Jumat, 27 Januari 2012

Gerilya Negri Sungsang II

(Catatan Pementasan di Desa Maibit, Kecamatan Rengel-Tuban pada 23 Januari 2012)
Sabrank Suparno *
http://sastra-indonesia.com/

Ketika para aktor Negri Sungsang ikut berdiskusi seusai pementasan di desa Jono, personel KSI yang lain membongkar properti. Setelah dirasa perlengkapan terselesaikan, seluruh awak KSI berpamitan kepada tuan rumah. Secara tekhnis tidak ada perbedaan dengan kedatangan di Jono, begitu sampai di Balai Desa Maibit, Kecamatan Rengel-Tuban jam 24.30 malam, beberapa awak rombongan membantu setting panggung dan lighting. Persis ketika di Jono, dengan harapan esok harinya waktu hanya untuk istirahat total, kecuali jalan-jalan dan atau tugas lain yang terjadwal.

1. Penyuluhan Pertanian

Agenda pementasan di Maibit berbeda dengan di Jono, di mana selain jam pementasan, KSI juga memberi pelayanan sebatas kemampuan yang dipunyai beberapa personel. Sehingga bekerjasama dengan panitia setempat termasuk menyepakati pengadaan workshop musikalisasi puisi serta penyuluhan pertanian.

Tepat jam 09.00, mBah Catur mengisi acara penyuluhan pertanian kepada sekitar 25 perwakilan petani desa Maibit. Dalam paparannya, Catur mengulas hasil-hasil riset yang telah dibuktikan di area sawahnya. Yakni terkhusus mempraktekkan pembuatan insektisida dan pupuk alami.

Menurut Catur, kondisi kesuburan tanah di Indonesia cukup memprihatinkan. Itu tersebab pengaruh pupuk kimia sejak masa Orde Baru yang perlahan berpengaruh buruk pada tingkat kesuburan tanah. Indikasi penurunan kesuburan, tanah menjadi kelang. Penanggulangan yang efektif dengan cara mengolah bahan alamiah seperti bentol gedebok pisang, kotoran ternak baik tai atau air kencing, daun trembesi dll. Sedangkan untuk insektisida buatan bisa memfungsikan: daun mimbo, daun srikoyo, tembakau, gadung, kunir, cabe besar dan kecil serta akar tuba. Hingga titik jam 11.00, Catur mempraktekkan peramuan insektisida alami di hadapan petani.

Secara umum Catur menyontohkan peminum pemula yang satu sloki saja sudah teler. Namun karena terlalu sering, tubuh peminum menjadi kebal, sehingga meminum habis 5 botol pun tidak akan mampan. Begitu juga kondisi tanah dan hama di Indonesia, dengan insektisida yang cc kimianya kian meningkat, hama tetap kebal dan merusak tanaman. Penyebab utamanya adalah sistem kapitalisme pertanian yang sekedar memayukan produk pupuk, obat dan benih tanpa berfikir efek samping kelangsungan tanah. Sehingga jika sistem tersebut tidak segera dirombak akan mewariskan kondisi tanah mati pada anak cucu kelak. Ditambah lagi terputusnya ekosistem sawah karena ular dan burung elang pemangsa tikus banyak ditangkap. Juga tidak digunakannya perhitungan pranoto mongso yang menajamkan kapan waktu yang tepat menanam, sehingga pertumbuhan padi misalnya tidak berbarengan dengan musim hidup si wereng. Pada kondisi tanah berkesuburan normal seperti yang ada di Jawa Barat, padi mampu menghasilkan 14 ton / ha.

2. Workshop Musikalisasi Puisi

Menginjak jam 15.10, Ragil Sugriwul (penyair Malang) dan Lek Mujib atau yang di kalangan seniman akrab dipanggil Kaji Bobi memandu workshop musikalisasi puisi. Di hadapan peserta workshop yang rata-rata siswa SMA, MA. MTS dan beberapa sanggar teater sekitar kecamatan Rengel serta karangtaruna desa Maibit, Ragil dan Lek Mujib memaparkan pertanyaan mendasar mengenai musikalisasi puisi dari segi apa sesungguhnya, bagaimana, dan mengapa. Pertanyaan tersebut penting agar memfokus pada persoalan yang diinginkan peserta workshop. Ibaratnya sebelum jauh berdebat mengenai jempol kaki, harus dipilah dulu jempol kaki yang mana dimaksut. Jangan sampai, kadung terjadi perdebatan ngalor-ngidul, ternyata yang dimaksud adalah jempol kaki kanan, tuwas engkel-engkelan. Hihihi.

Karena tidak ada tanggapan yang signifikan dari peserta, akhirnaya Lek Mujib menggeser peserta workshop untuk merapat ke perangkat gamelan di pendopo balai desa. Lek Mujib dan Ragil menyontohkan cara mengaransemen puisi dengan bunyi gamelan. Bahwa puisi dan musik yang meskipun kedengarannya berbeda bentuk namun satu tujuan. Bukan seperti suami-istri yang terbalik, kelihatannya bersama tetapi menjalani hidup berseberangan.

Puisi ’Do’a’ yang ditulis Sosiawan Leak dalam antologi Umpatan misalnya, jika dimusikalisasipuisikan harus ada tekanan tinggi-rendahnya aransemen menginjak bait-bait tertentu. Begitulah puisi Do’a diaransmen selama workshop hingga tuntas.

3. Mandi ke Sendang Maibit

Sebutan Maibit adalah nama danyang desa setempat yang dikenal dengan sebutan mBok Lanjar. Yakni julukan wanita Jawa yang sudah menikah dan belum sempat melakukan MP (Malam Pertama), kemudian sang suami meninggal dunia. Lalu wanita tersebut tidak menikah lagi hingga akhir hayat. Wanita Lanjar di desa setempat dulu bernama mBok Maibit. Hihihi, jadi ingat sub bab novel Albert Camus.

Menjelang pukul 17.00, seluruh rombongan Nergi Sungsang mengunjungi Sendang Maibit yang berjarak sekitar 500 meter dari balai desa. Sengaja berkunjung mapak surup sebab kebanyakan anggota berencana mandi, berdeburan merasakan genangan air bening dari sumber sumur abadi yang berlobang sekitar 20 meter dari sendang. Satu kubangan kolam dipergunakan khusus bagi warga laki-laki desa setempat, sedang satu kubangan lagi dibangun mBelik berpagar dinding tembok setinggi satu meter-an khusus untuk mandi kaum wanita. Ada sekitar 5 pohon raksasa di tepian danau / sendang, Saya yang tidak ikut mandi, memilih duduk santai di akar pohon sambil menulis puisi.

Sendang Maibit

di cerung pohon raksasa
kekar tinggi menjulang
dan entah sampai kapan?

lekuk akar menggurat sejarah
mencakar tepian sendang

sepertinya mBok Lanjar berdiri
tangan doanya mencakar langit

“ini bukanlah tinggalan nenek moyang
melainkan hak anak cucu
berteduh di bawah rindang”

(Sendang Maibit, Rengel Tuban, 23 Januari 2012)

Di sendang itulah tempat nyadran warga sekitar, seperti pada malam Rabu Wekasan kemarin (Hari Rabu di akhir bulan Sapar: Jawa) warga Maibit membikin tumpeng dan kenduri bersama di sendang tersebut. Uniknya, tumpeng dibuat berdasarkan posisi rumah menghadap. Rumah yang menghadap ke timur, harus membawa tumpeng yang berbeda jenis dengan rumah yang menghadap ke utara, selatan dan barat.

Sendang Maibit mengingatkan Saya pada Telaga Kintamani di Kabupaten Bangli-Bali. Atau juga Telaga Ngebel di kawasan timur perbukitan Kabupaten Ponorogo yang pada 10 Juli 2011 lalu Saya, Nurel Javissyarqi, Sutejo (Dosen Sastra STKIP Ponorogo), Maman S. Mahayana (Kritikus Sastra) sempat makan malam bersama di Rumah Makan ‘Telogo Asri’, kawasan wisata kuliner yang mulai marak mengelilingi telaga. Potensi yang sama dengan Telaga Kintamani atau Telaga Ngebel barangkali bisa dihidupkan Dinas Pariwisata Tuban sebagai sentra ekonomi rakyat.

4. Sekilas Pementasan Negri Sungsang

Sebelum pementasan Negri Sungsang, Karang Taruna desa setempat mempersembahkan 4 nomor tembang campursari-an setelah pementasan Tari Sri Penganti (tarian khas Tuban) yang dimainkan anak anak desa Maibit. Perlu diacungi jempol kegigihan Karang Taruna desa, sebab latihan memukul gamelan baru 4 kali pertemuan. Tetapi bisa serempak mengiringi pesinden yang menyanyi di hadapan warga. Keinginan Karang Taruna Maibit untuk berlatih karawitan terdorong rasa ingin melestarikan kesenian tradisional sekaligus mewarisi perangkat gamelan milik almarhum Ki Dalang Sapak yang meninggal karena kecelakaan. Sambutan dari tuan rumah dipungkasi dengan sambutan kepala desa.

Berbeda dengan di Jono yang masih bisa membentuk beghround leter U walau 5 m/2, di Maibit hanya memungkinkan beghround Tapal Kuda. Artinya bisa diterka bahwa penonton akan mengelilingi pementasan persis tanggapan ludruk.

Ada sekitar 600 penonton di Maibit, sedikit lebih banyak dibanding dengan di Jono. Namun tingkat suara yang menyauti dialog pemain relatif minim. Saya sebagai pemeran Ki Bolo Sewu digantikan rekan Jiren (awak Teater Roda Lamongan yang sering latihan bersama) supaya ada warna berbeda. Saya yang riwa-riwi menangkap berbagai komentar penonton. Termasuk di antaranya, “opo ngerti wong ndeso disuguhi tontonan semacam ini?” Ada anak kecil yang ketakutan dengan jedar-jederrr pecutnya si tokoh Sampok hingga ia menangis. Di belakang panggung, Saya ditanya segerombolan siswa SMA yang memertanyakan, “mas, ini tontonan apa?” Saya menjelaskan kalau itu teater atau drama yang digabung dengan seni tradisi Jaran Dor. Secara umum sama dengan penonton di Jono, mereka menganggap pementasan Negri Sungsang adalah jaranan yang memakai lakon. Namun pementasan di Maibit, Cak Sinyo sebagai tim pengendali lighting harus berusaha keras memindah kabel ke stop kontak karena ada perangkat kabel yang kobong.

5. Diskusi Usai Pementasan

Peserta diskusi di Maibit yang terbanyak diikuti komunitas teater SMA, MA sekitar. Vera menanyakan apa maksut dari anding Negri Sungsang yang Kelopak kok disangga oleh dua aktor yang menjadi simbol orang desa? Sementara penanya lain menilai terjadi penyampuran antara peran serius dengan peran anekdot yang diperankan Ki Bolo Siji dan Bolo Sewu. Rakan Wawan, seorang penanya yang memakai kaos Bang Bang Wetan meminta kejelasan alur naskah Negri Sungsang. Wawan menyaksikan Negri Sungsang di Maibit karena diajak teman, dan dia tidak tahu kalau ternyata dalam pementasan itu akhirnya bertemu dengan Saya, Lek Mujib dan Cak Likun. Sementara PakDe Uban yang terus mengamping pementasan Negri Sungsang menanyakan perihal apa yang menjadi pemantik semangat KSI, sebab proses Negri Sungsang terdapat aktor yang berbeda tempat dan jenjang pendidikan. Wulan misalnya yang memerankan Nyai Ayu Kesuma adalah mahasiswa semester dua di salah satu Universitas Tulungagung. Sedang Mahendra yang memerankan Baginda Pemimpin masih SMA kelas dua di Jombang. Itulah yang mengilhami arti Suket pada KSI, Suket yang berarti Sulit Ketemu kemudian menjadi Sukur Ketemu.

*) Peserta Temu Sastra Jatim 2011. Pemeran Ki Bolo Sewu. /26 Januari 2012

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir