Sabrank Suparno
http://forumsastrajombang.blogspot.com/
Malam pelataran kampus UNDAR tanggal 4 Oktober 2010, berbalik fakta dari malam-malam sebelumnya. Pasalnya keheningan terpecah oleh lalu-lalang deru mesin di tikungan Jl. Gatot Subroto dan Jl. Merdeka ditambahi riuh mahasiswa baru yang mungkasi prosesi ospek dengan penghujung acara inagurasi.
Sebagai endosmen, rekan Ani Rahma, Loly dkk selaku mahasiswa senior menggembleng 498 calon pembelajar jagat baru di UNDAR tersebut dengan atribut ORMADU (Orientasi Mahasiswa Darul Ulum). Penggemblengan dimaksudkan agar calon mahasisiwa benar-benar berkepribadian tangguh dalam menyikapi tuntutan jaman dengan problematika gigantiknya. Seperti dilangsir Jawa Pos Radar Mojokerto-Jombang tanggal 3 Oktober 2010, rektor UNDAR dr. Ma’murotus Sa’diyah M Kes mengatakan” kebebasab ber-ekspresi dan beropini mahasiswa sangat kita dukung. Bahkan untuk berdemo sekalipun.” Motifator tersebut didasarkan kiprah Helmi Faishal mantan domonstran UNDAR yang kini menjabat menteri Pembangunan Daerah Tertinggal.
Panitia memuncaki malam inagurasi dengan penampilan ‘puisi teatrikal’ yang diperankan Ani dan Ulfa atas binaan Mentari: peteater lawas yang pernah bercokol di UNDAR pra2007an. Teater Mentari ini didirikan Tito Kadarisman pada 9 Nopember 1999 dengan angota awal 9 orang.
Mahasiswa senior sengaja mendatangkan personil jebolan teater Mentari, dengan gagasan menghidupkan kembali perteateran di UNDAR yang vokum sejak tahun 2007. Meski tak sepadan Robohnya Surau Kami novel karya A.A. Navis, sanggar tempat mangkal teater Mentari mulai didengser, dan jadikan ruang perkuliahan. Sejak itulah Mentari seperti beranjak menghampiri senja dan menziarahi malam. Selain terputusnya regenerasi juga dukungan pihak kampus yang berangsur luntur. Pegiat teater Mentari kemudian melakonkan sutradara alam semesta sebagai alur teater kehidupan. Bagaimana pun juga, hidup ini merupakan teater yang harus dimainkan dengan ‘diri’ sebagai aktor utama sekaligus pendamping dalam kecimpung bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Puing reruntuhan teater Mentari ibarat ambrolnya tembok surga. Ini terbukti dari beberapa awak personil seperti Latif kini menjadi sesepuh teater di Tuban. Bersama naskah Euthanasianya, Latif pernah manggung persahabatan di kandang teater Ringin Conthong (RC-STKIP Jombang). Sedang Tohari kini menjadi pialang teater Roda di UNISDA Lamongan. Personil lainnya seperti Glewo, Sinyo, Saiful, Gamblis, Hadi Sutawijaya, Erina dll, tercecer dan sesekali meluangkan waktunya mendiklat perteateran atas undangan. Di antara ceceran awak teater Mentari yang paling aktif dan menjadi muara konsultasi rekannya adalah Hadi Sutawijaya yang kini mengabdikan diri sebagai pengajar psikologi anak, dan tinggal di perum SD Mojokrapak Tembelang. Semangat berteater yang tak pupus, sampai sekarang ia menjalin link perteateran Jatim wilayah barat. Terbukti dengan undangan yang dihadirinya pada Diesnatalis ke 7 para teatrik se eks keresidenan Kediri tanggal 12 Juni 2010 lalu.
Sebagai langkah awal menjejakkan kembali di lanskap perteareran UNDAR, bakat yang terpendam mencorong kembali. Penampilan malam inagurasi kemarin, digarap alur yang berseberangan dengan garapan Samuel Beckett (Perancis) yang dimainkan oleh kelompok Company of San Fransisco Actors Workshop pada tanggal 19 November 1957 di hadapan 1400 narapidana San Quentin. Naskah Samuel yang berjudul Menunggu Godot itu mampu menggugah ketidak sabaran para napi yang kecele` dengan provokasi dua aktor yang dijanjikan, yaitu 2 lelaki kekar, perkasa, berperawakan bina rangka dengan berat badan sekitar 3 kwintal, sedang memarkir tubuhnya di trotoar sambil menunggu sang gadis. Keinginan penonton menyaksikan si Godot keluar sejak awal pertunjukan. Namun penasaran mereka justru terjawab di ahir cerita.
Tidak mudah memang menampilkan naskah drama di hadapan penonton berintelektualitas tinggi seperti calon mahasiswa UNDAR ini. Logika puitik dan kesamaran menjadi pilihan alternatif ploting. Apalagi pada dwi peran ganda: berpuisi bersadur teater. Ani dan Ulfa, keduanya berperan bagai gelombang samudera, yang satu tenang menghanyutkan, yang satunya meledak bergulung menyibak dan menghempas celah-celah karang penonton. Puisi bernuansa filsafat sunyi ditabrakkan dengan puisi pemberontakan nasionalisme yang berkoar-koar. Ulfa memulai dengan suara mantap. //Darimana harus di mulai // demi sebuah cita // aku telah menjadi orang yang tak ku kenal // sendiri dari hanya ke percuma //, kemudian disahut Ani yang memberontak. // dimana pemimpin yang diharapkan bisa meronce butiran nasib//. Kedua aktor ini menyelesaikan puisi tetrikalnya selama durasi 23 menit.
Keutamaan garapan teater Mentari ini adalah kekokohannya menancapkan idealis. Meski tergolong teater gurem, tidak segera kepincut alur menJogjakan atau menJakartakan model. Puisi yang diteatrikalkan adalah antologi bersama komunitas Mentari sendiri. Pembauran puisi teatrikal yang menghasilkan akting datar dan melunjak, mirip orasi puisi panjangnya Emha Ainun Najib saat pementasan ‘Presiden Balkadaba’ pada 9-10 Juni 2009 di gedung utama Balai Pemuda Surabaya.
Teater Mentari di UNDAR bukanlah yang pertama. Sebelumnya ada teater ‘Brengsek’dan teater Kongkrit yang vokum. Kedua teater tersebut merupakan aliran anak sungai yang dari hulu perteateran UNMUH Malang. Meski hidup di Universitas yang tak ada prodi khusus bahasa dan sastra, teater Mentari terbukti tumbuh subur. Kekuatan teater Mentari di UNDAR karena sikap kebersamaan yang dijalin dengan teater lain. Dengan teater Suket misalnya asuhan Cak Kepik dan Lek Hamat/ Lek Mujib (adik ragil Emha) yang kini mengelolah tuan rumah pengajian Padhang mBulan di Mentoro Sumobito tiap bulan. Walau pun teater Suket berstatus teater luar kampus, hubungan harmoninya dengan teater Mentari ibarat dulur kethok kunir, podo kuninge.
Puncak gemilang teater Mentari bahwa pernah menyelenggarakan ‘Gebyar Malam 1001 Puisi’ dengan menghadirkan penyair papan atas Indonesia seperti Sosiawan Leak (si babi jantan) yang membaca Bogambolanya, D. Zawawi Imron (si celurit emas) membaca puisi yang berjudul’Ibu’ dan Max Arifin (si rambut putih almarhum) membaca 2 puisi panjang: Zeggrits dan Jalan Berliku Indonesiaku.
Kesuksesan teater Mentari selain Gebyar Malam 1001 Puisi adalah mengadakan pementasan gabungan dengan tajuk TuKeJo: Tulungagung-Kediri-Jombang. Peran arek Mentari di TuKeJo ini meminta teater ‘Kongkrit’ berpentas serial agenda tahunan. TuKeJo diawali di auditorium UNDAR tahun 2001, di STAIN Kediri tahun 2002 dan di STAIN Tulungagung tahun2003.
Hal yang terkenang bagi teater Mentari ketika mengadakan Malam Pentas 1001 Puisi adalah harga sebuah konsekwensi sebagai seniman. Biaya operasional yang mencapai 7 jutaan terhitung nominal uang tahun 2003 itu digali dari menggadaikan BPKB sepeda motor. Selebihnya disokong Porbupora Jombang (kini ganti Disporabudpar).
Bagi senior UNDAR sekarang, kebanggaan menjadi besar tak cukup hanya bernostalgia dengan kenangan lama. Namun memulai dengan sungguh-sungguh, tak ada kata tidak bisa. Kuncinya: bukan kita tidak tahu, tapi kita tidak mau.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar