Suryanto Sastroatmodjo
http://sastra-indonesia.com/
1.
Satu kebahagiaan, sebetulnya, ketika saya dengar, pelukis kawakan Yogya, Sapto Hudoyo mengeluarkan gagasan yang unik, tetapi manusiawi. Sastrawan, budayawan dan wartawan di kota budaya ini selayaknya dikuburkan di makam khusus di atas bukit, mengingat peranan mereka yang mulia, selaku penerus kalam Nabi dan Wali-Wali. Suatu penghargaan biasa, ataukah basa-basi, tidak jelas benar.
Hanya saja, ibarat seroja yang gemilang dan nampak di ketimnggian, akan lebih mudah kiranya dikenang anakcucu. Sekalipun bukan berbicara tentang para kuli tinta yang kudu dikebumikan melalui prosesi keagungan, seperti ajalnya ningrat-ningrat dulu kala, namun amatlah mengharukan, ide yang orisinil Sapto Hudoyo itu teruncur, di kala masyarakat tengah kepincut kepada karya-karya jurnalistik yang besar, kidung-kidung sastra yang berbobot, dan kabar tentang menonjolnya Anugerah sastra di mancanegara. Apakah kemudian sah juga dikatakan, kubur merupakan penghargaan maksimal bagi seseorang yang seluruh hidupnya dipersembahkan untuk menciptakan pancaran sinar lembut di antara bianglala, sesuai gerimis sore. Lebih dramatis lagi, bila tokoh, yang sem,asa hayatnya tak pernah punya rumah sendiri, setelah mati justru bermegah-megah bagaikan seorang santo? Bukankah para Santo baru dimuliakan setelah diterpa ajal?
2.
Ketegaran manggala budaya semestinya berkisar antara empat kepentingan yang rangkut-merajut. Pertama : bahwasanya ia menjadi seorang penimbang suasana yang tengah berlangsung, bukan buat menilai baik-buruknya, melainkan buat memastikan, apakah dia dapat mengambil peranan aktif di dalam pertarungan yang seru, ataukah tetap tinggal netral dalam sikap nan kaku. Kedua, bahwasanya di tengah gemilang permasalahan yang berat, maka manggala kudu bisa memetik garis yang terang dan gamblang tentang siklus pemikiran individualnya. Ketiga, bahwasanya dengan menciptakan situasi yang “gelisah serta penuh keragyan”, maka sang manggala sedapat mungkin membuat obat mujarab untuk menaklukkan musuh-musuh di antara bangsanya sendiri. Yakni, orang yang hanya lahirnya saja bisa menerima kredo-juang itu, namun dalam batinnya memusuhi secara sengit (jadi, kaum munafik, begitulah!). akhirnya, keempat, bahwasanya orang-orang yang hanya memperkatakan epos-epos kebudayaan di hadapannya itu sebagai tontonan di arena-aduan, sedang diri mereka Cuma siap sebagai tontonan. Di sini, diperlukan suatu langkah penjlentrehan nan kuat, di mana budayawan adalah putera mahkota dari “Kerajaan Pemikiran Sepanjang Masa”, yang tiadapernah takluk kepada hasut-hasutan. Kalau keempat laku tindak yang demikian ini dijabarkan secara luas, hakikatnya akan teraba pada setiap proses evolusi kultur yang ada di suatu negri, bagaimanapun corak dan kiblatnya.
3.
Semasa saya masih kanak-kanak, seorangpakde(abang dari ibu), di Bojonegoro. Bernama Raden Mas Ngabehi Ruslan Umarkatab sastohamijoyo seringkali mengingtakan, bahwa ukuran kelahiran membawa serta pemahaman batin, betapa peliknya jika ini ditafsirkan dengan memandang waktu yang dialami kini. Sebagai contoh dikatakan, bahwa kalau rela memberikan kepandaian ataupun sesuatu harta milik kepada oranglain, setelah orang tersebut meminta kepada kita (secara langsung)—maka hendaknya kita menyerahkan dengan hati nan lapang pula. Permintaan yang demikian merupakan suatu”ungkap-rohani” yang tersendiri, di mana benda dimaksud telah sepatutnya lepas dari tangan kita, dan dilingsir pihak ketiga. Sebaliknya, manakala berkeinginan memiliki sesuatu yang berharga, mohonlah selalu pada Tuhan, dengan cara yang khusyuk, hingga Dia mengabulkannya. Perbendaharaan alam semesta raya tiada watas dan hingganya, dan sekali lagi, getaran yang menghubungi diri kita dengan dzat rabbani adalah sedemikian halus (namun akrabnya, tulusnya, naluriahnya), sehingga semua itu diperlukan komunikasi halus dan intiem. Soalnya, seraya mendekatkan diri dengan Allah Maha Rakhman dan Rakhim, kita bisa belajar tentang kerelaan hidup yang maujud ke dalam rasa eling lan waspada—dua gatra nan mempertalikan pikir, angan-angan, kalbu dan “osikan lebet” yang ada dalam tubuh kita ini. Sarana eling dan waspada memperkuat disiplin pasrah kepadaNya—dan di mana rengkuhan sanubaru Yang Maha kuat senantiasa pada rengkuhan hati insani, yang mencintai dan menyembahnya; satu kumandang dari binar-terang transendensi yang memikat.
4.
Dalam kitab “Pepali Ki Ageng Selo” (Nasehat Ki Ageng Selo) terungkap dua pupuh sekar Dhandhanggula, sebagai berikut : “Bumi, geni, banyu miwah angin, pan srengenge, lintang lan rembulan, iku aneng kene, segara jurang, gunung, padhang, peteng, pada sumandhing, adoh kalawan parek, wis aneng sireku, mulane ana wong ngucap, sapa bisa wong iku njaring angin, jaba jalma utama. /Tama temen tumanem ing ati, atinira tang nganggo was-uwas, waspada marang ciptae, tan a liyanipun, muhung cipta harjaning ragi, miwah harjaning wuntat, ciptane nrus kalbu, nuhoni inngkang mawenang, wenangira kawula punika pasthi, sumangga ring kadarman.// artinya kurang lebih demikian : “Bumi, api serta angin, matahari, bintang dan rembulan, itu semuanya ada di sini, laut, lembah, dan gunung, terang dan gelap ada di samping, jauh dan dekat, sudah ada dalam dirimu, karena itu ada orang yang berkata, siapa yang dapat menjala angin, kecuali Manusia Utama/ Kuat benar bertanam dalam hati, hatinya tidak mengandung was-was, waspada terhadap ciptanya, tiada yang lainnya, dalam ciptanya meresap dalam kalbu, menyaksikan kenyataan yang kuasa, kekuasaan manusia itu seseungguhnya pasti, terserah kepada kemurahan Tuhan”// Demikian piweling Ki Ageng Selo yang hingga kini masih dapat kita renungkan, bagaimana penjabarannya.
5.
Hidup manusia berpusat di Hati, namun gilir-gulirnya bergerak antara jantung(perasaan) dan dalam otak(fikiran)—sedangkan kemudian bersatupadunya perasaan dan fikiran ialah cipta. Cahya sejati nan gemilang diperoleh, manakala cipta pun memusat ke Hati. Dalam situasi demikian, lenyaplah segala perasaan was-was dan manusia akhirnya ansyaf bahwa dirinya sekadar piranti, yang harus menjalankan petunjukNya. Hidup adalah sumber segala tenaga atau gaya. Sedangkan tenaga(energi) merupakan asal mula segala zat yang ada di alam ini. Belakangan dapat dibuktikan pula, pembuatan bom atom berdasarkan perubahan massa(zat) yang menjadi tenaga. Bila zat dapat menjelma menjadi tenaga, maka sebaliknya tenaga harus dapat pula menjadi zat. Dengan perkataan lain : zat ini tiada lain adalah sumber segala tenaga, sedangkan tenaga adalah asal-kamulanya zat—maka segala zat di alam ini sudah terkandung dalam Hidup!
6.
Sejauh ini, perlu direnungkan, bagaimana setumpukan bidang-bidang yang tak terhingga banyaknya membentuk sebuah benda. Benda itu dapat dipersaksikan dengan indera yang kita miliki, lantaran punya tiga ukuran(dimensi), yakni panjang, lebar dan tinggi. Namun demikian, Karen abenda tersebut terdiri atas unsur-unsur yang tidak dapat dipersaksikan, yaitu titik-titik kemudian garis-garis dan bidang-bidang, maka konsekuensinya benda dan ruang itu sebenarnya maya alias tiada. Ruang dan waktu adanya hanya sebagai manifestasi hidup, yang mula-mula mengandungnya. Karena itu kita bisa mengatakan, bahwa “jauh dan dekat” bersarang dalam pribadi insani. Dengan demikian, menerjemahkan atas kehidupan nan gumelar juga tak jauh dari pandangan kita yang dinukil oleh kesunyataan itu sendiri, yaitu : setiap sejentik getaran pedalaman batin, sebenarnya merupakan resonansi dari Kehendak Buana Mahabesar, yang diracik-temu pada kehendak-kehendak makhluk nan kecil dan laif-dhaif—yang adalah bayangannya jua.
7.
Biarkan daku mewujudkan kekuatan yang bersinar perada dengan bias-sinar yang hanya bisa ditengok orang lain, ketimbang diri sendiri. Dalam keluargaku, aku juga telah memilih “rumah masa depan di atas bukit”, yakni pekuburan yang kelak kuhuni dalam istirah penghabisan. Soalnya, bukan jasa untuk mengantarkan praba dan perada di atas seroja itu, melainkan karena secara adat, kami semua memiliki setelempap tanah yang siap mewadahi detak sebuah swarga bumi. Kurun ini memang menggelisahkan, konon; sehingga maut telah lebih dulu disantunni, ketimbang keringat di bahu yang berlelehan. Sayang, selubung hati manusia masih berkelebatan, kawan.
* Tanggungjawab posting atas PuJa [PUstaka puJAngga]
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar