Grathia Pitaloka
http://jurnalnasional.com/
Tema kedaerahan pernah mendapatkan tempat penting dalam dunia prosa Indonesia.
Karya-karya prosa Indonesia pernah begitu bergairah menjadikan warna lokal sebagai tema besar. Tengok saja, Upacara (1978) karya Korrie Layun Rampan, Makrifat Daun, Daun Makrifat (1977) karya Kuntowijoyo, Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer, Burung-burung Manyar (1981), dan Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa (1983) karya Y.B. Mangunwijaya, Bako (1983) karya Darman Moenir, Ronggeng Dukuh Paruk (1982) karya Ahmad Tohari, dll.
Pada karya-karya ini warna lokal yang diusung bukan hanya aspek sosial-budayanya, melainkan menjadi media ekspresi atau jadi idiom-idiom estetika di dalamnya. Bukan hanya warna subkultur yang kuat, tapi juga berkembang menjadi eksplorasi bahasa dan style mencapai nilai estetis.
Pengertian lokal di sini tentu bukan hanya berkutat pada dimensi keruangan atau batas-batas geografis, melainkan diterjemahkan secara luas melalui setting, bahasa, serta penokohan yang kental dengan atmosfer dan ciri-ciri kultural setempat.
Beberapa sastrawan mencoba menyandingkan warna lokal dengan hiruk-pikuk nuansa urban. Kekontrasan yang tercipta memberikan nuansa baru pada perkembangan sastra Indonesia. Korrie Layun Rampan merupakan salah satu sastrawan yang berhasil memadukan dua warna kehidupan yang bertolakbelakang itu. Novelnya, Upacara berhasil mengantarkan Korrie sebagai pemenang Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta tahun 1976.
Novel Upacara bercerita tentang keberadaan etnis Dayak di pedalaman Kalimantan serta permasalahan sosial berupa penebangan hutan yang terjadi di sana. "Ketika itu belum ada yang mengangkat persoalan Kalimantan sebagai sebuah cerita," kata Korrie kepada Jurnal Nasional, Selasa (21/10).
Kepiawaian Korrie mengemas "tabrakan" antara warna lokal dan nuansa urban sebagai sebuah daya tarik pantas diacungi jempol. Pertentangan nilai antara masyarakat Dayak dan Jakarta digambarkan lewat cara pandang mereka terhadap upacara adat. "Upacara adat yang dipandang penting oleh masyarakat Dayak, diabaikan dan dianggap sebelah mata oleh orang Jakarta," ujar penulis novel Api Awan Asap ini.
Pertentangan nilai antara Jakarta dan daerah juga terasa kental pada Novel Warisan karya Chairul Harun. Karya yang mendapat penghargaan Yayasan Buku Utama dari Depar-temen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) ini bercerita mengenai perbedaan cara pandang antara Rafilus yang bekerja di Jakarta dengan keluarga ayahnya di Kurai Taji, Pariaman.
Konflik antarkeluarga ini bermula ketika Rafilus berniat membawa ayahnya yang sedang sakit keras berobat ke Jakarta. Ia berpikir teknologi serta tenaga medis di ibu kota pastilah lebih memadai ketimbang di kampungnya. Tapi sanak keluarga Rafilus menolak mentah-mentah keinginan itu. Mereka khawatir niat pemindahan pengobatan semata-mata hanya cara Rafilus untuk menguasai seluruh harta ayahnya. Mereka lebih mempercayakan kesembuhan ayah Rafilus kepada dukun kampung bernama Tun Rudin.
Pertentangan nilai juga terasa ketika Rafilus terpaksa menikahi kerabatnya yang bernama Rekana, untuk memenuhi keinginan ayahnya dan menjaga tali silaturahmi. Padahal hati Rafilus telah terpaut pada seorang janda bernama Maemunah. Masyarakat kampung Rafilus cenderung berpersepsi negatif terhadap perempuan yang berstatus janda. Namun tidak bagi Rafilus, yang terbiasa dengan nilai-nilai masyarakat kota besar.
Perbedaan Karakter
Korrie mengatakan, setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan yang berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, realitas yang terjadi di Kalimantan belum tentu dapat ditemukan di daerah lain. Pria yang kini menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Kutai Barat ini menuturkan, para pengarang yang ingin mengangkat warna lokal dalam karya-karyanya harus mengenal betul budaya serta karakteristik masyarakatnya. "Karakteristik masyarakat Kalimantan akan kehilangan makna, bila diangkat dalam karya yang berlatarbelakang budaya Minang," ujar Korrie.
Senada dengan Korrie, sastrawan Darman Moenir mengatakan, warna lokal yang diusung akan terasa hambar apabila penulis tidak memahami seluk beluk budaya daerah tersebut. "Dalam melukiskan persoalan perempuan dan seks, misalnya, karya cerpenis yang tinggal di Pontianak atau penyair yang tinggal di Kendari, tak ada bedanya dengan karya mereka yang tinggal di Jakarta," kata Darman.
Ia memaparkan, mungkin saja permasalahan yang sama dapat ditemui di Jakarta atau kota besar lainnya. Namun konteks lokal yang berbeda, akan melahirkan warna yang berbeda pula. "Bukan sekadar setting dan cara pengucapan, tetapi cara pandang yang menggambarkan konteks kultur dan etos tradisi yang diikuti dengan berbagai respons dan perubahan yang terjadi di dalamnya," ujar Darman.
Pemenang kedua Sayembara Novel Kartini 1987 ini mengatakan, pemahaman terhadap budaya suatu daerah bisa terjadi karena memang yang bersangkutan dibesarkan oleh latar belakang budaya itu atau melalui proses penelitian mendalam.
Lelaki kelahiran Batusangkar, 27 Juli 1952 ini memberikan contoh, Novel Para Priyayi karya Umar Kayam yang menyajikan daerah sebagai suatu latar solid tak terganti. "Latar menjadi warna lokal, kemudian lokalitas menjadi acuan peristiwa serta melahirkan peristiwa," ujar penulis Novel Bako yang memenangkan hadiah utama Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1980.
Hal serupa juga terjadi pada Novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis. Harimau sebagai metafor hasrat liar dan ganas manusia mungkin dapat ditemui di daerah lain, tetapi permainan antara harimau sebagai binatang buas serta harimau yang bermain di sudut hati tokoh-tokohnya hanya mungkin disajikan dengan latar belantara Sumatera.
Dari segi penokohan, menurut Korrie, karakter pada novel dengan warna lokal merupakan manusia dalam arti komunitas. Hal ini berbeda dengan novel yang mengangkat tema realisme sosial atau nuansa urban, di mana karakter menjadi cermin pribadi tunggal. "Novel dengan warna lokal biasanya tidak menggambarkan tokoh sentral melainkan tokoh jamak, sehingga satu sama lain memiliki persepsi yang berbeda-beda, contohnya Aku dalam Novel Upacara," kata Korrie.
Ia mengatakan, fungsi pengarang dalam menyajikan warna lokal tidak hanya sebagai penulis melainkan melakukan eksplorasi budaya. "Ia harus menyampaikan aspirasi masyarakat di mana peristiwa itu berlangsung, sehingga karakter tidak hanya hadir sebagai boneka bagi pengarangnya," ujar Korrie.
Medan Nilai Sosial
Haris Effendi Thahar mengatakan, karya sastra yang mengangkat warna lokal merupakan sarana tepat untuk menyampaikan nilai-nilai sosial yang terjadi di daerah tersebut. "Sejauh mana ia bisa mengemas warna lokal tetapi dapat menimbulkan dampak global," kata Penulis Kumpulan Cerpen Si Padang.
Ia mencontohkan, cerita yang bertutur tentang anak yang hidup di pedalaman Kalimantan dan hidup dalam keterbatasan. "Tentu penekanannya bukan pada pedalamannya, tetapi bagaimana nilai kemanusiaan manusia Kalimantan tersebut dapat dirasakan oleh pembaca yang berasal dari Amerika atau Eropa," ujar Harris.
Selain itu, karya sastra berwarna lokal juga bermanfaat untuk memperkenalkan khazanah budaya Indonesia, sehingga masyarakat sadar bahwa negara ini terdiri dari bermacam suku dan tradisi. Sayangnya, tak banyak pengarang yang berhasil mengemas warna lokal menjadi sajian bercitarasa global. "Hanya segelintir yang berhasil, rata-rata hanya menggunakan warna lokal sebagai pembungkus tetapi tidak memiliki makna mendalam," kata penulis buku Anjing Bagus.
Warna lokal tak hanya menarik perhatian para sastrawan dunia ketiga. Teks sastra dari Jepang, Daerah Salju dan kumpulan cerpen Penari-penari Jepang karya Yasunari Kawabata merupakan salah satu karya yang berhasil mengangkat kearifan lokal, menjadi teks sastra yang bermuatan nilai estetis.
Begitu pula dengan sastrawan Mesir, Naguib Mahfouz, dengan novelnya Lorong Midaq. Mahfouz berhasil menghadirkan kearifan lokal untuk mencapai nilai estetis dalam teks sastranya. "Kualitas sastrawan Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan sastrawan dari negara lain," kata Darman.
Mengingat pentingnya warna lokal dalam khazanah sastra Tanah Air, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Melanie Budianta menyayangkan kondisi aliran ini yang semakin tersisih dan tergerus oleh-oleh tema realisme sosial dan nuansa urban.
Mengangkat realisme sosial sebagai latar belakang karya sastra bukanlah suatu hal yang buruk, tetapi pengayaan karya serasa mandek ketika tidak ada eksplorasi terhadap nuansa lokal. Karya-karya yang terlalu didominasi nuansa urban, kemudian melahirkan produksi massal tanpa dilengkapi identitas tersendiri.
Estetika lokal merupakan mazhab tersendiri dalam dunia sastra Indonesia. Tidak salah jika kemudian muncul mazhab lain. Akan tampak tidak berimbang ketika semua hanya menoleh pada satu sisi, sisi urban misalnya. Hal tersebut amat disayangkan, karena akan memunculkan hiperbola penggambaran yang terkadang memuakkan.
Menurut Melani, daerah-daerah di Indonesia sangat kaya akan keragaman budaya, tetapi sayangnya masih sedikit pengarang sastra yang menuliskan kekayaan tersebut. Padahal sastra subkultur dapat mulai dikembangkan dalam komunitas-komunitas sastra.
Kurang diangkatnya warna lokal dalam karya sastra Indonesia, bisa jadi disebabkan oleh kondisi pasar yang tidak responsif. Padahal, dukungan pasar terhadap sastra subkultur turut memengaruhi perkembangannya.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar