau juga Telaga Ngebel di kawasan timur perbukitan Kabupaten Ponorogo yang pada 10 Juli 2011 lalu Saya, Nurel Javissyarqi, Sutejo (Dosen Sastra STKIP Ponorogo), Maman S. Mahayana (Kritikus Sastra) sempat makan malam bersama di Rumah Makan ‘Telogo Asri’, kawasan wisata kuliner yang mulai marak mengelilingi telaga. Potensi yang sama dengan Telaga Kintamani atau Telaga Ngebel barangkali bisa dihidupkan Dinas Pariwisata Tuban sebagai sentra ekonomi rakyat.
4. Sekilas Pementasan Negri Sungsang
Sebelum pementasan Negri Sungsang, Karang Taruna desa setempat mempersembahkan 4 nomor tembang campursari-an setelah pementasan Tari Sri Penganti (tarian khas Tuban) yang dimainkan anak anak desa Maibit. Perlu diacungi jempol kegigihan Karang Taruna desa, sebab latihan memukul gamelan baru 4 kali pertemuan. Tetapi bisa serempak mengiringi pesinden yang menyanyi di hadapan warga. Keinginan Karang Taruna Maibit untuk berlatih karawitan terdorong rasa ingin melestarikan kesenian tradisional sekaligus mewarisi perangkat gamelan milik almarhum Ki Dalang Sapak yang meninggal karena kecelakaan. Sambutan dari tuan rumah dipungkasi dengan sambutan kepala desa.
Berbeda dengan di Jono yang masih bisa membentuk beghround leter U walau 5 m/2, di Maibit hanya memungkinkan beghround Tapal Kuda. Artinya bisa diterka bahwa penonton akan mengelilingi pementasan persis tanggapan ludruk.
Ada sekitar 600 penonton di Maibit, sedikit lebih banyak dibanding dengan di Jono. Namun tingkat suara yang menyauti dialog pemain relatif minim. Saya sebagai pemeran Ki Bolo Sewu digantikan rekan Jiren (awak Teater Roda Lamongan yang sering latihan bersama) supaya ada warna berbeda. Saya yang riwa-riwi menangkap berbagai komentar penonton. Termasuk di antaranya, “opo ngerti wong ndeso disuguhi tontonan semacam ini?” Ada anak kecil yang ketakutan dengan jedar-jederrr pecutnya si tokoh Sampok hingga ia menangis. Di belakang panggung, Saya ditanya segerombolan siswa SMA yang memertanyakan, “mas, ini tontonan apa?” Saya menjelaskan kalau itu teater atau drama yang digabung dengan seni tradisi Jaran Dor. Secara umum sama dengan penonton di Jono, mereka menganggap pementasan Negri Sungsang adalah jaranan yang memakai lakon. Namun pementasan di Maibit, Cak Sinyo sebagai tim pengendali lighting harus berusaha keras memindah kabel ke stop kontak karena ada perangkat kabel yang kobong.
5. Diskusi Usai Pementasan
Peserta diskusi di Maibit yang terbanyak diikuti komunitas teater SMA, MA sekitar. Vera menanyakan apa maksut dari anding Negri Sungsang yang Kelopak kok disangga oleh dua aktor yang menjadi simbol orang desa? Sementara penanya lain menilai terjadi penyampuran antara peran serius dengan peran anekdot yang diperankan Ki Bolo Siji dan Bolo Sewu. Rakan Wawan, seorang penanya yang memakai kaos Bang Bang Wetan meminta kejelasan alur naskah Negri Sungsang. Wawan menyaksikan Negri Sungsang di Maibit karena diajak teman, dan dia tidak tahu kalau ternyata dalam pementasan itu akhirnya bertemu dengan Saya, Lek Mujib dan Cak Likun. Sementara PakDe Uban yang terus mengamping pementasan Negri Sungsang menanyakan perihal apa yang menjadi pemantik semangat KSI, sebab proses Negri Sungsang terdapat aktor yang berbeda tempat dan jenjang pendidikan. Wulan misalnya yang memerankan Nyai Ayu Kesuma adalah mahasiswa semester dua di salah satu Universitas Tulungagung. Sedang Mahendra yang memerankan Baginda Pemimpin masih SMA kelas dua di Jombang. Itulah yang mengilhami arti Suket pada KSI, Suket yang berarti Sulit Ketemu kemudian menjadi Sukur Ketemu.
*) Peserta Temu Sastra Jatim 2011. Pemeran Ki Bolo Sewu. /26 Januari 2012
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar