Selasa, 21 Juni 2011

Puisi: Strategi Perekaman Dalam Situasi Dadakan

Sabrank Suparno
http://sastra-indonesia.com/

“Banyak waktu untuk masalah kecil. Banyak waktu untuk masalah besar.
Sedikit waktu untuk masalah kecil. Sedikit waktu untuk masalah besar.”

Puisi adalah hasil sadapan peristiwa alam semesta, di mana permasalahan yang amat gigantik dirangkum dan diperas sedemikian rupa menjadi santan, hingga sedemikian ringkas, padat, kental dalam satu rasa dan makna. Dari seribu permasalahan misalnya, puisi bisa merekam efektif mendekati target nominal yang sulit dicerpenkan, apalagi dinovelkan. Itu sebab, puisi kerap sebagai jalur paling ramai dilintasi sastrawan pemula sebelum merambah ke wilayah yang lebih lebar cakupannya: cerpen, novel.

Sastra (puisi) seruas dengan hal tak terduga, lepas dari prediksi dan jangkauan macam apa pun, tiba-tiba ada, hadir, mengalir, nyata, kemudian hilang, senyap, muram, kelam dan remang. Keunikan apa sesungguhnya yang terjadi di balik fenomena sastra? Sehingga sedemikian ‘membatmentul-nya’diayunkan keseimbangan sejarah.

Sebagaimana perjalanan sejarah, sastra tak luput dari pertarungan ‘trik-intrik’pengibaran bendera: sebutlah yang paling dikenal dengan aliran realis dan surealis, keduanya gigih menyiapkan jala untuk menjaring alasan mengenai siapa yang paling mendekati (limite) fungsi sastra ketika dihadapkan pada disiplin ilmu lain. Namun, terlepas dari pengibaran bendera dimaksut, sastra tetap lahir laksana gaung pertapa dari dalam goa, ia nyaring dari gesekan ‘sreekk’ tapak kaki perantau di bebatuan cadas, ‘nyess’ lesapan air di padang gersang, atau ‘creass’ dari clorotan jatuhnya meteor di angkasaraya.

Usahlah sastra dituntut berdisiplin dengan ilmu lain, sebab ia merupakan unsur kelembutan, serupa ‘sel lentik’ dalam berbagai keilmuan. Hanya saja, sejauh mana pengudalan sastra dilakukan secara singkronik dalam ilmu lain.

Kehilangan sastra dalam berbagai lini keilmuan, samahalnya melempar segumpal kerinduan jauh ke lorong hal paling sunyi. Keadaan demikain, disadari atau tidak, pada kadar dan kurun waktu tertentu akan terserap oleh daya gravitasi pertemuan atas berlangsungnya kelayakan sebuah ekstase. Kenyataannya, tidak ada yang terputus dalam sastra, seumpama snapsot, berdiri di tepian tebing dan beberapa detik kemudian terjungkal bersama lengkingan selamat tinggal dan terjerembab ke jurang kematian sejarah. Di mana pun, tidak ada pedang bersilang linier yang memenggal urat nadi sastra secara tragis dan menggelepar, yang terjadi adalah tangis siklikal jabang bayi sebagai pananda kelahiran sastra garda depan dari rahim senja artistik silam (Esai Nostalgia Pengantin Sastra).

Membaca buku Antologi Puisi ‘Mobilisasi Warung Kopi’ karya Aditya Ardi Nugroho (Genjus), mengingatkan saya ketika nyeruput segelas kopi di beberapa warung. Ada kata kunci di sana: namanya tetap sama, yaitu kopi, tetapi berbeda rasa. Di kawasan panas pantai Kuta (Bali), tidak senyamleng pegunungan Trunyan-Kintamani dan Bedugul. Atau di perbukitan Asta Tinggi (Sumenep), berbeda dengan sekitaran industri Krakatau Still (Merak). Bahkan di tanah kelahiran sendiri (Jombang), antara warkop Yudar (Nglele), Mak Siti (Ringin Contong), Mak Muhsini (Gebangmalang), berbeda dengan warkop P. Tris (depan kampus SKIP Jombang), warkop Assalamu’alaikaum (gerbang UNMUH Malang). Ada banyak faktor pembeda yang berkaitan dengan seduhan, kemurnian, campuran serta suasana. Di sini Genjus berperan dalam 96 tuangan puisinya yang dikemas hingga 106 halaman.

Sebagaimana Dr. Suwardi Endraswara, M. Hum selaku pengantar buku ini, saya tersentak. Apa yang misterius dari sosok Genjus, mahasiswa jebolan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Jombang, hingga kumpulan puisinya tidak bisa dibilang pemula. Genjus meyeduh kerja puitika sedemikian tulus dan ulet untuk di persembahkan ke pembaca. Kerja puitika dimaksut ialah bagaimana Genjus mencari atau mewadahi intuisi, menentukan stilistika, tema, pencitraan, serta meramu berbagai genre puisinya.

Ada sekitar 20 jenis lirik puisi Genjus jika ditinjau dari 35 jenis lirik yang dikategorikan oleh Sutejo dan Sugianto dosen STKIP Ponorogo (Apreseasi Puisi, Pustaka Felicha, 2010). Banyaknya jenis lirik dalam buku ini, penulis sengaja menjebol sekat-sekat aliran dari gawang perpuisian yang kian rusuh dengan pertentangan. Bagi Genjus, pertengkaran kubu yang terus menerus, tak ubahnya orang yang bersikukuh berebut ‘benar’ dan ‘tua’ hingga eyel-eyelan sampai mengeluarkan KTP. Lucu.

Mantabnya, semua jenis puisi Genjus berdisiplin dengan A. Teeuw yang mengikat puisi tidak lepas dari kode bahasa, kode sastra dan kode budaya.

Puisi berjenis Hukla yang enak dipanggungkan, dapat kita temukan pada Surat Kaleng (hal.85), Sri Nangis Lagi (hal.86), Orang-Orang Panggung (hal.105). Puisi ini setara dengan Kembalikan Indonesia Padaku (MAJO, Taufik Ismail). Ratapan batin Genjus, terekam dalam warna elegis / karena aku hanya tembakau murahan / digulung dalam papir lusuh, beringsut, baunya kecut (Bersetubuh Siksa). Sedang yang paling privacy disembunyikan dalam puisi kamar / hening cipta / mati rasa (Yang Maha Sepi,hal.24) persis dengan puisi M. Fauzi Madura /di Sinai, ayat ayat itu mentasbih perjumpaan kita / rindu yang lahir berabad, berbetahbetah di ujung batumu (Horison, April 2006). Ada pun jenis lirik yang lain tersebar dan larat di sepanjang lanskap buku ini, semisal: Prismatis (Titik Habis, hal. 81), Diafan (Sri Nangis Lagi), Dramatis (Global Warning, hal. 91), Didaktis (Jagal Raya), Humoris (Gegar Otak), Romantis (Dia Wanita Militan), Metafisikal (Reaktor), Ode (Ibu, Ode Buat Aku), Kontemporer (Sepenggal Gerimis Untukmu), Naratif (Karnaval), Parodi (Kremasi Puisi).

Kejanggalan beberapa puisi dalam buku ini, seperti cerminan usia penulis yang masih dituntut sublimitasi karya, di mana hal yang adonis sekali pun tidak harus diungkap secara vulgar. Dalam Ode Buat Aku, penulis bertingkah narsis dengan mempahlawankan dirinya, tidak seperti Ode Buat Gus Durnya D. Zawawi Imron. Pengaruh usia juga terlihat dari lemahnya puisi bernada Parnasian yang menggarap puisi atas pertimbangan ilmu dan peningkatan ekonomi. Demikian juga tanda Platonik yang memasuki wilayah Tuhan dengan sangat mesra seperti Hamid Jabbar dalam judul puisinya Ke Puncak Diam / setiap langkah adalah darah / mengucap kejadian pasrah / yang bersipongah ngngngnggg / dari lengang ke lengang ngngg / ke dalam jeram / alirkan salam ke puncak diam.

Kepedulian buku ‘Mobilisasi Warung Kopi’ terhadap ketimpangan sosial, dapat dianalisa dari perbandingan puisi Satire yang mendominasi keseluruhan tema hingga 62 % dibanding puisi lainnya yang berjenis romantis, elegis, epigram, liris dll. Satire bukan puisi bisu yang tak andil merubah rezim Suharto hingga pergolakan Nazaruddin di tubuh Partai Demokrat. Di sini Genjus menempatkan barisan bersama Rendra dan Wiji Tukul yang menyorong puisinya ke mobilisasi pemberontakan dengan pamflet (Peniup Peluit, Harakiri, Haru Biru Air Matamu, Kesaksian Cacing, Surat Kaleng, Sebatang Paradoks). Meski pun masih mengekor, akan berbeda suguhannya jika Genjus menggeser bentuk budaya puisinya dari puisi Rendra. Sebab kebudayaan sebagaimana kekekalan energi tidak akan hilang dari naluri manusia, tetapi bisa berubah bentuk (Setya Yuwana Sudikan, makalah seminar di STKIP Ngawi 18 Januari 2011).

Buku ini penting bagi pembelajar sastra. Pembaca dapat mengutip bagaimana cara penulisnya merefleksi kejadian sesaat menjadi rekaman abadi secara baik dan benar. Sikap brilian penyair ialah ketepatan menguasai situasi dalam perubahan dadakan: Sesaat yang mempertaruhkan nilai. Itulah Genjus dengan karyanya.

*). Sabrank Suparno. Esais Jombang. Bergiat di Lincak Sastra Dowong. Tim pengelola media web: www.Sastra Indonesia.com.
*) Makalah bedah buku Antologi Puisi Mobilisasi Warung Kopi, karya Genjus, di HMP Bahtra Indonesia STKIP PGRI Jombang, pada 18 Juni 2011.

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir