Ahmad Farid Tuasikal *
Radar Mojokerto, 2 Juni 2013
Teruntuk sahabatku Fahrudin Nasrulloh yang telah kembali kepangkuan Alloh SWT pada hari kamis, tanggal 30 Mei 2013
Hujan telah redah. Namun kilat yang menyambar-nyambar di sela gerimis tipis-tipis seakan langit telah resah. Kilat yang menyala ketika senja menyentuh bibir langit magrib kian menggariskan kilatan-kilatan cahaya yang penuh akan pertanda. Entah pertanda akan ada bencana atau pertanda suatu duka.
“Ini hari kamis”. Kata sahabatku yang tadi siang dengan tiba-tiba menghampiriku. Yang sehari sebelumnya aku menuliskan pesan padanya di dinding facebooknya dengan menulis ulang pembuka buku yang pernah ia berikan padaku. Buku yang usang namun penuh isi yang tidak pernah usang meski dimakan zaman. Buku itu berjudul “Yang Asing Yang Terasing” diterjemahkan dari The Book of Strangers karangan Ian Dallas, Terbitan Victor Gollancz Ltd., 1972. Pembuka buku itu diawali dengan dua paragraf yang membuat kita tercengang meski hanya beberapa detik berlalu. Dua paragraf itu berjudul:
“ K I A M A T ”
… Hening lama. Setelah itu Si Hamoud memegang lenganku dan berkata, “Ada sebuah kisah tentang hari kiamat—bakal seperti apa peristiwa itu. Berjuta-juta penduduk bumi tenggelam dalam kebodohan, kebiadaban dan kegilaan. Di salah satu mega-kota raksasa, yang gemuruh oleh ledakan yang menyembur ke segala penjuru, dua sosok wanita rentah layu, pengemis-pengemis yang terlupakan, merayap di sebuah sudut menyaksikan pemandangan mengerikan yang berlansung tiada henti. Satu dari kedua wanita itu menoleh kepada yang lain, kemudian berucap, ‘Mengerikan. Lihat mereka. Lihat diri kita semua. Aku sama sekali tidak habis pikir. Mengapa? Mengapa ciptaan megah ini, bumi ini, berjuta-juta manusia ini sengsara? Apa arti semua ini? Pernakah ada orang yang tahu?’ ”.
… “Hening lama. Setelah itu wanita yang satu lagi memegang lengan sahabatnya sembari berkata, ‘Aku ingat, dahulu ketika aku masih gadis, ada seseorang lelaki aneh datang ke kota kami, mengemis. Pakaiannya compang-camping seperti pakaian kita, dan dia mengenakan peci lancip. Masih segar dalam ingatanku kedamaian yang terpancar di kedua matanya tatkala dia meletakkan tangannya di atas lenganku, seraya berbisik, Laa ilaaha illallaah.’ “.
Aku tulis ini semua karena aku begitu merindukannya, rindu canda-candanya yang begitu mengusik dan menggelitik hatiku. Entah apa lagi yang membuatku rindu padanya, yang aku rasa adalah kedamaian ketika aku bertemu dengannya. Mungkin ini buah dari pertemanan dan persahabatan yang di jalin dengan apa adanya.
Kembali lagi pada hari berikutnya setelah aku tulis pesan itu. Yaitu hari ini, hari kamis kata sahabatku siang tadi. Aku masih begitu mengingatnya pertemuan yang begitu singkat tadi. Saat berjumpa siang tadi, sahabatku menceritakan kegelisahan setelah membaca pesan dariku. Sehingga dia dengan kegelisahannya menghampiriku dengan tiba-tiba seperti hujan sore tadi yang tanpa aku duga kedatangannya. Aku sangat terharu dan lebur dalam batu kerinduanku.
Siang itu di Pendopo Alun-Alun Kota tempatku mencari nafkah, kita berdua saling canda dan tertawa ria melepas kerinduan-kerinduan kita. Di sela obrolan panjang tak bermuara dia bertanya padaku “apa kamu tahu siapa lelaki yang mengenakan peci lancip dalam pesan yang kamu tulis untukku itu?”. Aku diam lalu bersuara pelan “dalam imajinasiku ketika membaca kalimat itu, aku menduganya, bahwa dia adalah Nabi Muhammad SAW”. “kau salah teman, lelaki berpeci lancip itu adalah Jibril. Malaikat Jibril”. Katanya. “Aku terdiam. Keramaian kota yang seketika hening di hati, pikiran, rasa dan imajinasiku siang itu menyatu membuatku berkeringat, seperti Nabi Muhammad yang pertama kali bertemu dengan Malaikat Jibril”.
Nabi Muhammad saja bergetar dan berkeringat. Apalagi aku yang hanya mendengar namanya saja. “Duh Gusti. Ampuni aku”.
Dalam kebisuan antara aku dan sahabatku, aku tiba-tiba ingat tentang seorang teman. Seorang teman yang hanya mungkin bisa di hitung jari ketika aku bertatap muka dengannya. Namun saat itu, wajahnya begitu tersenyum dalam ingatanku. Aku bercerita pada sahabatku, tentang seorang kawanku itu. “Oh ya mas,…aku punya seorang teman cerpenis, yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit”. “Memang dia sedang sakit apa sampai harus dirawat di rumah sakit”. Tanya sahabatku. “sudah beberapa bulan dan minggu ini dia selalu cuci darah setiap minggunya”. Jawabku. “dan tidak tahu kenapa aku tiba-tiba mengingatnya”. “Semoga saja kawanku ini segera sembuh dan memperoleh yang terbaik untuknya menurut kehendak-NYA ya mas?”. “Amin” jawab sahabatku.
Petir semakin jelas mengkilap membela langit malam. Gerimis tipis yang tak henti-henti berganti hujan bertambah deras sekali. Lebih deras dari yang pertama tadi. Lebih menyambar-nyambar lidah kilat-kilat petir itu. Aku semakin gelisah. Meski kerinduanku pada sahabatku tadi sudah terobati, ada yang tidak biasa dengan perasaan ini. Ada yang menggelisah dalam kegelisahan malam ini. Entah apa? Aku sendiri masih tak tahu apa-apa. Yang aku tahu hanya hujan dan sambaran kilat ini. Aku tak tahu ada apa di balik semua ini.
Meski sejak kecil aku megenal petir atau kilat-kilat itu, tapi yang aku rasa saat ini, pada hari kamis ini, pada malam ini, ini begitu asing bagiku, bagi perasaanku saat ini. Meski malam semakin larut, mataku belum selarut semen putih yang telah tersiram air. Lalu kering dan padat menyatu seperti pertemuan kedua bulu mataku pada tiap malam-malam yang lalu.
Kuputuskan untuk membaca buku. Karena biasanya ketika aku sulit untuk tidur dan menghilankan gelisah dan gunda gulana dalam hati, membaca buku membuatku bisa mengawali tuk tidur dan menghilangkan semua gelisah itu. Tiba-tiba tanganku mengambil buku Antologi Cerpen Temu Sastrawan Indonesia III. Dan anehnya lagi yang membuat gelisahku semakin menjadi, ketika aku buka buku itu secara langsung, terbukalah halaman 76. Cerpen dengan judul Anggorok dan Anggodot karya Fahrudin Nasrullah (Jombang Jawa Timur). Aku semakin gelisah. Karena nama itu, nama seorang kawan yang aku ceritakan pada sahabatku tadi siang tentang sakitnya. Dengan perasaan gelisah dan hujan yang tak kunjung reda. Aku mencoba membacanya. Beberapa halaman telah aku baca dan aku terusik dengan kalimat
“Sampai di pucuk malam yang hening, diterangi jejeran lilin dan oncor, mereka demikian hikmat mendengarkan kisah-kisah memukau tapi merasa mengelam dari Hoa Tsing:
Tak bakal ada kejahatan yang lahir jika seseorang terus pandangi api lilin itu. Hingga kegelapan enggan bersekutu dengan warna hitam. Ia lalui jalan setapak di mana segala yang jahat tanpa sangka bersigap meringkus kesadarannya. Lewat sepasang mata aneh, di kedalaman mata Arcasoma, yang ada di tanganku ini, hawa gaib apapun bisa menyusupi Ruh”.
Aku tak mampu meneruskan membacanya. Karena kata hening, hawa gaib, menyusupi Ruh, telah benar-benar menyusup dalam suasana ini. Suasana malam, suasana kamis dan suasana hatiku yang gelisah ini.
Mataku mulai layu. Kedip tak tertib mulai mengerdip kedua pasang bulu mataku. Handphone yang ada disamping lengan kananku bergetar. Seorang sahabat yang tadi siang mengobati rinduku menelponku malam itu. “halo Mas,…ada apa?” “Aku juga masih rindu karena pertemuan tadi begitu singkat”. Kataku. “Ya aku juga”. Katanya. “Oh ya siapa tadi seorang temanmu yang kau ceritakan padaku tadi siang?”, siapa namanya! “Nasrulloh”. “Ya ya nama lengkapnya Fahrudin Nasrulloh”. Jawabku. “Memang kenapa Mas dengan dia temanku?”. “Aku tadi dapat kabar dari seorang temanku yang juga teman dari temanmu itu. Dia mengabarkan kalau Fahrudin Nasrulloh yang kau ceritakan tadi telah kembali ke Sang Pencipta, kembali Kepangkuan Alloh SWT”.
Aku terdiam dan dalam hati ada hening yang menyusup lagi “innalillahi wa inna ilaihi rojiun”. Kegelisahanku terjawab sudah hingga telpon dari sahabatku barusan terputus dengan sendirinya. Aku masih terdiam dengan kenangan senyum di wajahnya. Aku masih terdiam dengan cerpennya menghujam benakku. Aku masih terdiam dengan keheningan malam yang dia ajarkan barusan. Aku masih terdiam dengan kekagumanku padanya. Menulis cerpen terakhirnya dengan tinta merah darah-darahnya menceritakan akan kepergiannya. Aku masih terdiam dengan suara petir dan hujan ketika hawa gaib menulis ceritanya sendiri. Aku masih terdiam semoga suara petir tadi adalah suara lelaki berpeci lancip yang membisikkan Laa ilaaha illallaah di teliga dan kalbumu yang penuh rindu dan penuh syahdu.
…hening malam itu dan suara hujan berganti suara malam…
Dan aku pun masih terdiam…
Desaku Kemiri, Kamis, 30 Mei 2013. 00:00
*) Ahmad Farid Tuasikal, lahir di mojokerto, 24 oktober 1984. karyanya berupa esai, puisi, cerpen pernah termuat di surat kabar radar mojokerto. surabaya post, seputar indonesia (sindo), dan kompas jatim. puisinya termuat juga dalam antologi bersama, seperti; jejak sunyi tsunami terbitan pusat bahasa jakarta, termuat dalam antologi malsasa (malam sastra surabaya), 2005, 2007, 2009. antologi penyair mutakhir jilid iii dewan sastra jatim, antologi 15 penyair jatim “manifesto illusionisme”, antologi candhi penyair se-sidoarjo, antologi pesta penyair 2010, antologi matinya seorang koruptor 2010, dan termuat juga dalam antologi bersama “temu sastrawan indonesia atau yang lebih di kenal dengan TSI III Tanjung Pinang 2010. antologi penyair mojokerto 2011. Antologi tunggal pertamanya “sepenggal puisi” yang memuat dua kumpulan puisi senyum rel kian jauh dan suara-suara surga. Di penghujung akhir tahun 2012 menerbitkan antologi tunggalnya yang kedua “episode siapa lagi”. Sekarang bekerja dan menjadi staf di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Sejak Tahun 2003.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 30 Juni 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Musthafa
A Rodhi Murtadho
A Wahyu Kristianto
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Wachid BS
Abdullah al-Mustofa
Abdullah Khusairi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimanyu
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Achmad Maulani
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adrian Ramdani
Ady Amar
Afrizal Malna
Agnes Rita Sulistyawati
Aguk Irawan Mn
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Subiyakto
Agus Sulton
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahm Soleh
Ahmad Farid Tuasikal
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Luthfi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadie Thaha
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rasyid
AJ Susmana
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander Aur
Alexander G.B.
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Rif’an
Aliela
Alimuddin
Alit S. Rini
Alunk Estohank
Ami Herman
Amich Alhumami
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminudin TH Siregar
Ammilya Rostika Sari
An. Ismanto
Anaz
Andaru Ratnasari
Andhi Setyo Wibowo
Andhika Prayoga
Andong Buku #3
Andrenaline Katarsis
Andri Cahyadi
Angela
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Sudibyo
Anton Wahyudi
Anwar Holid
Anwar Siswadi
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif Hidayat
Arif Zulkifli
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayu Utami
Azyumardi Azra
Babe Derwan
Bagja Hidayat
Balada
Bandung Mawardi
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Bernadette Lilia Nova
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Bhakti Hariani
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budi Winarto
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Bustan Basir Maras
Camelia Mafaza
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Choirul Rikzqa
D. Dudu A.R
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darma Putra
Darman Moenir
Darmanto Jatman
Dedy Tri Riyadi
Delvi Yandra
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Anggraeni
Dian Basuki
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dian Yanuardy
Diana AV Sasa
Dinar Rahayu
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Edeng Syamsul Ma’arif
Edi Warsidi
Edy Firmansyah
EH Kartanegara
Eka Alam Sari
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyn Novellin
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil Amir
Engkos Kosnadi
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F. Budi Hardiman
Fadly Rahman
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fani Ayudea
Fariz al-Nizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fatkhul Aziz
Felix K. Nesi
Film
Fitri Yani
Franditya Utomo
Fuska Sani Evani
Gabriel Garcia Marquez
Gandra Gupta
Garna Raditya
Gde Artawan
Geger Riyanto
Gendhotwukir
George Soedarsono Esthu
Gerakan Surah Buku (GSB)
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Tri Atmojo
H. Supriono Muslich
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim H.D.
Hamberan Syahbana
Hamidah Abdurrachman
Han Gagas
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Helwatin Najwa
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Hendriyo Widi Ismanto
Hepi Andi Bastoni
Heri Latief
Heri Listianto
Herry Firyansyah
Heru Untung Leksono
Hikmat Darmawan
Hilal Ahmad
Hilyatul Auliya
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Husnun N Djuraid
I Nyoman Suaka
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IGK Tribana
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilenk Rembulan
Ilham khoiri
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santosa
Imelda
Imron Arlado
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indira Margareta
Indra Darmawan
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Insaf Albert Tarigan
Intan Hs
Isbedy Stiawan ZS
Ismail Amin
Ismi Wahid
Ivan Haris
Iwan Gunadi
Jacob Sumardjo
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean-Marie Gustave Le Clezio
JJ. Kusni
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Julika Hasanah
Julizar Kasiri
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kadir Ruslan
Kartika Candra
Kasnadi
Katrin Bandel
Kenedi Nurhan
Ketut Yuliarsa
KH. Ma'ruf Amin
Khaerudin
Khalil Zuhdy Lawna
Kholilul Rohman Ahmad
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Korrie Layun Rampan
Krisandi Dewi
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kuswinarto
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lenah Susianty
Leon Agusta
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
M Shoim Anwar
M. Arman A.Z.
M. Fadjroel Rachman
M. Faizi
M. Harya Ramdhoni
M. Kasim
M. Latief
M. Wildan Habibi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria hartiningsih
Maria Serenada Sinurat
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Marsus Banjarbarat
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masriadi
Mawar Kusuma Wulan
Max Arifin
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Mezra E. Pellondou
Micky Hidayat
Mihar Harahap
Misbahus Surur
Moh Samsul Arifin
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Asrori Mulky
Mohammad Afifuddin
Mohammad Fadlul Rahman
Muh Kholid A.S.
Muh. Muhlisin
Muhajir Arifin
Muhamad Sulhanudin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Azka Fahriza
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naskah Teater
Nezar Patria
Nina Setyawati
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noor H. Dee
Noval Maliki
Nunuy Nurhayati
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Nurudin
Octavio Paz
Oliviaks
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Panda MT Siallagan
Pandu Jakasurya
PDS H.B. Jassin
Philipus Parera
Pradewi Tri Chatami
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmadi Usman
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rahmat Sutandya Yudhanto
Raihul Fadjri
Rainer Maria Rilke
Raja Ali Haji
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridha al Qadri
Ridwan Munawwar
Rikobidik
Riri
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rizky Andriati Pohan
Robert Frost
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Romi Febriyanto Saputro
Rosihan Anwar
RR Miranda
Rudy Policarpus
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Gerilyawan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra
SelaSastra ke #24
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Subhan SD
Suci Ayu Latifah
Sulaiman Djaya
Sulistiyo Suparno
Sunaryo Broto
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunudyantoro
Suriali Andi Kustomo
Suryadi
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susi Ivvaty
Susianna
Susilowati
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaifuddin Gani
Syaiful Bahri
Syam Sdp
Syarif Hidayatullah
Tajuddin Noor Ganie
Tammalele
Tan Malaka
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Trianton
Tengsoe Tjahjono
Th Pudjo Widijanto
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tito Sianipar
Tiya Hapitiawati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tri Joko Susilo
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi
Umar Kayam
Undri
Uniawati
Universitas Indonesia
UU Hamidy
Vyan Tashwirul Afkar
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyudin
Wannofri Samry
Warung Boenga Ketjil
Waskiti G Sasongko
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Web Warouw
Wijang Wharek
Wiko Antoni
Wina Bojonegoro
Wira Apri Pratiwi
Wiratmo Soekito
Wishnubroto Widarso
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Wing King
WS Rendra
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yani Arifin Sholikin
Yesi Devisa
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosi M. Giri
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuval Noah Harari
Yuyu AN Krisna
Zaki Zubaidi
Zalfeni Wimra
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhaenal Fanani
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Zulhasril Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar