Rabu, 07 Januari 2009

Suspens di Balik Kepingan Salju

http://www.ruangbaca.com/
Judul Buku: Snow - Di Balik Keheningan Salju
Penulis: Orhan Pamuk
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Penerbit: Serambi, Jakarta
Cetakan: April, 2008
Tebal: 731 hlm
Peresensi: Bernando J. Sujibto*

Peraih Hadiah Nobel Sastra 2006, Ferit Orhan Pamuk, kembali meramu gagasan besar tentang peradaban Barat dan Timur yang berakar di Turki dengan karakter yang khas dalam novel Snow, di Balik Keheningan Salju. Ia merajut pertemuan Timur (Islam) dan Barat (Kristen) yang telah menciptakan kekeruhan di Turki, khususnya di awal abad ke-20, ketika Dinasti Ottoman mengalami kehancuran dan sekaligus menjadi titik tolak munculnya Turki modern di bawah kawalan Musthafa Kemal Attaturk.

Komposisi Snow terasa ringan dan segar, namun tetap penuh intrik dengan lilitan elemen thriller yang sengaja diciptakan “penuh pertanyaan”, yang bermuara ke persoalan serius tentang aliran, falsafah hidup, ideologi negara, peradaban, dan agama. Hal-hal ini mengingatkan kita kepada novel yang jauh lebih fantastik, yaitu My Name is Red, yang telah memikat audiens internasional.

Dalam Snow ada kristal salju yang merekam semua peristiwa yang dituturkan Pamuk. Uniknya, di tangan Pamuk, salju bukan sekadar salju. Salju menjadi bernuansa lain. Ia seperti ruh yang ikut mengalir di balik konflik tajam dan ketika nuansa romantis sekalipun.

Seperti halnya dalam My Name is Red, dalam Snow Pamuk mencoba mendialogkan peradaban Barat dan Timur dengan segala kompleksitas persoalannya, yang acap menjadi pemicu konflik global hingga kini, demi menggapai sinergi. Gagasan ini, menurut kritikus Margaret Atwood, menjadikan Pamuk sebagai penulis spesialis peradaban Barat-Timur yang sangat penting di abad ini. Pamuk mampu mengolah persoalan Turki dengan karakter kuat melalui jamuan thriller, cinta yang hampa, harapan yang semu, dan kegamangan posisi pemerintah dengan spirit peradaban universal dan humanisme yang kuat.

Pamuk begitu risih terhadap sebutan identitas yang menciptakan diskriminasi, seperti “aku orang Azeri”, “aku orang Kurdi”, dan “aku orang Terekemi” (hlm. 46). Ia mencoba konsep berkesenian yang melebur semesta, dengan merentangkan jembatan dialog dan transformasi pemahaman. Ia ingin sekali melebur sekat-sekat dikotomis-eketrem itu. Alasannya, ”hatiku yang bimbang mendamba Barat ketika aku berada di Timur dan mendamba Timur ketika aku di Barat... aku ingin menjadi Timur sekaligus Barat” (My Name is Red, 2006; hlm. 620).

Secara ide, My Name is Red dan Snow seperti sebuah sekuel yang saling bertalian dan menyambungkan benang-benang kusut yang sengaja disulam terputus di novel terdahulu dan dirajut secara lebih terang melalui novel yang belakangan. Konteks latar pun sama: Turki yang mengalami tekanan perubahan di tengah arus modernisasi antara Asia dan Eropa, yang memaksa negara itu menerimanya meski pada gilirannya harus mengalami keterpecahan antara Ankara dan Istanbul. Pamuk kreatif menyajikan apa yang dimilikinya. Meskipun diangkat dengan latar dan simbol Turki, gagasan peradaban yang ia ramu bisa menjadi cermin bagi dunia global, khususnya bagi dunia Islam abad ini.

Di sini salju menjadi simbol eksotisme, dan yang utama mengiringi jalinan peristiwa demi peristiwa. Si bintang baru yang terbit dari timur, demikian pujian The New York Times, memulai kisahnya dari seorang pria bernama Kerim Alakusoglu (nama inisialnya Ka), jurnalis sekaligus penyair. Pada awalnya Ka datang dari Frankfrut di kota kelahirannya, Kars, untuk meliput suksesi pemilihan wali kota dan sekaligus menyelediki tragedi bunuh diri yang semakin marak dilakukan oleh gadis-gadis Kars. Setelah dua belas tahun sebagai eksil di Jerman, Ka menjumpai Kars jauh berubah dari masa lalunya: kumuh, miskin, pengangguran tinggi, depresi karena banyak kekerasan (hlm. 25).

Ditemani Serdar Bey, seorang pengelola harian di kota itu, Ka menggali informasi lebih lanjut tentang situasi politik dan kasus bunuh diri para gadis. Seperti kasus bunuh diri yang terjadi pada Telime, gadis siswi madrasah aliyah (sekolah Islam setara SMU). Kasus ini menyita perhatian Ka karena gadis itu berjilbab dan taat agama. Ternyata, pada suatu kala setelah berwudlu dan melakukan salat, Telime membentangkan jilbabnya ke atap dan gantung diri.

Kehadiran Ka di tengah gejolak Kars menjadi lebih runyam, khususnya setelah ia --dengan mata telanjang --melihat penembakan oleh seorang yang belum jelas identitasnya terhadap Direktur Pendidikan kota itu. Penembakan terjadi di sebuah bar bernama Toko Kue Hidup Baru, ketika Ka bersama dengan Ipek, pacarnya di masa lalu yang kini menjadi janda dari Muhtar, calon wali kota Kars. Aksi penembakan merebak ke tengah kota. Posisi Ka dan Ipek pun menjadi kunci bagi penyidikan pihak militer. Di saat inilah Ka harus terlibat dengan simpang siurnya kabar dan kekacauan demi kekacauan. Di tengah kerunyaman itu pula benih cintanya kepada Ipek tumbuh perlahan, dan bahkan Ka bulat ingin mempersunting dan memboyong Ipek untuk hidup bersama di Frankfrut.

Dengan berjalannya penyidikan, aksi pembunuhan pun terkuak. Direktur Pendidikan yang naas itu dibunuh oleh militan Islam yang gencar menolak kebijakan pelarangan memakai jilbab di madrasah aliyah. Pada waktu itu, terjadi keputusan di parlemen, yang mayoritas dikuasai kalangan sekuler, bahwa di sekolah dilarang memakai simbol agama, termasuk jilbab. Semua orang tua pun resah oleh keputusan ekstrem dari negara. Tak ada cara selain menyuruh anak gadis mereka mecopot jilbab demi memperoleh pendidikan. Bersamaan dengan itu pula kasus bunuh diri semakin signifikan dari kalangan anak-anak gadis.

Kasus pembunuhan itu bagai bola salju yang menggelinding kencang dan menjadi pemantik pembunuhan berikutnya yang melibatkan banyak orang, dari berbagai aliran dan paham. Di tengah situasi itu, semua elemen dimanfaatkan demi mencari menang antara militan Islam dan pihak skuler. Yang paling tragis, kegiatan kesenian seperti kelompok Teater Nasional pimpinan Sunny pun ikut menjadi tunggangan politik dan perang dingin kepentingan. Ironisnya, pemeran teater yang menjadi tunggangan pihak sekuler adalah Kadife, adik Ipek yang dikenal taat beragama. Dalam satu perannya, ia mencopot jilbab kemudian membakarnya di depan tatapan ribuan pasang mata di gedung Teater Nasional. Keberanian Kadife ternyata hanya karena cintanya kepada Lazuardi, yang berada dalam sekapan para penculik --keberanian yang tetap saja tak menolong Lazuardi, yang akhirnya terbunuh.

Pembunuhan tak selesai di situ. Kisah kian mencekam ketika intaian maut sampai ke tubuh Ka, setelah dia pulang dan beberapa bulan tinggal di Frankfrut bersama Ipek. Pembunuhnya dibiarkan menggantung oleh Pamuk. Tak ada yang yakin siapa yang melakukan semua itu. Siapa sebenarnya yang membunuh Direktur Pendidikan? Benarkah Ka berkhianat kepada Ipek dan Lazuardi? Siapa yang membunuh Ka?

Salju pelan-pelan lebur bersama air mata Pamuk, sebagai pencerita ulung yang tiba-tiba menyusup seolah menjadi tokoh. Pamuk seperti masuk ke tokoh Ka, kadang juga menyusup ke diri tokoh yang lain. Semua itu dilakukan dengan sangat cantik dan cerdik. Semua peristiwa berdarah dalam novel ini mengkristal, menjadi Salju, sebuah puisi gubahan Ka yang berisi catatan penting petualangannya di Kars.

*)Pekerja buku tinggal di Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir