Jumat, 06 November 2020

Ali Audah Sosok Pengilham

Ady Amar *
Republika, 19 Jan 2018
 
Di era Orde Lama, di saat Partai Komunis Indonesia (PKI) berjaya, Pramoedya Ananta Toer, Ketua Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), menuduh bahwa karya Hamka, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, adalah karya plagiator dari novel al-Majdulin,  karya sastrawan Mesir, Musthafa Luthfi al-Manfaluthi. Di era zaman politik yang keras itu, Ali Audah “membela” Hamka dengan caranya sendiri, yaitu dengan menerjemahkan al-Majdulin dari buku aslinya. Dengan demikian, polemik itu berakhir, dan tuduhan Pram tidak terbukti.
 
Ali Audah, seorang sastrawan, kritikus sastra, penerjemah handal khususnya karya-karya Sastra Arab modern, kelahiran Bondowoso 14 Juli 1924. Dia tidak mengecap pendidikan formal secara cukup, hanya setingkat Kelas 2 Sekolah Dasar. Ali seorang otodidak sejati. Membaca buku adalah menu kesehariannya, apa saja dilahap, dibacanya.
 
Ali Audah dikenal juga sebagai seorang pengarang yang mempunyai kecerdasan relijius, terutama dalam karya-karya sastranya. Dengan penguasaan beberapa bahasa asing seperti Arab, Inggris, Belanda, Prancis, dan Jerman, dia menjadi seseorang yang mampu membuka cakrawala di Timur dan Barat.
***
 
Di pertengahan tahun 1985 sampai awal 90-an, saya aktif menemui beliau di Bogor. Saat bekerja ke Jakarta, maka saya menginap di Bogor. Awalnya saya tinggal di hotel, tapi lama-kelamaan beliau meminta saya menginap saja di rumahnya. Keluarga kami di Bondowoso memang akrab dengan keluarganya, bahkan terbilang masih berbau keluarga.
 
Rumahnya di Perumahan Bogor Baru itu tergolong cukup mewah, walau tidak berlebihan. Beliau bekerja lebih banyak di rumah, jika tidak sedang mengajar di beberapa Universitas di Bogor (Ibnu Khaldun dan IPB).
 
Bekerja di rumah itu pun dia berdisiplin layaknya bekerja di kantor. Di rumahnya ada “ruang kerja”, yang dikitari rak-rak buku yang tertata rapi dengan kayu pelitur mengkilap. Jam 9 pagi tepat dia sudah duduk di “ruang kerjanya”, membaca buku atau langsung membuka komputer untuk mulai menulis atau menerjemahkan buku-buku. Ruang kerja layaknya perpustakaan ini diisi oleh ribuan buku tebal tipis yang tertata rapi, dengan peletakan materi bahasan yang sudah diklasifikasikan.
 
Saya terbilang suka “merusak” waktu disiplin beliau. Jika saya datang maka beliau seringkali meninggalkan pekerjaannya dan bercengkerama tentang apa saja yang patut dibicarakan. Banyak hal yang saya dapat dari beliau tentang berbagai hal yang luput dari perhatian dan pengetahuan saya. Pada suatu kesempatan, beliau berkisah tentang sastrawan asal Indonesia yang menetap di Kairo, Mesir, dan menghasilkan karya-karya sastra luar biasa. Dia adalah Ali Ahmad Bakatsir.
 
Ali Ahmad Bakatsir adalah sastrawan kelas wahid di Mesir, yang membuat “iri” sastrawan-sastrawan asli Mesir. Bahkan kecemburuan itu pun diperlihatkan oleh sastrawan sekelas al-Manfaluthi. Berpuluh karya dihasilkannya, di antaranya Malhamat Umar (karya drama yang dibukukan). Malhamat Umar berkisah tentang Umar bin Khaththab r.a. Karya drama ini mengguncang kalangan sastrawan di Mesir, dan menjadi karya yang dipanggungkan berbulan-bulan. Mengangkat nama Ali Ahmad Bakatsir layaknya sastrawan besar Mesir lainnya.
 
Ali Audah beberapa kali menjumpai sastrawan besar itu di Mesir, dan berkisah bagaimana Ali Ahmad Bakatsir mampu mengelak dari semacam “boikot” sastrawan lain yang tidak menyukainya. “Ali Ahmad Bakatsir melawan dominasi sastrawan-sastrawan itu dengan karya-karya lainnya yang terus dibuatnya. Dan itu membelalakkan kalangan sastrawan dan pemerhati sastra di Mesir, yang mau tidak mau harus mengakuinya menjadi bagian dari sastrawan Mesir itu sendiri.”
***
 
Ali Audah adalah pribadi yang tidak suka berpolemik, dan santun mengkritisi jika ada pendapat yang dirasanya kurang tepat atau bahkan salah. Suatu ketika, seorang penyair papan atas Nusantara di tahun 1980-an, mengkritisi H.B. Jasin, menyebutnya cuma sebagai seseorang yang hanya mampu mengkliping karya-karya yang ada, lalu membukukannya secara berkelompok. Katanya, H.B. Jasin bukan seorang sastrawan apalagi budayawan.
 
Maka, Ali Audah mengingatkannya untuk bisa bersikap santun kepada yang lebih tua. Tidak boleh merendahkan dengan cuma melihat satu aspek. Karya besar H.B. Jasin adalah Pusat Dokumentasi yang didirikannya. Itu adalah karya abadi. Penyair tadi menerima dengan baik “nasihat” itu, lalu menulis artikel di salah satu koran nasional, yang memuji-muji dedikasi H.B. Jasin dalam percaturan karya seni di Indonesia, khususnya karya literatur seni yang terdokumentasi dengan sangat baik.
 
Ali Audah tidak punya “musuh” dalam percaturan sastrawan Indonesia beberapa dekade yang saling terkotak-kotak dalam kubu-kubuan. Ali Audah “berselancar” di kubu-kubu yang ada tanpa penghalang.
 
Pembicaraan dengan Ali Audah tidak sebatas karya sastra, tapi sedikit-sedikit saya pun menanyakan pandangan beliau tentang beberapa hal. Suatu waktu saya pernah menanyakan pandangan beliau tentang Nurcholish Madjid, lewat “Islam Yes, Partai Islam No”. Maka jawaban beliau mengagumkan, “Biarlah Nurcholish dengan pendapatnya, mungkin itu pengalamannya, sehingga muncul pendapatnya demikian. Setiap orang membawa pengalamannya sendiri, maka seharusnya setiap orang juga menghargai pendapat yang sekalipun berbeda dengan pendapatnya.”
 
Itulah Ali Audah, itulah kebesaran jiwanya, menekan ego, meski tidak sependapat dengan pendapat orang lain. Dia mampu me-manage hati dengan kebersihan hatinya. Sosok pendiam, tapi jika berbicara bernas dan punya kandungan bijak.
***
 
Sebagai penerjemah, Ali Audah menerjemahkan tidak asal “buku”, tapi hanya buku-buku pilihan. Diterjemahkan dengan sepenuh hati. Ada nasihatnya yang masih saya ingat dengan baik, “Penerjemah itu punya amanah dalam menerjemahkan. Bukan saja harus menerjemahkan sesuai dengan apa yang dikandung dari isi buku itu, tapi juga mampu mengungkap isi buku sesuai dengan gaya penulisan dari sang penulis.” Artinya, suasana yang dibangun penulis harus bisa disampaikan dengan gaya yang “nyaris” sama dari buku aslinya. Menurutnya, menerjemahkan terkadang lebih sulit dari menulis buku karya sendiri. Itu memang “karakter” Ali Audah dalam menerjemahkan karya-karya besar. Di tangannya, buku-buku yang diterjemahkan jadi berkelas.
 
Suatu ketika saya dikenalkan dengan Pak Ajip Rosidi, budayawan yang juga pemilik penerbit CV. Dunia Pustaka Jaya, yang banyak menerbitkan terjemahan Ali Audah. Pak Ajip berkisah, tapi lebih “terasa” mengeluh dan juga “terasa” memuji. Begini kelakarnya, “Menerjemahkan buku pakai jasa Pak Ali itu mesti sabar, karena beliau tidak bisa di-deadline. Beliau kerjakan, tapi suka-suka dia berhenti menerjemahkan hanya karena satu kata yang belum ditemukan padanannya dalam bahasa Indonesia. Dan itu biasanya akan diungkapkannya dalam anotasi-anotasi yang biasa diberikannya, agar pembaca bisa memperoleh gambaran utuh. Dia mencari padanan yang tepat itu hingga berbulan. Terjemahan berhenti hanya karena ‘satu kata’ dimaksud. Jadi, kalau mau cepat menerbitkan buku, sebaiknya tidak pakai jasa Pak Ali,” ungkapnya dengan tertawa.
 
Penulis atau penerjemah macam Ali Audah sudah langka, dan mungkin satu-satunya yang tersisa, dan satu-satunya itu pun telah dipanggil-Nya SWT. Ali Audah meninggal di Bogor (Selasa, 20 Juni 2017) dalam usia 94 tahun, dengan meninggalkan warisan buku-buku baik karya sendiri maupun terjemahan, di antaranya 'Hidup Muhammad' (Haekal), Fiqhuz-Zakat (Yusuf al-Qardhawi), Konkordensi Alquran (Ali Audah), Muqaddimah Ibnu Khaldun (terjemahan bersama Sapardi Djoko Damono), dan masih banyak lagi warisan karyanya. Sungguh dunia sastra dan literasi Indonesia kehilangan sosok pengilham yang begitu menginspirasi siapa saja yang mengenalnya ...
 
Ungkapan Prof. Ahmad Syafi’i Ma’arif, yang menuliskan kekagumannya dalam Resonansi di Republika Online (6 Mei 2014) layak dihadirkan ... “Bagi saya, Ali Audah adalah pengilham sejati. Amat sayang, baru mengenal riwayat hidupnya setelah saya tua renta, tetapi tetap saja memberi ilham yang meluluhkan perasaan karena bangga.”
 
Sungguh ungkapan yang tepat, Ali Audah [memang] Sosok Pengilham.
 
*) Ady Amar, Pemerhati Sosial dan Keagamaan.

https://republika.co.id/berita/kolom/wacana/p2pcfg396/ali-audah-sosok-pengilham

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir