Maman S. Mahayana *
Dua tanggapan atas Supernova yang dimuat Kompas (C. Sri Sutyoko Hermawan, Kompas, 11/3/2001 dan Tommy F. Awuy, Kompas, 18/3/2001) memperlihatkan kecerdasan kedua penulisnya dalam menganalisis novel karya Dee (Dewi Lestari) itu. Sebagai sebuah kritik umum, kedua tulisan itu berhasil menyajikan sebuah apresiasi. Ia dapat merangsang pembaca untuk menyimak sendiri novel itu.
Bahkan, Hermawan, berhasil pula menguak sejumlah kontradiksi yang disajikan Supernova. Dengan begitu, ia sekaligus memberi dua kemungkinan penafsiran, yaitu sebagai kelemahan novel itu atau kompleksitas problem tematisnya. Apapun hasil penafsirannya, bukan lagi menjadi soal. Sebab, masalah itu memang sangat bergantung pada wawasan pembacanya sendiri.
Dalam kaitan itu, “Kritik atas Kritik” yang disampaikan Awuy, juga menegaskan adanya dua --atau lebih-- kemungkinan terjadinya penafsiran itu. Adanya keberagaman penafsiran, dengan sendirinya telah menempatkan novel bersangkutan sekalian juga dengan kekayaan maknanya. Di sinilah fungsi penafsiran teks dalam kaitannya dengan konteks menjadi sangat penting. Teks tidak an sich bermakna teks tersurat, melainkan juga makna tersirat sesuai konteksnya.
Demikian juga, tulisan Awuy yang mencoba menempatkan novel itu sebagai tantangan kritik sastra kita, dapat dimaknai ke dalam dua kerangka berpikir. Pertama, Supernova sebagai science fiction. Dalam hal tersebut, sungguh tak dapat dinafikan label science fiction yang dilekatkan kepadanya. Sejumlah deskripsi ilmiah (science) berhasil lebur menjadi sebuah fiksi, dan bukan teks ilmiah. Dengan begitu, yang muncul ke permukaan bukanlah sebuah teks yang beku dan memusingkan, melainkan keindahan estetik yang menjadi syarat mutlak estetika teks fiksi. Dan ia merangsang kita untuk melakukan penelusuran lebih mendalam mengenai deskripsi science itu.
Jika dianalogikan science sebagai politik, maka seperti dinyatakan Stendhal, novelis Perancis, ia laksana letusan pistol di tengah pagelaran konser: ia dapat terdengar keras dan kampungan, tetapi mau tidak mau, kita pasti memperhatikannya. Dalam hal ini, memasukkan science, politik, filsafat atau ilmu pengetahuan lain ke dalam novel, dapat menghasilkan dua kemungkinan. Ia akan berantakan lantaran ada misi tertentu yang dipaksakan atau akan melahirkan nilai estetik yang cerdas, jika ia menjadi bagian integral dalam struktur novel itu. Supernova, terlepas dari sejumlah kontradiksi sebagaimana yang ditunjukkan Hermawan, berhasil menjadikan letusan pistol itu sebagai bagian yang tak terpisahkan dari komposisi konser.
Kedua, Supernova sebagai objek kajian kritik sastra. Dalam hal ini, pertanyaan Awuy, “Apakah seorang kritikus sastra tanpa memahami teori fisika akan dengan mudah menganalisis karya seperti Supernova secara memuaskan?” Yang perlu dicermati di dalam lingkup kritik sastra sesungguhnya bukanlah terletak pada apakah analisisnya memuaskan atau tidak, melainkan jatuh pada argumen yang memadai. Setiap kritik sastra mestinya berakhir dengan tidak memuaskan! Dengan demikian, ia membuka peluang terjadinya perdebatan. Dan itu justru dimungkinkan lantaran interpretasi ikut memainkan peranannya. Tanpa itu, penggalian terhadap kekayaan teks akan mandek. Penafsiran terhadap sebuah teks akan berakhir pada persoalan puas atau tidak puas.
Seorang kritikus sastra tak mutlak menguasai semua ilmu, termasuk di dalamnya memahami teori fisika. Usaha pemahaman terhadap Supernova, juga tidak secara serta- merta, mewajibkan kritikus belajar ilmu itu. Yang penting dilakukan adalah mencermati, bagaimana deskripsi ilmiah itu, integral, lebur, dan menjadi bagian tak terpisahkan dalam struktur karya bersangkutan. Jadi pencermatannya jatuh pada masalah estetika dan bukan pada kebenaran science sebagai science. Jika kritikus dituntut harus memahami semua ilmu, maka betapa celakanya seorang kritikus yang hanya berkutat pada ilmu-ilmu humaniora, dan tidak memahami fisika, kedokteran atau ilmu eksakta secara keseluruhan.
Di awal tulisannya, Awuy menyatakan: “Kritik sastra di Indonesia muncul secara beragam, mengikuti perkembangan arus paradigma kritik sastra dunia...” Justru dengan kenyataan itu, analisis terhadap Supernova, juga (terpaksa) menggunakan paradigma itu. Dan di dalam kritik sastra, dikenal adanya kritik perspektif, yaitu jenis kritik sastra yang inklusif. Ia selalu membuka diri atas lahirnya berbagai karya eksperimental, avant-garde, atau yang nyeleneh sekalipun. Supernova sebagai karya yang masuk dalam kotak science fiction, tentu saja penilaian terhadapnya mesti menggunakan perangkat kotak itu. Dengan sendirinya, munculnya karya-karya eksperimental selalu akan diikuti dengan analisis kritis dengan menggunakan perangkat yang pas sesuai dengan kotak yang dimasukinya.
***
Dalam sejarah novel Indonesia, mesti diakui Supernova merupakan novel pertama yang memanfaatkan science untuk kepentingan fiksi. Dialog Ruben-Dhimas, misalnya, yang sarat bernuansa science, sekaligus juga memperkuat ketokohan keduanya. Begitu juga pemaparan sejumlah teori, baik yang diberi keterangan dalam catatan kaki, maupun yang diintegrasikan dalam deskripsi dan dialog antartokoh, memastikan luasnya wawasan Dee dalam bidang itu. Setidak-tidaknya, ia sangat tidak miskin bacaan.
Usaha pemanfaatan science atau deskripsi ilmiah dalam khazanah kesusastraan Indonesia, sesungguhnya pernah dilakukan Achdiat Karta Mihardja dalam Debu Cinta Bertebaran (Singapura, 1973) meski pemanfaatannya cenderung jatuh pada dialog-dialog berkepanjangan tentang filsafat dan estetika. Sungguhpun demikian, ia masih lebih baik dibandingkan Grotta Azzura (1970--1971) Sutan Takdir Alisjahbana yang eksplisit merupakan filsafat pengarangnya sendiri. Djoko Quartantyo, dalam cerpennya “Absurd” (Kompas, 27 Mei 1990) juga sudah memperlihatkan gejala ke arah pemanfaatan itu. Munculnya Supernova, dipastikan akan meramaikan jenis novel model science fiction.
Dalam sejarah novel dunia, karya sejenis itu yang dapat dimasukkan dalam kotak science fiction, tentu saja bukanlah hal yang baru. Istilah science fiction mula diperkenalkan oleh Hugo Gernsback tahun 1926 untuk menyebut cerita-cerita yang menakjubkan (amazing stories). Baru pada tahun 1950, selepas Robert Scholes, Alvin Toffler, Scott Sander, dan C.S. Lewis, secara gencar ikut membicarakan karya-karya sejenis itu, istilah science fiction lalu digunakan sebagai label untuk novel yang sarat mengandung uraian ilmiah. Novel-novel yang terbit abad ke-17 pun menjadi sasaran contoh kasus. Muncullah nama-nama Edgar Allan Poe, Jules Verne, Robert Louis Stevenson, Clive Cartmill, dan teristimewa Herbert George Wells.
Belakangan, karya-karya H.G. Wells (1866-1946), seperti The War of the Worlds (1898) yang mengisahkan kedatangan makhluk Mars atau The World Set Free (1913) yang menceritakan keganasan senjata atom, telah menempatkannya sebagai perintis science fiction. Dua novel awalnya, The Time Machine (1895) dan The Island of Doctor Moreau (1896), bahkan dianggap sebagai pelopor novel sejenis itu. Lebih daripada itu, karya-karya Wells juga dipandang sebagai jawaban terhadap pandangan dunia ilmiah (scientific world-view), meski ada juga yang menyebutnya sebagai literature of ideas.
Di Amerika, karya Clive Cartmill, Deadline, yang menggambarkan keganasan ledakan bom atom serta akibat-akibat yang ditimbulkannya, dipandang sebagai bukti adanya kebocoran dalam sistem intelejen militer Amerika. Akibatnya, Badan Intelejen Militer Amerika, terpaksa mengkaji ulang sistem keamanannya.
Jauh sebelum itu, di dunia Islam, Ibn Thufail (1106--1185) lewat karyanya, Hayy Ibn Yaqzhan (terjemahan Helmi Hidayat, Pelita, 29/10/1990 sampai 30/11/1990), berhasil mengintegrasikan deskripsi anatomi, astronomi, dan filsafat Islam sebagai naluri, intuisi, dan akal murni tokoh Hayy. Tidak sedikit pemikir yang menempatkan karya itu dalam kerangka pemikiran filosofis Ibn Thufail. Tetapi, banyak pula yang mengaguminya sebagai karya sastra yang bernilai tinggi. Penerjemahan Hayy Ibn Yaqzhan ke dalam banyak bahasa dan pengaruhnya yang luas merupakan bukti pentingnya karya itu. Dipercayai pula, Daniel Defoe (1661-1731) dalam karyanya, Robinson Crusoe (1719), Jonathan Swift (1667--1745) dalam Gullivers Travels, dan Rudyard Kipling (1856--1936) dalam Jungle Books (1894), langsung atau tidak, terpengaruh karya Ibn Thufail.
***
Bagaimanapun juga, di dalam paradigma kritik sastra Barat, Supernova sebagai karya sejenis science fiction, tidaklah sama sekali baru. Dalam pengajaran kritik sastra, pembahasan mengenai itu, juga sudah sejak lama dijadikan sebagai salah satu materinya. Hanya saja, ketika kita hendak menerapkan itu, tak ada novel Indonesia yang representatif yang dapat dijadikan contoh kasus. Oleh karena itu, kehadiran Supernova di tengah kita, tidak hanya ikut menyemarakkan keberagaman khazanah novel Indonesia, tetapi juga sangat mungkin bakal makin menggairahkan kehidupan kritik sastra Indonesia, baik di lingkungan akademis, maupun di masyarakat sastra Indonesia secara keseluruhan. Niscaya, kajian mengenai itu, sungguh akan tambah mengasyikan.
***
_________________
*) Maman S. Mahayana, lahir di Cirebon, Jawa Barat, 18 Agustus 1957. Dia salah satu penerima Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (2005). Menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FS UI) tahun 1986, dan sejak itu mengajar di almamaternya yang kini menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI). Tahun 1997 selesai Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Pernah tinggal lama di Seoul, dan menjadi pengajar di Department of Malay-Indonesian Studies, Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan. Selain mengajar, banyak melakukan penelitian. Beberapa hasil penelitiannya antara lain, “Inventarisasi Ungkapan-Ungkapan Bahasa Indonesia” (LPUI, 1993), “Pencatatan dan Inventarisasi Naskah-Naskah Cirebon” (Anggota Tim Peneliti, LPUI, 1994), dan “Majalah Wanita Awal Abad XX (1908-1928)” (LPUI, 2000).
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar