Kamis, 09 Juni 2011

Ufuk Mentari Fajar di Kampus Undar

Sabrank Suparno
http://forumsastrajombang.blogspot.com/

Malam pelataran kampus UNDAR tanggal 4 Oktober 2010, berbalik fakta dari malam-malam sebelumnya. Pasalnya keheningan terpecah oleh lalu-lalang deru mesin di tikungan Jl. Gatot Subroto dan Jl. Merdeka ditambahi riuh mahasiswa baru yang mungkasi prosesi ospek dengan penghujung acara inagurasi.

Sebagai endosmen, rekan Ani Rahma, Loly dkk selaku mahasiswa senior menggembleng 498 calon pembelajar jagat baru di UNDAR tersebut dengan atribut ORMADU (Orientasi Mahasiswa Darul Ulum). Penggemblengan dimaksudkan agar calon mahasisiwa benar-benar berkepribadian tangguh dalam menyikapi tuntutan jaman dengan problematika gigantiknya. Seperti dilangsir Jawa Pos Radar Mojokerto-Jombang tanggal 3 Oktober 2010, rektor UNDAR dr. Ma’murotus Sa’diyah M Kes mengatakan” kebebasab ber-ekspresi dan beropini mahasiswa sangat kita dukung. Bahkan untuk berdemo sekalipun.” Motifator tersebut didasarkan kiprah Helmi Faishal mantan domonstran UNDAR yang kini menjabat menteri Pembangunan Daerah Tertinggal.

Panitia memuncaki malam inagurasi dengan penampilan ‘puisi teatrikal’ yang diperankan Ani dan Ulfa atas binaan Mentari: peteater lawas yang pernah bercokol di UNDAR pra2007an. Teater Mentari ini didirikan Tito Kadarisman pada 9 Nopember 1999 dengan angota awal 9 orang.

Mahasiswa senior sengaja mendatangkan personil jebolan teater Mentari, dengan gagasan menghidupkan kembali perteateran di UNDAR yang vokum sejak tahun 2007. Meski tak sepadan Robohnya Surau Kami novel karya A.A. Navis, sanggar tempat mangkal teater Mentari mulai didengser, dan jadikan ruang perkuliahan. Sejak itulah Mentari seperti beranjak menghampiri senja dan menziarahi malam. Selain terputusnya regenerasi juga dukungan pihak kampus yang berangsur luntur. Pegiat teater Mentari kemudian melakonkan sutradara alam semesta sebagai alur teater kehidupan. Bagaimana pun juga, hidup ini merupakan teater yang harus dimainkan dengan ‘diri’ sebagai aktor utama sekaligus pendamping dalam kecimpung bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Puing reruntuhan teater Mentari ibarat ambrolnya tembok surga. Ini terbukti dari beberapa awak personil seperti Latif kini menjadi sesepuh teater di Tuban. Bersama naskah Euthanasianya, Latif pernah manggung persahabatan di kandang teater Ringin Conthong (RC-STKIP Jombang). Sedang Tohari kini menjadi pialang teater Roda di UNISDA Lamongan. Personil lainnya seperti Glewo, Sinyo, Saiful, Gamblis, Hadi Sutawijaya, Erina dll, tercecer dan sesekali meluangkan waktunya mendiklat perteateran atas undangan. Di antara ceceran awak teater Mentari yang paling aktif dan menjadi muara konsultasi rekannya adalah Hadi Sutawijaya yang kini mengabdikan diri sebagai pengajar psikologi anak, dan tinggal di perum SD Mojokrapak Tembelang. Semangat berteater yang tak pupus, sampai sekarang ia menjalin link perteateran Jatim wilayah barat. Terbukti dengan undangan yang dihadirinya pada Diesnatalis ke 7 para teatrik se eks keresidenan Kediri tanggal 12 Juni 2010 lalu.

Sebagai langkah awal menjejakkan kembali di lanskap perteareran UNDAR, bakat yang terpendam mencorong kembali. Penampilan malam inagurasi kemarin, digarap alur yang berseberangan dengan garapan Samuel Beckett (Perancis) yang dimainkan oleh kelompok Company of San Fransisco Actors Workshop pada tanggal 19 November 1957 di hadapan 1400 narapidana San Quentin. Naskah Samuel yang berjudul Menunggu Godot itu mampu menggugah ketidak sabaran para napi yang kecele` dengan provokasi dua aktor yang dijanjikan, yaitu 2 lelaki kekar, perkasa, berperawakan bina rangka dengan berat badan sekitar 3 kwintal, sedang memarkir tubuhnya di trotoar sambil menunggu sang gadis. Keinginan penonton menyaksikan si Godot keluar sejak awal pertunjukan. Namun penasaran mereka justru terjawab di ahir cerita.

Tidak mudah memang menampilkan naskah drama di hadapan penonton berintelektualitas tinggi seperti calon mahasiswa UNDAR ini. Logika puitik dan kesamaran menjadi pilihan alternatif ploting. Apalagi pada dwi peran ganda: berpuisi bersadur teater. Ani dan Ulfa, keduanya berperan bagai gelombang samudera, yang satu tenang menghanyutkan, yang satunya meledak bergulung menyibak dan menghempas celah-celah karang penonton. Puisi bernuansa filsafat sunyi ditabrakkan dengan puisi pemberontakan nasionalisme yang berkoar-koar. Ulfa memulai dengan suara mantap. //Darimana harus di mulai // demi sebuah cita // aku telah menjadi orang yang tak ku kenal // sendiri dari hanya ke percuma //, kemudian disahut Ani yang memberontak. // dimana pemimpin yang diharapkan bisa meronce butiran nasib//. Kedua aktor ini menyelesaikan puisi tetrikalnya selama durasi 23 menit.

Keutamaan garapan teater Mentari ini adalah kekokohannya menancapkan idealis. Meski tergolong teater gurem, tidak segera kepincut alur menJogjakan atau menJakartakan model. Puisi yang diteatrikalkan adalah antologi bersama komunitas Mentari sendiri. Pembauran puisi teatrikal yang menghasilkan akting datar dan melunjak, mirip orasi puisi panjangnya Emha Ainun Najib saat pementasan ‘Presiden Balkadaba’ pada 9-10 Juni 2009 di gedung utama Balai Pemuda Surabaya.

Teater Mentari di UNDAR bukanlah yang pertama. Sebelumnya ada teater ‘Brengsek’dan teater Kongkrit yang vokum. Kedua teater tersebut merupakan aliran anak sungai yang dari hulu perteateran UNMUH Malang. Meski hidup di Universitas yang tak ada prodi khusus bahasa dan sastra, teater Mentari terbukti tumbuh subur. Kekuatan teater Mentari di UNDAR karena sikap kebersamaan yang dijalin dengan teater lain. Dengan teater Suket misalnya asuhan Cak Kepik dan Lek Hamat/ Lek Mujib (adik ragil Emha) yang kini mengelolah tuan rumah pengajian Padhang mBulan di Mentoro Sumobito tiap bulan. Walau pun teater Suket berstatus teater luar kampus, hubungan harmoninya dengan teater Mentari ibarat dulur kethok kunir, podo kuninge.

Puncak gemilang teater Mentari bahwa pernah menyelenggarakan ‘Gebyar Malam 1001 Puisi’ dengan menghadirkan penyair papan atas Indonesia seperti Sosiawan Leak (si babi jantan) yang membaca Bogambolanya, D. Zawawi Imron (si celurit emas) membaca puisi yang berjudul’Ibu’ dan Max Arifin (si rambut putih almarhum) membaca 2 puisi panjang: Zeggrits dan Jalan Berliku Indonesiaku.

Kesuksesan teater Mentari selain Gebyar Malam 1001 Puisi adalah mengadakan pementasan gabungan dengan tajuk TuKeJo: Tulungagung-Kediri-Jombang. Peran arek Mentari di TuKeJo ini meminta teater ‘Kongkrit’ berpentas serial agenda tahunan. TuKeJo diawali di auditorium UNDAR tahun 2001, di STAIN Kediri tahun 2002 dan di STAIN Tulungagung tahun2003.

Hal yang terkenang bagi teater Mentari ketika mengadakan Malam Pentas 1001 Puisi adalah harga sebuah konsekwensi sebagai seniman. Biaya operasional yang mencapai 7 jutaan terhitung nominal uang tahun 2003 itu digali dari menggadaikan BPKB sepeda motor. Selebihnya disokong Porbupora Jombang (kini ganti Disporabudpar).

Bagi senior UNDAR sekarang, kebanggaan menjadi besar tak cukup hanya bernostalgia dengan kenangan lama. Namun memulai dengan sungguh-sungguh, tak ada kata tidak bisa. Kuncinya: bukan kita tidak tahu, tapi kita tidak mau.

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir