Mawar Kusuma Wulan
http://www.kompas.com/
Ketika tim dari Universitas Gadjah Mada masih berkutat untuk penyelesaian jilid terakhir dari 12 jilid karya sastra Jawa Serat Centhini yang telah digarap sejak tahun 1996, Elizabeth D Inandiak mampu merangkum serta mengkreasikan Serat Centhini menjadi buku dalam tiga tahun.
Maka, tak heran kalau Ketua Tim Penerjemah Serat Centhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Marsono, menyatakan kekagumannya terhadap Elizabeth D Inandiak, penyair asal Perancis ini. Sebab, menerjemahkan atau mengkreasi ulang Serat Centhini bukan pekerjaan mudah.
Karya dari awal abad ke-19 ini tebal naskahnya 4.200 halaman, berbahasa Jawa klasik yang dipenuhi deskripsi detail. Irama bunyi-bunyian gamelan, misalnya, ditulis lengkap dan sering kali tak ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Serat Centhini yang memuat banyak hal tentang tanah Jawa sering disebut sebagai ensiklopedia kebudayaan Jawa.
Dari Serat Centhini kreasi baru berbahasa Perancis bertajuk Les Chants de lile a dormer debout le Livre de Centhini yang terbit tahun 2002 itu, Elizabeth memperoleh penghargaan Prix de La Francophonic pada 2003. Ia lalu mengalihbahasakan karya itu ke dalam bahasa Indonesia yang terbit pada Juli 2008, judulnya Centhini, Kekasih yang Tersembunyi.
”Saya merasa ada rahasia sangat indah (dari Serat Centhini),” kata Elizabeth di rumahnya yang diapit sawah di kawasan Sleman, Yogyakarta.
Bercerita tentang bagaimana ia menerjemahkan Serat Centhini, dengan bersemangat Elizabeth menunjukkan cara kerjanya. Ia tunjukkan tumpukan buku referensi sembari membuka lembar demi lembar buku itu yang menarik perhatiannya.
Untuk menerjemahkan, ia tak hanya memerlukan buku yang terkait langsung dengan Serat Centhini, tetapi juga aneka karya sastra dunia, seperti syair dari seniman Perancis, Victor Hugo. Ia juga mempelajari buku tentang kehidupan Hallaj pada abad ke-10, hingga karya PJ Zoetmulder tentang sastra suluk dan sastra Jawa.
”Saya mengambil beberapa ajaran yang relevan untuk memperkaya Serat Centhini,” katanya.
Pengembaraan
Setelah melahirkan putrinya, Sarah Diorita (17) pada 1991, Elizabeth membaca karya Denys Lombard, Le Carrefour Javanis, yang dia peroleh dari sang ibu. Di salah satu jilid dalam buku tentang esai sejarah global tersebut, ia menemukan dua lembar ringkasan Serat Centhini tentang pengembaraan orang yang tak puas.
”Saya menemukan kesamaan karena saya pun seorang pengembara,” katanya.
Tahun 1999 Elizabeth mulai menerjemahkan Serat Centhini. Selama delapan bulan sebelum karya itu selesai, ia seakan tak lelah, setiap hari menulis mulai pukul 14.00 hingga 01.00.
”Saya beruntung, memperoleh bantuan pendanaan dari Kedutaan Perancis (di Indonesia) dalam membuat Centhini dalam bahasa Perancis,” katanya.
Demi Centhini, Elizabeth pun bekerja sama dengan murid PJ Zoetmulder, Sunaryati Sutanto, yang mahir berbahasa Jawa klasik. Sebab, kendala utama yang ia hadapi dalam penulisan ulang Serat Centhini adalah semakin sedikitnya orang Jawa yang bisa berbahasa Jawa klasik.
Penerjemahan Serat Centhini sering kali juga terkendala anggapan masyarakat bahwa karya ini ”kotor” karena mendeskripsikan kehidupan seksualitas dengan detail dan jujur. Namun, sebagian orang lainnya justru menganggapnya suci dalam menggambarkan pengembaraan spiritual menuju kesempurnaan.
Sementara pengembaraan Elizabeth dalam kehidupannya sendiri, dimulai saat duduk di bangku sekolah menengah atas. Menginjak usia 18 tahun, ia merasa hidup di luar rumah lebih menarik. Meski tergolong siswa pandai di kelas dwibahasa Jerman dan Perancis, ia memilih pergi dari rumah. Dia sempat bermukim di Jerman, lalu Amerika Serikat.
”Awalnya saya mengira pelarian ini dipicu ketidakcocokkan dengan ayah. Ini seperti tokoh dalam Serat Centhini. Mereka ternyata lari bukan karena dikejar Sultan Agung, tetapi karena pencarian jati diri. Untuk menemukan jati diri, awalnya memang harus mengembara secara horizontal atau vertikal. Tak sekadar perjalanan secara ragawi, melainkan juga batin,” ungkapnya.
Pengembaraan itu terus berlanjut setelah Elizabeth berprofesi sebagai wartawan lepas kebudayaan dari sebuah majalah di Perancis. Sebagai wartawan, ia menemukan dunia lain yang sering kali lebih keras dari bayangannya. Ia sempat ke India setahun dan mewawancarai Perdana Menteri Indira Gandhi sebelum terbunuh.
Meski tak merampungkan kuliahnya di bidang politik, ia menguasai berbagai bahasa, seperti bahasa Perancis, Jerman, Inggris, Rusia, Indonesia, dan Jepang.
Tanah Jawa
Elizabeth menginjak tanah Jawa pertama kali pada 1988. Saat itu ia menjadi wartawan lepas dan bertugas menulis tentang Islam dan kebatinan. Ia mewawancarai Menteri Agama pertama Indonesia, HM Rasjidi, yang pernah menulis disertasi tentang Serat Centhini dalam bahasa Perancis tahun 1956. Situasi Indonesia kala itu, seingatnya, masih diwarnai perdebatan tentang apakah kebatinan akan dimasukkan sebagai agama resmi negara.
Ia juga bertemu Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang memberinya informasi tentang mayoritas masyarakat Jawa dan ajaran sufi. ”Padahal, sebelumnya saya tak pernah berpikir akan ke Jawa, apalagi mencintai Jawa,” ujar Elizabeth yang pernah menikah dengan pria Jawa, lalu bercerai ini.
Berada di Pulau Jawa, ia merasa seperti kembali ke masa kanak-kanak yang indah dan penuh kepercayaan Ilahi. Makhluk khayalan dalam dongeng sang nenek yang sering kali didengarnya sewaktu kecil, seperti buaya, ditemuinya di tanah Jawa.
”Nasib membawa saya ke Jawa. Saya menemukan masa kanak-kanak saya di sini, dunia yang ajaib,” ungkap Elizabeth yang sejak kecil suka menulis syair.
Dari pengembaraannya, ia mendapati, jurang perbedaan yang memisahkan bangsa, agama, dan suku hanya terletak di permukaan. Ketika orang mulai masuk dalam tingkat keindahan, seperti syair dan kesenian, jurang itu tak ada lagi. Dalam keindahan syair, jurang tersebut sirna. Oleh karena itulah, ia merasa berkewajiban memperkenalkan karya sastra dari penyair besar yang belum dikenal dunia.
Tak puas hanya dengan Serat Centhini, ia berencana menulis ulang karya sastrawan Jawa, Ronggowarsito. Elizabeth juga sempat menulis beberapa buku, seperti The White Banyan, Lahirnya Kembali Beringin Putih, pada 1998.
Ia juga masih punya waktu bergiat di Sanggar Giri Gino Guna yang didirikannya di Dusun Bebekan, Pandak, Kabupaten Bantul. Sanggar ini berawal dari gempa yang melanda Yogyakarta pada 2006. Lewat sanggar, Elizabeth berharap bisa ikut mengisi pendidikan anak-anak, terutama dalam mempelajari karawitan, gamelan, dan seni budaya setempat.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar