Selasa, 21 Oktober 2014

Inilah Kebalian Cerpen Indonesia

Judul: Penari Sanghyang
Pengarang: Mas Ruscitadewi
Penerbit: Arti Foundation Denpasar, 2007
Tebal: 100 halaman
Bali Post, 21 Okt 2007


Lewat buku ini pembaca diajak untuk melihat potret mini Bali yang terus berproses.
SETELAH masa reformasi, warna lokal dalam jagat sastra Indonesia kembali menggeliat, seperti sejak awal-awal masa kelahirannya pada dekade 1920-an. Hal ini tentu membanggakan paling tidak dalam dua hal. Pertama, budaya lokal yang diekspresikan oleh pengarang dari daerah asal budaya itu bisa memperkenalkan kearifan lokal yang tidak dipunyai daerah lain. Sumbangan ini bisa memperkaya pesona budaya untuk saling memahami dan menumbuhkan saling pengertian di tengah keberanekaan kultur. Dalam konteks ini, pesona budaya lokal itu menjadi perekat sekaligus penghubung antar-perbedaan budaya menuju persatuan dalam konteks ke-Indonesia-an.

Kedua, pengarang yang menulis daerahnya sendiri sebagai objek ekspresi diandaikan memiliki pemahaman optimal terhadap berbagai fenomena budaya yang berkembang di sekitarnya. Pengarang seperti ini bisa merasakan getar jiwa dari sumur lokalitasnya sehingga penggunaan diksi daerah tidak ngawur. Prinsip kepengarangan seperti ini berkorelasi dengan prinsip belajar bahasa dalam linguistik yang dikenal dengan konsep “here and now” — di sini dan sekarang. Belajar dari hal-hal yang dekat di sekitar dalam kekinian.

Dua pertimbangan itu tampaknya bisa dikenakan pada cerpen-cerpen Mas Ruscitadewi dalam buku “Penari Sanghyang” ini. Buku ini memuat 10 cerpen yang sebelumnya telah dipublikasikan di media massa. Semua cerpen ini sangat kental dengan lokalitas Bali, baik yang dinyatakan secara eksplisit maupun secara implisit. Cerpen yang secara eksplisit mencitrakan warna lokal Bali di antaranya “Penari Sanghyang”, “Pertarungan”, “Gedong”, dan “Namaku Astra”. Sisanya mengangkat warna Bali secara tersembunyi.

Dari pilihan judul, buku ini telah mencitrakan kebalian cerpen Indonesia yang menyiratkan pengarangnya secara intens mengangkat tradisi pementasan teater tradisional melalui pementasan Tari Sanghyang. Penari dalam teater ini dikisahkan bukan penari sembarangan, melainkan penari pilihan sesuunan melalui ritual yang sakral. Dari sini Bapa Rauh dititahkan menjadi penari Sanghyang sampai mati, walaupun sudah ada sembilan orang yang berupaya menggantinya dengan alasan Bapa Rauh sudah uzur. “Bukan Bapa tidak mau diganti sebagai penari Sanghyang, tetapi karena hidup Bapa sebagai penari Sanghyang, biarlah Bapa mati sebagai penari Sanghyang.” (hal.7).

Kutipan itu mengamanatkan penari sakral yang ditunjuk sesuunan tidak bisa diganti sembarangan apalagi dengan ambisi pribadi walaupun memiliki kesaktian. Mereka yang menari dengan ambisi pribadi tariannya akan hambar tidak ber-taksu sebagaimana tersirat dalam cerpen “Pertarungan”. “Lihatlah mereka mulai menyingkir, karena mereka menari dengan ambisi, bukan dengan nurani.” (hal.27). Berkesenian yang sarat dengan ambisi bukanlah masolah karena masolah identik dengan ngayah melalui landasan cinta kasih nan tulus. Hal ini dituangkan dalam cerpen “Namaku Astra”.

Jika dalam “Penari Sanghyang”, “Namaku Astra”, dan “Pertarungan”, Mas Ruscitadewi mengekplorasi tarian (sakral) untuk menghidupkan kisahnya, maka dalam “Gedong” ia menyuarakan perebutan gedong oleh orang-orang puri. Perebutan gedong dilakukan untuk bisa memerintah orang-orang puri. Perebutan ini dalam konteks kekinian identik dengan perebutan kursi jabatan dalam politik pemerintahan. “Gedong adalah pusat kekuasaan di Puri ini”. Puri, dengan demikian, diniatkan oleh pengarang sebagai sumber inspirasi dalam melahirkan pemimpin ideal karena telah dilembagakan melalui konvensi orang-orang puri.

Ciri Kebalian

Mencermati secara keseluruhan cerpen dalam buku ini, paling tidak ada empat hal yang menandai ciri kebalian cerpen Indonesia. Pertama, kentalnya budaya ritual keagamaan (Hindu) yang menyatu dengan adat (Bali) dalam kisah cerpen. Berimpitnya adat dan agama telah melahirkan tradisi menghaturkan sesajen yang penuh dengan bau kembang dan dupa. Kedua, kemenangan tokoh-tokoh yang dititahkan oleh sesuunan untuk menjadi pengawal seni adalah model pendidikan seni yang diwariskan secara turun-temurun. Hal inilah yang membuat proses regenerasi berkesenian di Bali senantiasa berkesinambungan.

Ketiga, kuatnya dominasi berkesenian yang menempatkan budaya ngayah sebagai bagian kehidupan mendorong seniman melakukan pencarian secara mendalam hingga ber-taksu. Keempat, intensnya kekuasaan Puri dalam menata diri ke dalam adalah bukti bahwa Bali di bawah naungan NKRI tidak serta merta menghapus sistem tradisi yang hidup dan berkembang lebih dulu. Buktinya belakangan ini, puri terus digali sebagai sumur inspirasi oleh ilmuwan maupun seniman, termasuk sastrawan.

Karenanya, lewat buku ini pembaca diajak untuk melihat potret mini Bali yang terus berproses. Dinamika itu direpresentasikan melalui cerita. Cerita ini tidak tertutup kemungkinan bermula dari berita. Jika kemungkinan itu benar, maka cerita bisa menjadi wacana sanding bagi berita dalam arti bahwa cerita (pendek) bisa menjadi pelengkap bagi berbagai wacana dalam pemberitaan secara faktual. Kebalian cerpen Indonesia yang digarap Mas Ruscitadewi ini melengkapi cerpen-cerpen Putu Wijaya, Aryantha Soethama, dan Oka Rusmini yang lebih dulu menggali sumur peradaban Bali ke dalam karya-karyanya.

Namun demikian, kekayaan kultur yang kelak menjadi dokumen budaya ini masih menyisakan persoalan teknis terutama dalam tatatulis. Beberapa kosakata Bali yang seharusnya dicetak miring, tidak dibedakan tatacara penulisannya dengan kosakata Indonesia. Hal ini mungkin akan membingungkan bahkan menyulitkan pemahaman pembaca non-Bali.
***

Dijumput dari: http://kesusastraan.wordpress.com/2007/10/21/kebalian-cerpen-indonesia/#more-28

Tidak ada komentar:

A Musthafa A Rodhi Murtadho A Wahyu Kristianto A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Wachid BS Abdullah al-Mustofa Abdullah Khusairi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimanyu Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Achmad Maulani Adek Alwi Adhi Pandoyo Adrian Ramdani Ady Amar Afrizal Malna Agnes Rita Sulistyawati Aguk Irawan Mn Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Subiyakto Agus Sulton Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahm Soleh Ahmad Farid Tuasikal Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Luthfi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadie Thaha Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rasyid AJ Susmana Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander Aur Alexander G.B. Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Rif’an Aliela Alimuddin Alit S. Rini Alunk Estohank Ami Herman Amich Alhumami Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminudin TH Siregar Ammilya Rostika Sari An. Ismanto Anaz Andaru Ratnasari Andhi Setyo Wibowo Andhika Prayoga Andong Buku #3 Andrenaline Katarsis Andri Cahyadi Angela Anies Baswedan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Sudibyo Anton Wahyudi Anwar Holid Anwar Siswadi Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif Hidayat Arif Zulkifli Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayu Utami Azyumardi Azra Babe Derwan Bagja Hidayat Balada Bandung Mawardi Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Bernadette Lilia Nova Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Bhakti Hariani Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budi Winarto Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Bustan Basir Maras Camelia Mafaza Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cecep Syamsul Hari Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Choirul Rikzqa D. Dudu A.R D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Darma Putra Darman Moenir Darmanto Jatman Dedy Tri Riyadi Delvi Yandra Denny JA Denny Mizhar Dewi Anggraeni Dian Basuki Dian Hartati Dian Sukarno Dian Yanuardy Diana AV Sasa Dinar Rahayu Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Edeng Syamsul Ma’arif Edi Warsidi Edy Firmansyah EH Kartanegara Eka Alam Sari Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyn Novellin Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil Amir Engkos Kosnadi Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F. Budi Hardiman Fadly Rahman Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fani Ayudea Fariz al-Nizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fatkhul Aziz Felix K. Nesi Film Fitri Yani Franditya Utomo Fuska Sani Evani Gabriel Garcia Marquez Gandra Gupta Garna Raditya Gde Artawan Geger Riyanto Gendhotwukir George Soedarsono Esthu Gerakan Surah Buku (GSB) Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunawan Tri Atmojo H. Supriono Muslich H.B. Jassin Hadi Napster Halim H.D. Hamberan Syahbana Hamidah Abdurrachman Han Gagas Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Priyatna Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasan Junus Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Helwatin Najwa Hendra Junaedi Hendra Makmur Hendriyo Widi Ismanto Hepi Andi Bastoni Heri Latief Heri Listianto Herry Firyansyah Heru Untung Leksono Hikmat Darmawan Hilal Ahmad Hilyatul Auliya Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur Husnun N Djuraid I Nyoman Suaka Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IGK Tribana Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilenk Rembulan Ilham khoiri Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santosa Imelda Imron Arlado Imron Tohari Indiar Manggara Indira Margareta Indra Darmawan Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ingki Rinaldi Insaf Albert Tarigan Intan Hs Isbedy Stiawan ZS Ismail Amin Ismi Wahid Ivan Haris Iwan Gunadi Jacob Sumardjo Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean-Marie Gustave Le Clezio JJ. Kusni Joko Pinurbo Joko Sandur Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Julika Hasanah Julizar Kasiri Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kadir Ruslan Kartika Candra Kasnadi Katrin Bandel Kenedi Nurhan Ketut Yuliarsa KH. Ma'ruf Amin Khaerudin Khalil Zuhdy Lawna Kholilul Rohman Ahmad Komunitas Deo Gratias Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Korrie Layun Rampan Krisandi Dewi Kritik Sastra Kucing Oren Kuswinarto Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lenah Susianty Leon Agusta Lina Kelana Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto M Shoim Anwar M. Arman A.Z. M. Fadjroel Rachman M. Faizi M. Harya Ramdhoni M. Kasim M. Latief M. Wildan Habibi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria hartiningsih Maria Serenada Sinurat Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Marsus Banjarbarat Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masriadi Mawar Kusuma Wulan Max Arifin Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Mezra E. Pellondou Micky Hidayat Mihar Harahap Misbahus Surur Moh Samsul Arifin Moh. Syafari Firdaus Mohamad Asrori Mulky Mohammad Afifuddin Mohammad Fadlul Rahman Muh Kholid A.S. Muh. Muhlisin Muhajir Arifin Muhamad Sulhanudin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Azka Fahriza Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Nafi’ah Al-Ma’rab Naskah Teater Nezar Patria Nina Setyawati Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noor H. Dee Noval Maliki Nunuy Nurhayati Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Nurudin Octavio Paz Oliviaks Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pablo Neruda Pamusuk Eneste Panda MT Siallagan Pandu Jakasurya PDS H.B. Jassin Philipus Parera Pradewi Tri Chatami Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R Sutandya Yudha Khaidar R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmadi Usman Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rahmat Sutandya Yudhanto Raihul Fadjri Rainer Maria Rilke Raja Ali Haji Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridha al Qadri Ridwan Munawwar Rikobidik Riri Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rizky Andriati Pohan Robert Frost Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Romi Febriyanto Saputro Rosihan Anwar RR Miranda Rudy Policarpus Rukardi S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Gerilyawan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra SelaSastra ke #24 Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Subhan SD Suci Ayu Latifah Sulaiman Djaya Sulistiyo Suparno Sunaryo Broto Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunudyantoro Suriali Andi Kustomo Suryadi Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susi Ivvaty Susianna Susilowati Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaifuddin Gani Syaiful Bahri Syam Sdp Syarif Hidayatullah Tajuddin Noor Ganie Tammalele Tan Malaka Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Trianton Tengsoe Tjahjono Th Pudjo Widijanto Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tito Sianipar Tiya Hapitiawati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tri Joko Susilo Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Umar Kayam Undri Uniawati Universitas Indonesia UU Hamidy Vyan Tashwirul Afkar W Haryanto W.S. Rendra Wahyudin Wannofri Samry Warung Boenga Ketjil Waskiti G Sasongko Wawan Eko Yulianto Wawancara Web Warouw Wijang Wharek Wiko Antoni Wina Bojonegoro Wira Apri Pratiwi Wiratmo Soekito Wishnubroto Widarso Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Wing King WS Rendra Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yani Arifin Sholikin Yesi Devisa Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosi M. Giri Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuval Noah Harari Yuyu AN Krisna Zaki Zubaidi Zalfeni Wimra Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhaenal Fanani Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar Zulhasril Nasir