karya almarhum KRT. Suryanto Sastroatmodjo
pada Jurnal Kebudayaan The Sandour, II 2006
Omong soal selir, pikiran pastilah langsung istri banyak. Paling tidak lebih dari satu. Tetapi istri lebih dari satu pastilah selir? Inilah yang menarik untuk disimak dan diperhatikan. Itu adalah gejala yang ada di masyarakat, yang kadang mengundang pro dan kontra. Biasa, seperti halnya hidup itu sendiri mengundang pro dan kontra. Lantas bagaimana tentang selir di tanah Jawa ini atau khususnya di seputaran kalangan kerabat raja yang disebut ningrat atau priyayi yang sering dijadikan panutan masyarakat.
Masih ingat Douwes Dekker yang nulis Max Havelaar? Ia menyebutkan, ada empat hal yang dominan dalam kehidupan priyayi. Pertama, bahwa dalam kehidupan lahir-batin bangsa berkulit coklat (pribumi), para priyayi banyak yang ambigous atau mendua. Misalnya, di satu pihak setia terhadap Gubermen van Nederlandsch-Indie, di lain pihak haruslah setia pada raja atau ratu pribumi sendiri yang ketika itu dalam lingkungan Praja Kejawen atau Vorstenlanden (yakni 4 kerajaan Jawa, yakni Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran dan Kadipaten Pakualaman). Ambiguitas dan dualisme ini dibedakan menurut kutub-kutub adat istiadat lokal yang tak lepas dari ikatan etika dan politik, antara setia pada penjajah dan juga loyal terhadap raja sebagai penguasa trah Mataram.
Kedua, masih menurut Dekker, ada perbedaan hakiki dan konvensional antara pejabat yang merasa tentang adanya hak-hak administratif mereka sebagai abdi gubermen yang otomatis selaku priyayi-ambtenar yang feodalistik dan patuh terhadap perangkat yang membawahi mereka selaku pegawai negeri yang memiliki hak-hak istimewa.
Ketiga, dalam hal ini maka tidak hanya lingkungan kerja yang serba berbeda dan serba berkecukupan, namun juga mempunyai kelimpahan dalam berbagai hal yang sifatnya kenikmatan manusiawi termasuk kenikmatan seksual yang hanya mereka yang berhak merasakannya. Sedang lapisan rakyat jelata tak berhak merasakan. Lapisan rakyat jelata tak boleh merasakan dengan pertimbangan bahwa mereka “tak berkelas.”
Keempat, dalam kaitan tentang keharuman yang melimpah tersebut, orang ternyata boleh meresapkan limpahan dan keistimewaan dalam perkawinan yang subtil yang sengaja hendak berlebih-lebihan. Beberapa yang patut dipakai sebagai alasan pemberkatan trah ini:
1. Perkawinan bukan mengambil corak satu lawan satu atau monogami melainkan polygami yang mewartakan bahwa dalam hal ini maka ada banyak pasangan wanita di samping satu pria ada banyak istri diperlukan buat memperkokoh status penguasa tunggal. Ini disebut sebagai suatu warasandamani yang tak boleh diganggugugat.
2. Antara para istri tersebut, harap dibedakan antara garwa padmi atau garwa utama, istri prima bagi sang suami, sementara istri-istri lainnya disebut selir atau garwa ampeyan dan hak-hak istimewa dalam politik, ekonomi, sosial hanya tertuju kepada sang first lady yang begitu kharismatik. Sistem ini disebut “lamdaruwinaya” atau bahwa apa yang dikehendaki istri pinilih tak boleh didesak oleh istri-istri sampingan saja.
Pada hakikatnya konsep perseliran dalam adat priyayi, yang dicontoh adalah teladan dewa, seperti misalnya Raden Panji Inu Kertapati (Asmarabangun) mengikuti teladan Dewa Kamajaya (strirandapalupi), kemudian ide Raden Arjuna yang sanggup berpoligami sempurna (pranundradipta), kemudian teladan Raden Soma tatkala mengawini Dewi Angnyawati (strilaku-tambulinari) dan tak lupa mengikuti jalur kesempurnaan kasih Rama dan Sinta (dwiparandacihna) yang diperteguh kekuatan Dewa Semar Ismaya (datunalajigja) yang potensial.
Dalam hal inilah maka konsep tersebut langsung dibumbui oleh jaminan langkah-laku-asmara menurut Asmaradana dan Kamasutra yang merupakan pasukan klasik India. Asmaradana dipenggal dari ajaran Asmarandana Yadnyatanti dalam ujaran Dwipara Patayadnya Puranasangka yang dalam dasar-dasar poligami yang teratur ini maka orang pun terpacu dalam perimbangan sebagai berikut:
Utara: Devatalistu – maka garwa padmi atau permaisuri dominan tetapi para selir hendaknya bertindak sebagai pelayan. Di sini aroma biologis menjadi pedoman bertindak riil.
Timur: Pradiptamani – maka peranan selir pertama dari para selir diunggulkan, sedang permaisuri jangan terlibat dalam pemainan kamasutra-asmaragama tersebut. Maka, senioritas memegang peranan pada laku-laku.
Selatan: Jalanidiksetra – maka selir kedua dan ketiga mendapat peluang sebagai kreator dalam seni senggama, pria hanya menurut. Harus ada apresiasi dalam melaksanakan kiprah cinta sejati.
Barat: Indivatidevi: selir-selir saling bergantian melayani pria sebagai sentranya.
Sedangkan mengikuti: barat laut (paranidenta), timurlaut (ulayuwideha), barat daya (citraprajeki) dan tenggara (winantuwarih) masih terikat poros unggulan semesta yang disebut: widhisutra wiwaha.
Keyakinan tentang indogami dan eksogami adalah ditentukan oleh nilai-nilai paternalistik Sang Raden – yang kemudian bergelar Tumenggung, Adipati, pangeran dan Susuhunan. Bahwa Selir dan tragedi perseliran sifatnya tantramuni-anjali, bahwa siapa calon istri utama (garwa padmi) siapa selir (ampeyan) itu hak sepenuhnya dan mutlak di tangan pria yang identik dengan Dewa Kama Rajamandala.
Sedang dalam dua buku bergengsi Over de Oorsprong van hey Javaansche Toneel dan Panji, The Cultural Hero, A structuralstudy of Religion in Java, William Huibert Rassers, menegaskan: bahwa selain masalah selir berdasarkan konsep negararatuweni, yakni bahwa potensi dari akar problema kerumahtanggaan berdasarkan pepakem alur-winih-jalanti yang dipetik dari dasar pemikiran sedari zaman Kediri dan Jenggalamanik yang kemudian dileluri oleh Singasari dan Majapahit.
Alur-winih-jalanti tadi termaktub dalam Anglur Estri Wijayanti, yang dasarnya adalah stri-Nareswari yang telah ditulis oleh Raja Erlangga sendiri (948-1003) yang dibantu Mpu Bharada. Pada zaman ketika Jayanegara hendak wafat 9 tahun 1292) maka ia mengirim ekspedisi Pamalyu ke negeri sekitar Selat Malaka dam Lautan Hindia dan kitab “Hariharandaru-murti” telah disebarkan luas antara lain mengatur perkawinan raja-raja Jawa dan Melayu, kepahlawanan Panji dilukiskan saat Raja Kediri Kameswara bertahta, maka Permaisuri bernama Dewi Sekartaji (Kirana Ratu) dan di samping itu terdapat sejumlah istri: Angreni, Waragamit, Tulungtaris dan lain-lain.
Sex Para Selir: Kesepakatan yang diterima oleh para putri yang diatur agar posisi mereka harmonis dan stabil, maka perantara itu bernama: Hannuradikawineya-matik-pranantitis atau bagaimana raja perwira sanggup menempatkan tata letak yang harmonis para istri, dan bagaimana semua itu menjadi hambangun-turut susilastuti adiwiwaha.
Sementara itu di Tanah Jawa yang semula terangkum dalam Javantara, Jambudipa, Swarnadwipa (Sumatra) dan Lokandayawerti (daerah luar jawa) maka kita melihat konsep selir cenderung pada nilai-nilai demokratis yang saling membutuhkan demi terselenggaranya asmaragama (hubungan seksual).
Apabila di atas tersingkap wawasan Douwes Dekker yang melihat bahwa konsep perkawinan (di mana selir-menyelir tak bisa ditinggalkan) maka nilai-nilai kepuasan personal menjadi suatu harapan total dan prinsip buat awetnya program tata sastra yang harus berlangsung secara sempurna.
Dengan demikian, adanya komposisi-komposisi kepuasan hati, kegembiraan sukma dan bukan hanya kenikmatan seksual sudah barang tentu mengikuti bagaimana wacana spiritual haruslah lebih berbobot ketimbang hasrat birahi, hasrat tubuh daging semata. Dengan demikian dikehendaki adanya keselarasan dari sukma, olah tubuh, rasa rindu, regenerasi utuh, otot yang tentunya dapat mengarut arah lajunya poligami ini. Aktivitas apa pun yang didorong oleh sebuah kemuliaan prima insani lebih menonjol, ketimbang hanya persepsi sensasional yang naif semata.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Sabtu, 02 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar